Percaya Takdir

19.8K 2.5K 249
                                    

Seluruh peristiwa yang dilewati baik buruk atau bahagia semua itu disebut takdir, ada sebagian manusia yang tak percaya takdir dan mereka menyebutnya sebuah kebetulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seluruh peristiwa yang dilewati baik buruk atau bahagia semua itu disebut takdir, ada sebagian manusia yang tak percaya takdir dan mereka menyebutnya sebuah kebetulan. Kali ini peristiwa yang Elsa dapatkan tidak bisa disebut sebuah kebetulan, semua adalah takdir yang mungkin sudah dirancang. Bertemu di kapal pesiar, bekerja lalu menikah dengan anaknya ini adalah takdir hidup Elsa yang harus ia akui.

Memandangi wajahnya yang terlihat tenang, sesekali ia menyentuh pipi, hidungnya. Seperti mimpi tapi cincin pernikahan adalah bukti bahwa mereka saling terikat. Elsa menghentikan tangannya, ia harus segera membersihkan tubuhnya.

"Mau ke mana?"

Elsa terkejut karena Radika menahan tangannya. "Mau ke toilet."

"Masih pagi lagian ini hari pertama kita menjadi pasangan, kamu nggak mau santai-santai dulu di dini?"

Elsa menggeleng. "Mau mandi." Jawab Elsa. Ia melepaskan tangan Radika. Setelah acara pernikahan mereka berakhir, keduanya memutuskan untuk menginap di hotel. Hari senin yang harusnya bekerja, mereka memutuskan untuk mengambil cuti sehari. Elsa mengambil ponsel sebentar, ia melihat satu pesan dari mama mertuanya.

Have fun ya.

Terima kasih Mam, kantor aman kan?

Aman. Selagi ada Dylan semua pasti aman.

Elsa bisa bernapas lega. Setidaknya ia bisa seharian bersama Radika tanpa beban. Elsa menoleh ternyata Radika kembali memejamkam mata. Elsa tersenyum hangat ternyata ia merasakan kebahagiaan yang sulit untuk ia jelaskan setelah malam kemarin melalui malam indah bersama Radika.

"Kamu kalau masih kangen suaminya lebih baik tiduran lagi deh," Radika menepuk-nepuk kasur.

Elsa kembali merebahkan tubuhnya di samping Radika, benar yang dikatakan Radika hari ini bisa bersantai tanpa ada gangguan.

"Kamu tahu satu hal yang masih sulit untuk saya percaya itu apa?"

Elsa menggeleng. "Apa?"

"Menikahi kamu."

Elsa memeluk Radika. Ia juga sama, tak percaya bisa menjadi bagian dari keluarga Pervaiz.

"Elsa Letashia Pervaiz..."

"Mas Dika suamiku..." Balas Elsa.

Mereka semakin mengeratkan pelukan. Hanya sebentar karena Radika bangun lalu menggendong Elsa ke kamar mandi. Mereka harus segera mengisi perut.

Nyaris satu jam mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, rasa lapar tak bisa ditahan lagi dan mereka memutuskan keluar hotel. Satu hari menjadi pasangan, mereka memutuskan menutupi wajah mereka karena takut ada orang yang melihat mereka.

"Mas mau makan apa?"

"Makan kamu." Bisik Radika

"Sudah kan, semalam?" Elsa terkekeh. Lalu melepaskan gandengan tangan mereka. Ia harus segera mengambil makanan untuk Radika.

A Cup Of Coffee(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang