Who Is Brand Ambassador

22.5K 2.9K 293
                                    

"Dylan, kamu mau dipecat sama mama saya?"

Dylan melirik. "Saya sudah bilang kalau mau saingan yang sehat, jangan bawa ibu Mediana. Anda terlihat pengecut."

Radika berdecak kesal. Harus berapa kali ia mengatakan kalau ia tidak ingin bersaing. Radika membawa piring kotor, kali ini harus mengalah karena Dylan yang mencuci piring.

"Lan, kamu harus ingat di kantor nggak boleh pacaran sesama karyawan." ucap Radika

"Sayangnya di kantor ibu nggak ada peraturan seperti itu Mas. Anda salah."

Radika terdiam. Pura-pura mengangguk. "Oh, berarti peraturan itu sudah nggak ada."

"Emang dari zaman dulu juga nggak ada." Sahut Dylan

"Ada. Kamu nggak tahu." Radika membuka minuman kaleng miliknya. Malam ini ia merasa terlalu banyak menikmati makanan yang disajikan Elsa.

"Akal-akalan Mas Dika doang. Bilang aja takut kalah saing." Dylan sudah selesai mencuci sisa piring. Sebenarnya Radika juga sempat membantu hanya saja saat pria itu sedang mengambil minuman, Dylan sengaja mengambil alih.

"Berisik." Radika kembali memainkan ponselnya. Ada satu pesan dari mamanya yang bertanya dengan keberadaan Radika, ternyata ia lupa mengabari kalau malam ini ada acara makan-makan.

Ada acara Mam. Sudah minta maaf kok sama Elsa.

Radika membuka halaman Instagram untuk memastikan banner promosi kafe sudah terpasang di sana. Namun foto pertama yang ia lihat adalah foto seorang perempuan dan pria sepertinya mereka baru selesai pemotretan dan memakai tema couple. Radika menghela napas panjang. Mengapa ia merasa ingin marah ketika melihat mereka berdua, demi kenyamanan hatinya terpaksa Radika memblokir akun Instagram Chiko. Pria itu baru saja memasang foto bersama Jesi.

Terima kasih atas kesempatan baiknya. Aku mencintaimu, Jesi.

Teks singkat di bawah foto mereka yang membuat Radika memutuskan memblokir keduanya, termasuk memblokir Jesi dalam hidupnya. Tidak yang perlu ia kejar lagi.

"Sorry ya, lama. Barusan beli buah."

Radika mendongak. Ternyata Elsa sudah datang. Perempuan itu baru saja pergi untuk membeli buah, dan barang lainnya. "Santai aja. Biar saya yang bawa." Radika mengambil belanjaan dari tangan Elsa lalu menaruh di atas meja dapur.

"Mas Dika, Elsa sepertinya saya harus kembali ke apartemen."

"Bagus dong." Sahut Radika

"Oh, iya nggak apa-apa Mas. Terima kasih ya, sudah membantu mencuci piring, membersihkan balkon apartemen." Ucap Elsa tulus. Elsa merasa nyaman dengan kondisi rumah yang tampak bersih, bagaikan ratu dalam sehari karena dua pria itu sibuk membersihkan rumahnya.

Radika juga ikut andil dan Elsa tak menyangka kalau pria itu bisa membereskan rumah. Saat Elsa bertanya, Radika menjawab ia pernah hidup sendirian di Italia selama kurang lebih 6 tahun.

"Saya pamit ya, have fun kalian..." Dylan mulai meninggalkan apartemen Elsa.

Sedangkan Radika sengaja mengantar Dylan keluar, ia belum berniat pulang. "Lan..." Panggil Radika

"Kenapa?"

"1-0. Saya sudah bersaing sehat, saya tidak mengusirmu dan tidak berbuat curang. Kamu pulang artinya kamu kalah." Ucap Radika dari sana.

Dylan terkekeh. "Saya bingung sama Mas Dika, sebenarnya mau ngajak saya saingan atau nggak? Labil banget."

"Saya nggak suka ditantang. Saya biasanya nantang orang, bukan ditantang." sahut Radika santai.

A Cup Of Coffee(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang