11 || Retak Bersama Waktu

Start from the beginning
                                    

"Lo kalo gak mau gue jorokin dari atas balkon lebih baik diem aja," saut Yuna, jarinya masih lincah menekan-nekan layar ponsel.

"Lo liat Gata sama Janu gak?" tanya Alfa lagi.

"Gak tau. Temen gue aja ilang, lo lagi pake nanya temen lo ke gue."

"Siapa? Kara?"

"Iya. Ke mana nih anak ditelpon tumben banget gak dijawab. Katanya mau ke aula doang tapi belum balik-balik sampe sekarang," monolog Yuna masih sibuk mencoba menghubungi Kara. Sorot matanya terlihat semakin panik tanpa alasan.

"Jangan-jangan," kata Alfa pelan, wajahnya terlihat serius membuat mau tak mau Yuna mendongak dan menatap Alfa bertanya.

"Jangan-jangan apa?" tanya Yuna mulai ketakutan.

"Jangan-jangan Kara pulang duluan," jawab Alfa asal. Wajahnya berubah datar seperti semula.

"Gak mungkin." Yuna merotasikan bola matanya dan kembali mengetik pesan untuk Kara.

"WOI TONGGOS! KAMPRET LO GUE CARIIN."

Alfa melirik tidak suka ke sumber suara. Terlihat Gata berjalan di koridor dengan sok kerennya, ia menaik-turunkan kedua alisnya yang membuat Alfa tidak tahan ingin sekali menyiram wajah anak itu dengan air selokan. "Gue gak tonggos, ya, item!"

"Tonggos. Buktinya gigi lo maju," ledek Gata sembari menjulurkan lidah.

Sementara di belakang Gata, Janu berjalan sembari menyelamatkan pot-pot berisi tanaman yang berada di pinggir koridor agar tidak terkena air hujan.

Gata menarik seragam Janu kesal ketika laki-laki itu malah menerobos keluar hanya untuk mengambil tanaman yang jaraknya lumayan jauh dari koridor.

"Apaan, sih? Gue bukan kambing gak usah lo geret-geret kayak gini!" Janu menyentakkan tangan Gata agar terlepas dari seragamnya.

"Itu tanaman gak bakal bilang terima kasih ke lo," ujar Gata.

"Gue berbuat baik bukan buat nerima ucapan terima kasih," jawab Janu, laki-laki itu kembali memindahkan pot tanaman yang sudah tergenang akibat ditimpa air hujan dari genting. Janu membuang air yang ada di pot dan meletakkannya di tempat yang teduh dari hujan. "Kasian banget, bisa mati kalo kebanyakan air."

"Tapi gak pot di tengah-tengah lapangan juga yang lo mau pindahin ke koridor semua, njir! Minta digetok Bu Susi lo, ya?" sungut Gata.

"Gata, lo liat Kara?" tanya Yuna membuat Gata menoleh bingung.

"Gak tau, Yun. Kan yang sekelas sama Kara lo. Kok nanya gue?"

"Muka lo mencurigakan," saut Alfa yang langsung dihadiahi lirikan tajam dari Gata.

"Inilah pentingnya memakai kaca mata kuda, Bunda. Masa muka kece badai mirip Justin Bieber lo bilang mencurigakan," kata Gata sembari mengusap pipi bagian dalamnya dengan lidah.

"Lo abis dari mana tadi?" tanya Alfa, karena melihat Gata langsung keluar kelas saat bel pergantian pelajaran berbunyi. Anak itu tidak biasanya bolos mata pelajaran.

"Dari area belakang sekolah," jawab Gata kalem.

"Ngapain?" tanya Janu.

"Mindahin meja rusak. Di suruh Pak Agus," jawab Gata seadanya, namun matanya menatap ke arah lain. Tepat dari arah koridor berlawanan seorang siswi dengan rambut sebahu berlari terburu-buru ke arahnya.

"Gat, Yuna!" kata gadis itu sembari mengatur napasnya yang terlihat ngos-ngosan. Gadis itu melirik Yuna yang terlihat masih menghubungi seseorang di ponselnya. "Jadi lo yang dari tadi nelfon Kara?"

RECAKAWhere stories live. Discover now