XI •Pulang untuk kembali terluka•

Mulai dari awal
                                    

     "Gua pulang dulu. Salam buat Bunda."

•••

     Sepuluh menit sudah berlalu, tetapi ojek online yang Regi pesan tak kunjung terlihat batang hidungnya. Membuat dirinya berkali-kali mengumpat karena kesal dan lelah menunggu. Di tambahagi dengan terik sang Surya yang seakan-akan mampu menyengat kulit.

     "Haduh, maaf ya Mas saya telat. Tadi sedikit macet." tak urung, baru saja Regi membatin mengapa Ojek yang ia pesan tak datang. Kini, samar-samar ada yang berhenti sembari berkata di hadapannya.

     Regi berdecak, menyapu rambutnya yang sedikit lepek kebelakang. "Saya sudah nung—kamu? Kita pernah ketemu, kan?"

     Begitu halnya dengan pengemudi yang ternyata adalah seorang cewek. Sang cewek tak kalah terkejut saat mengetahui siapa yang kini berada di hadapannya.

     "Mas Regi, kan? Ah, apa saya salah orang?" celetuknya ragu-ragu.

     Regi tersenyum lebar. "Iya Regi, yang pernah di tolong Bunda kamu. Kamu—

     "...Nadia Mas. Itu nama saya," jawabnya langsung.

     Kepala mengangguk paham, Regi lekas mengambil helm yang di sodorkan Nadia lalu memakainya. "Jangan panggil Mas. Saya bukan Mas Mas. Panggil Regi aja."

     "Iy-iya, Mas—eh, Regi," Nadia menurut atas apa yang di perintahkan Regi. "Ini alamatnya sesuai tujuan, kan?"

     "Iya," jawab Regi pasti.

     "Yaudah ayo naik. Nanti keburu macet lagi, atuh," titah Nadia yang lekas menyalakan mesin motor maticnya. Tetapi Regi menahannya. "Biar saya yang nyetir. Masa cewek bonceng cowok."

     Nadia tercengang. Sembari mengerjap, ia menatap Regi ragu. "Tap-tapi—

     Tanpa mendengar penolakan dari Nadia, Regi terus mendesak cewek itu. Hingga pada akhirnya Nadia memilih mengalah. Regi pun menempati kemudi yang tadinya sempat di duduki Nadia.

     "Ngak usah ragu atau takut. Saya akan menjamin keselamatan motor sekaligus kamu. Jadi jangan lupa pegangan, ya."

     Ada sedikit perasaan bahagia saat Regi berkata serupa. Ia sempat mengira jika Regi adalah sosok lelaki angkuh yang kerap kali ia jumpai di cerita-cerita Nov yang ia baca. Tapi, persepsinya berubah. Regi bukan termasuk cowok yang ada di buku-buku cerita itu.

     "Udah lama kerja begini?"

     Regi mulai membuka pembicaraan. Nyatanya, di sepanjang jalan mereka terus mengisi ke canggungan yang timbul menjadi lebih hidup dan terkesan tidak kaku. Awal permulaan yang baik.

     "Kamu habis dari rumah sakit?"

     Regi mengangguk pasti. "Iya, saya baru saja sakit."

•••

📨New message

Ciko 🤘
Bim, Dimas berulah lagi. Dia ngak ada kapoknya. Tuh Anak nyebarin berita ke semua grub sekolah kalau Regi yang udah bikin Tante Melisa meninggal.

Another Pain [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang