III •Berjuang untuk diri sendiri•

7.3K 463 12
                                    

“Hanya diri sendiri yang paham bagaimana caranya hidup bahagia dan bagaimana caranya menghapus luka yang mungkin setiap harinya akan datang.”

—Regi Sabiru

     "REGI, DIMAS, BERHENTI!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "REGI, DIMAS, BERHENTI!"

     Tangan yang saling mencengkeram erat kerah seragam serta luka di wajah yang sedikit membiru, menjadi sakti atas pertengkaran antar dua lelaki.

     Dan tepat saat suara itu menggema di aula koridor sekolah, mereka saling tatap-di sana berdiri wanita setengah baya dengan raut wajah yang nampak memerah menahan amarah.

     "Kalian berdua ikut Ibu ke ruang konseling! Dan yang lainnya bubar! Masuk ke kelas kalian!" lanjutnya sebelum benar-benar pergi di ikuti dua lelaki muda di belakangnya. Ialah Regi dan dimas.

     Sesampainya di ruang konseling mereka sempat debat kembali. Dan mau tak mau membuat Bu Retno-selaku guru keamanan turun tangan. Sudah kesekian kalinya Guru cantik itu menemukan Regi dan Dimas bertengkar.

     Semua hukuman mungkin sudah mereka terima bahkan sempat memanggil orangtua masing-masing, nyatanya hal itu tak membuat mereka jera.

     Bu Retno meraih kaca mata bulat yang terletak di atas meja, memakainya sebelum duduk tepat di depan dua murid badungnya dengan wajah yang begitu merah padam.

     "Kali ini apa lagi?!" tanya Bu Retno.

     "Dia Bu! Bukan saya!"

     "Lha, kok, gua? Dia duluan Bu cari masalah sama saya!"

     "Lo!"

     "Lo!"

     Brak! Bu Retno menggebrak meja yang menjadi pembatas antara dirinya dan dua murid lelaki itu. Napasnya naik turun nampak menahan amarah.

     "Berhenti! Kalian ini sama saja! Sama-sama salah dan susah di atur!" setelah Bu Retno angkat suara untuk yang kesekian kalinya, baru Regi dan Dimas diam-seperti yang di perintahkan Guru cantik itu.

     "Dari kamu dulu, Regi... Kali ini apa alasan kamu?" tanya Bu Retno mengalihkan arah pandangnya pada Regi.

     Regi nampak menghela napas panjang sebelum berucap, "Dia mukul kepala saya sama bola basket, Bu. Ya saya marah, lah, Bu!"

     "Lo yang nyolot duluan anj-

     "CUKUP!" hingga akhirnya Bu Retno kembali mengeluarkan suara dan itu sungguh memekakan telinga.

Another Pain [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang