Sehat-Sehat

Mulai dari awal
                                    

"Sepertinya aku mau memakan kamu saja, boleh?"

"Tentu,"

Arsen memanggil Alika membuat Alika yang sedari tadi berdiri cemas di depan ruang Arsen yang tertutup itu, langsung masuk ke dalam. Alika terkejut melihat posisi Naira yang sudah dalam gendongan Arsen. Lebih terkejut lagi saat melihat lip tint milik Naira tertinggal di bibir Arsen.

"Tolong seret dia keluar,"

"Baik dokter,"

Alika segera menyeret perempuan itu keluar bahkan Alika menutup pintu itu rapat-rapat. Alika juga langsung memanggil petugas security yang ada di depan lift.

"Dokter Rio meminta agar wanita ini diseret keluar," Ujar Alika dengan menekankan kata diseret. Jelas saja petugas security langsung benar-benar menyeret tamu tak diundang milik Arsen itu.

Sementara Arsen dan Naira? Mereka sedang duduk di kursi kebesaran Arsen. Lebih tepatnya Arsen yang duduk di kursi kebesarannya sementara Naira Arsen dudukan di atas meja kerjanya.

"Kenapa pakai baju sexy ini, sayang?" Tanya Arsen.

Arsen membayangkan istrinya menjadi tatapan mesum beberapa orang saat masuk ke rumah sakitnya.

"Sebenarnya bajuku tidak seperti ini," Ujar Naira.

Naira menaikan kedua sisi bagian bahu bajunya. Baju yang tadi bermodel sabrina itu Naira kembalikan menjadi baju biasa berbentuk seperti kaus.

"Lalu, tadi aku pakai celana legging. Hanya aku melepasnya di toilet lantai ini tadi dan menitipkannya pada kak Alika," Ujar Naira menjelaskan.

Arsen mengangguk. Dia meletakan kepalanya di paha Naira dan Naira hanya mengusap rambut Arsen.

"Itu tadi siapa?"

"Orang gila,"

Naira terkekeh.

"Kak..."

"Dia teman satu kampusku. Pernah dekat dengan Reihan,"

"Dekat maksud kakak itu... Lebih dari dekat kan?"

"Ai..."

"Ah... Baiklah... Rahasia antar pria. Aku tidak akan bertanya lagi. Tapi, kenapa dia kesini?"

"Dia merubah target menjadi aku,"

"Dia sudah tahu kakak sudah punya istri?"

"Hanya orang bodoh, gila, dan buta yang tidak tahu kalau aku sudah menikah. Pernikahan kita itu termasuk pernikahan paling besar dalam tahun ini kalau-kalau kamu lupa, sayang,"

"Benar juga. Karena itu kakak mengirim kak Alika di depan lift?"

Arsen mengangguk.

"Aku meminta bantuan dan aku takut kamu salah paham,"

"Hnn... Aku sampai berdandan di kamar mandi dengan lipstick, lip tint, dan lip cream milik kak Alika tadi. Aku juga meminjam maskara dan eye liner milik kak Alika,"

Arsen mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil. Istrinya cantik walau dengan make up bold sekali pun. Biasanya make up yang dipakai istrinya adlaah make up natural atau ringan. Baru kali ini make up bold menghiasi wajah istrinya.

"Kamu cantik, sayang. Sangat cantik,"

"Bibirku bengkak karena kakak," Rengek Naira.

Arsen berdiri dan memeluk Naira dengan sayang. Dia terkekeh kecil. Dia mengusap rambut Naira dengan sayang.

"Maaf. Bibirmu menggodaku sejak kamu berdiri di pintu tadi,"

"Bantu aku hapus make up-nya, kak,"

"Kenapa dihapus? Kamu sudah cantik,"

"Kak..."

Arsen diam saja. Naira mau tidak mau menggunakan jurus paling jitu miliknya. Naira memeluk badan Arsen dengan manja.

"Papa... Mama dan baby tidak betah pakai make up tebal seperti ini..." Ujar Naira dengan setengah merengek dan manja.

Naira merasakan badan Arsen sedikit terjingkat. Dia juga mendengar detak jantung Arsen tidak lagi tenang.

"Papa...." Rengek Naira lagi.

Arsen segera melepaskan pelukannya dan malah menggendong Naira. Dia membawa Naira masuk ke dalam kamar istirahatnya dan mengunci pintu kamar itu. Naira hanya bisa berpasrah saja kalau sudah begitu. Sepertinya dia harus makan siang terlambat hari ini.

'Maaf ya baby, baby makan siangnya terlambat hari ini,' batin Naira pada calon anaknya.

............

"Alika,"

Panggilan itu membuat Alika menoleh. Dia sedang merapikan beberapa data di ruangannya. Alika melihat Arsen berdiri di pintu.

"Ya dokter?"

"Celana legging istri saya, tadi katanya dititipkan ke kamu,"

Alika mengangguk dan langsung mengambil celana legging Naira. Dilihat dari penampilannya saja Alika tahu kalau Arsen habis "bersenang-senang" dengan Naira. Alika sampai malu sendiri melihatnya.

"Kenapa?"

"Anu, dokter... Sebaiknya dokter nanti pakai dasi saja," Ujar Alika.

Kening Arsen berkerut.

"Anu.. Itu..  Di leher dan jakun dokter ada...itu..."

Arsen langsung terkekeh kaku sambil menggaruk tengkuknya tanda kalau dia sedang salah tingkah. Arsen lupa kalau istrinya tercinta baru saja meninggalkan bukti cinta di jakun dan lehernya. Bukan hanya disana sebenarnya. Tapi, kebetulan yang paling terlihat disana. Arsen berdeham kecil.

"Terima kasih sudah membantu Naira tadi, Alika. Hari ini kamu boleh pulang cepat. Besok kamu saya  liburkan satu hari. Kebetulan juga besok jadwal Reihan kosong,"

"Ah? Tidak salah dokter?"

"Tidak. Anggap saja ucapan terima kasih saya,"

Alika mengangguk pelan. Arsen segera kembali ke kamarnya. Dia memakaikan celana legging dan kemejanya ke badan Naira. Naira sendiri masih terlelap manis di ranjang besar milik Arsen. Arsen tersenyum dan membersihkan wajah Naira dari make-up dan keringat. Setelah itu Arsen masih sempat memeriksa Naira dan menyuntikan vitamin untuk Naira dan anak mereka. Setelah selesai, Arsen mengecup kening Naira dengan sayang dan dia juga mengecup perut Naira yang sudah mulai membuncit.

"Terima kasih baby. Baby sangat penurut hari ini. Papa sayang sekali pada baby," Ujar Arsen.

Arsen keluar dari kamarnya setelah menyelimuti Naira. Dia menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Arsen juga duduk di kursinya. Dia menarik laci mejanya dan mengambil foto dari dalam sana. Senyum teduh Arsen tercipta di bibirnya.

"Baby, sehat-sehat di perut mama, ya. Papa akan berusaha memenuhi keinginan baby,"



..........



Pinggiran JakBar, Nov 07th 2021

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang