46. DEEP TALK W/AYAH

Start from the beginning
                                    

Reno melirik layar ponsel Gentar sekilas karena temannya itu senyum-senyum sendiri dari tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Reno melirik layar ponsel Gentar sekilas karena temannya itu senyum-senyum sendiri dari tadi. Ternyata benar kata Ganang saat Gentar putus dengan Jella dulu, kalau Gentar akan jauh lebih bahagia tanpa Jella.

"Bismillah semoga langgeng ya, Gen," ucap Reno seraya menepuk bahu Gentar dua kali.

"Kalo lo nikah sama Azkira gue bakal dateng paling awal. Ikhlas banget gue jadi seksi icip-icip catering," kata Reno membuat Gentar tidak jadi terharu.

"Alhamdulillah gue masih diberi kesabaran ngadepin temen kaya lo." Gentar tersenyum paksa.

Ganang, Fiki, dan Adi yang baru saja sampai langsung nimbrung. Mereka tampak kusut mukanya. Membuat Gentar mengerutkan keningnya bingung.

"Udah kelar rapat buat bazar Mahanta minggu depan?" tanya Gentar dan Ganang menggelengkan kepalanya.

"Terus ngapain ke sini kalo belum kelar?" Reno ikut bertanya. Reno menoleh ketika ada yang memegang bahunya. Zio, cowok itu duduk di sebelahnya. Muka Zio juga kusut sama seperti ketiga sahabat Gentar.

"Panitia yang harusnya handle bazar malah pada ribut tadi pas rapat jadi kami langsung cabut," jawab Ganang.

"Tumben banget ada yang ribut lo pada nggak ikutan ribut?" Gentar terkekeh pelan.

"Ributnya adu mulut, Gen, kurang greget." Adi menyahut. "Pusing gue dengernya. Yang satu belum kelar ngomong yang satunya udah nyahutin. Gitu terus anjir dua jam rapat."

"Emang ributin apaan?" tanya Gentar jadi kepo.

"Biasalah soal dresscode, guest star, harga tiket masuk, sama keamanan." Fiki yang menjawab.

"Keamanan kan dari tahun kemarin tanggung jawab Perganta, kenapa masih diributin?" tanya Gentar lagi.

"Lo kaya nggak tau Reval sama bocah-bocahnya aja sih, Gen?" sahut Adi dengan wajah sebalnya. "Asli kesel banget gue dia ngerendahin Perganta terus sepanjang rapat tadi."

Mendengar hal itu Gentar langsung menegakkan tubuhnya. Raut wajahnya jadi lebih serius ketimbang beberapa saat tadi. Kalau sudah menyangkut Perganta ia tidak akan diam saja. Apalagi ada yang merendahkan Perganta.

"Tandain orang yang udah ngerendahin Perganta. Pantau terus. Kalo masih berani ngomong macem-macem langsung lapor ke gue," ujar Gentar memberi amanah.

Mereka mengangguk patuh. Tanpa Gentar suruh pun mereka akan tetap melakukannya. Perganta bukan sekedar perkumpulan tapi juga keluarga dan tempat untuk pulang. Kalau ada yang mengusik satu orang, semua anggota akan maju. Apalagi ada yang menyenggol Perganta, tidak ada yang tinggal diam, all out membela.

"Besok ada rapat lagi, Gen, lo bisa dateng?" ujar Zio bertanya pada Gentar.

"Bisa. Gue bakal dateng besok." Gentar menyanggupinya.

GENTAR [END]Where stories live. Discover now