Different

808 50 0
                                    

Perempuan itu tengah merintih kesakitan, insiden kecil saat latihan berujung cedera ankle. Kini ia berada di UGD, menunggu waktu Rontgen. Untungnya seluruh staf dan rekan langsung sigap membawanya ke rumah sakit begitu ia terjatuh dan berteriak kesakitan.

Hasil Rontgen menyatakan perempuan itu terkilir, ligamennya mengalami pembengkakan. Menurut dokter, keadaan tersebut masih dapat ditangani dari rumah dibantu dengan obat pereda nyeri dan penggunaan perban elastis untuk membantu meredakan pembengkakan. Selain itu, bisa juga menggunakan es batu dikompres pada bagian yang sakit selama 15 - 20 menit. Paling penting adalah istirahat dan tidak banyak gerak.

Mendengar penjelasan dokter perempuan itu merasa kecewa, bahunya tidak lagi tegap. Staf dan rekan tarinya memberi semangat dengan mengusap bahu perempuan bernama Aruna Zemira itu.

"kamu masih pelajar bukan? saya buatkan surat keterangan sakit, biar kamu bisa belajar dari rumah saja selama seminggu ini."

"baik dok, terima kasih." jawab salah seorang rekan.

"kamu banyak istirahat yaa Na di rumah," ucap salah seorang staf yang kemudian mendorong kursi roda menuju keluar.

Aruna paham dengan kalimat tersebut, tandanya ia tidak bisa lagi mengikuti tari. Padahal bulan Desember nanti akan banyak job yang pastinya kesempatan buatnya untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Namun, kesempatan itu kandas karena cederanya sekarang.

...

Semua biaya rumah sakit ditanggung agensi tarinya bahkan hingga transportasi sampai rumah. Setidaknya, masih ada hal yang dapat disyukuri hari ini, dirinya tidak mengeluarkan biaya untuk kecelakaan yang dilakukan dirinya sendiri.

"yak ampun Na! kok bisa sih?!" suara pria itu begitu melengking membuat telinga sakit. Melvin Widan—sahabat Aruna sekaligus tetangga beda blok, menjadi orang pertama yang Aruna kabari. Pria itu juga dengan sigap langsung datang menghampiri sahabat satu-satunya yang sedang mengalami musibah itu.

"gak tau deh, pusing gue juga mikirin kenapa bisa sampe gini, emang gue aja yang bego kayanya."

"heh! ini tuh lu emang disuruh istirahat sama semesta, jangan kebanyakan kegiatan."

"lu bahkan bisa memprediksi gimana hidup gue tanpa kegiatan, jadi stop komentar hal satu itu."

Melvin menjadi satu-satunya saksi perubahan besar dalam hidup Aruna. Perubahan besar itu tak lantas membuat sifat periang dan konyol Aruna menghilang, ia tetap menjadi Aruna yang dikenal pada umumnya, hanya saja dibalik itu semua hanya Melvin yang tahu bagaimana Aruna bertahan hingga detik ini.

"tumben nih rumah gak ada hiruk pikuk."

"kayanya Mamah ada meeting client di kantor pusat,"

"ohh i see," balas Melvin dengan ekspresi yang menyebalkan.

"muka looo jelek."

"gue nginep apa pulang?"

"merinding lu bilang gitu Vin karena biasanya gue yang nginep ke rumah lu."

"samaaaa hahahaha."

Melvin ini pria yang unik, ia berperilaku bagai perempuan meskipun tampilan tetap pria. Hal itu yang membuat sejak SD Melvin  tidak memiliki teman lebih sering dijauhi karena dianggap aneh dan menyimpang. Padahal ia normal, ia suka perempuan. Namun, memang pembawaannya terkesan seperti perempuan–kemayu. Pada SD dulu hanya Aruna yang mau main dengannya dan bertahan sampai sekarang. Maka dari itu keluarga Melvin sangat dekat dengan Aruna. Aruna tipikal anak yang berteman sama siapa saja, gampang berbaur dengan siapapun. Tetapi hanya Melvin sahabatnya sejauh ini karena merasa klop dan tidak ribet berteman dengannya.

"Rei mau ngomong nih," Melvin menyerahkan handphonenya ke Aruna.

"Heh!!! lu kenapa?!! bocah idupnya emang demen banget tantangan yaaa gini." 

"sans kali bro! gue gak kenapa-kenapa cuma gak bisa jalan aja." Melvin tertawa mendengarnya.

"ada gilanya lu bilang gak bisa jalan, gak kenapa-kenapa."

"yaa abis kalo parah gue gak akan bisa ngomong sama lu sekarang,"

"mulut Naaaa astaga! gua perlu kesana gak?"

"yaaa perlu lah! bawain martabak ketan item."

"okee, setengah jam."

"nyampe sini?"

"gak lah! selesai siap-siap itu. gak tau nyampe jam berapa."

"udah deh gak usah dateng aja,"

"idih ngambekan lu, otw gue."

Reiki Ryszard—sahabat Aruna lainnya, kelakuan sebelas dua belas dengan Melvin. Bersahabat sejak hari pertama masuk sekolah karena Reiki duduk di depan Melvin. Bisa dibayangkan seramai apa hidup Aruna dengan kehadiran dua makhluk semacam mereka.

...

"Bri, makan malem dulu." ajak wanita cantik yang masih tampak muda di usianya kini.

Pria itu berjalan menuruni tangga dengan style khas rumahan—celana piyama dan kaos.

"Papah, ayo dimulai aja doanya," seru wanita cantik itu lagi.

Mereka adalah contoh keluarga kecil yang harmonis, Orang tua yang selalu punya waktu untuk family time meskipun hanya sekedar makan malam bersama. Dapat dibayangkan betapa harmonisnya keluarga ini dari hal kecil semacam makan malam bersama.

"terima kasih makan malemnya, aku ke kamar duluan."

"oke, kirain Mamah kamu ada kumpul sama basket kaya biasanya."

"bagus jadi ada waktu istirahat lebih lama, sana kamu ke kamar aja." Papahnya merasa senang anaknya dapat waktu istirahat lebih.

"hari ini nggak ada, yaudah aku duluan." Pria itu Brian Kavindra. Anak tunggal Ardiatja dan Olivia yang merupakan Siswa kelas 11 di SMA Sangkasa dan aktif dalam Ekskul Basket. Meskipun anak tunggal, pribadinya jauh dari kata manja justru lebih suka menyendiri dan terkesan dingin bahkan ke orang tuanya sendiri. Tidak heran jika tidak memiliki sahabat dekat dan hanya setim basket saja lingkup pertemanannya.

Brian anak yang cukup terkenal dengan tampangnya yang sangat tampan, ditambah dengan kemampuan basketnya yang tidak diragukan lagi. Namun, karena sifatnya yang memang sulit berinteraksi dan beradaptasi dengan orang baru membuatnya terlihat tidak punya teman.

"lu pr matematika udah bri?"

"ini baru mau ngerjain,"

"kirain udah, gue mau liat."

"iya nanti kalo udah."

"Bri lu emang bisa diandelin!!!!! cuma orang gak waras yang menyatukan senin dengan matematika, huh."

"fyi, Pak Riyan yang bikin jadwal."

"anjrit! gue tarik kata-kata gue." Brian tersenyum kecil mendengarnya.

"yauda gue matiin, mau ngerjain."

"okeee Bri, semangkaaa!!" suara Thalia menghilang detik berikutnya. Thalia menjadi seseorang yang dekat dengan Brian cukup lama, sejak SMP. Selain karena satu sekolah, rumah mereka juga di perumahan yang sama.

Thalia pernah menyatakan perasaannya saat SMP pada Brian, namun dijawab Brian 'gue anggap lu kaya sodara Thal, maaf.' Hal itu tidak membuat keduanya menjauh, Thalia yang memiliki sifat ajaib alias tidak merasa canggung setelahnya membuat pertemanan mereka berlanjut sampai sekarang mereka dipertemukan kembali di kelas 11.

...

Eccedentesiast | Jay EnhypenWhere stories live. Discover now