D-1

189 25 4
                                    

Runa tengah rebahan di tempat tidur sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Sejak kembali masuk sekolah Runa sudah tidak lagi bekerja part time, pertemuan terakhir dengan keluarganya membuat sedikit kemajuan, Papah Runa sesekali pulang ke rumah dan pada saat itu terjadi mereka sekeluarga bertemu meskipun hanya makan malam bersama. 

Papah dan Mamah Runa kembali melakukan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Alvaro, Kakak Runa sedang fokus mengurus beasiswa yang diinginkan. Runa sendiri mencoba beradaptasi dengan keadaan tersebut, ia tidak kembali ke rumah bukan tidak mau tapi belum siap dan orang tuanya memaklumi hal tersebut. 

Akhir-akhir ini Runa merasa bahagia tapi di sisi lain ia juga merasa takut. Takut perasaannya salah, takut kebahagiaannya hanya sesaat dan akan tergantikan dengan hari-hari penuh air mata lagi. Ia terlalu takut merasakan kebahagiaan yang terlalu membuatnya bahagia. 

Persoalan keluarga bagi Runa sudah sedikit membaik. Tapi kini ia dihantui rasa takut pada persoalan hatinya. Memang benar masalah hati tidak ada yang bisa ngatur, apalagi jika masalah jatuh hati. 

Sekeras apapun Runa mencoba tidak membuka hati pada siapapun, ia tidak bisa menapikan kehadiran sosok pria yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat hanya dengan melihatnya dari jauh. Sosok yang misterius tapi perlahan menghangatkan buat Runa. Senyumnya, cara pikirnya serta perbuatannya. Runa merasa kehangatan itu tiga hari belakangan dan ia mulai merasa egois untuk bisa merasakan lagi besok dan seterusnya. 

"halo.. kenapa Na?" 

"besok jemput gue yaa tolong," 

"lah supir lu baru 3 hari kerja udah resign apa gimana?" 

"oh lu udah gak mau anter-jemput gue lagi yaa?" 

"bukan gituuu, iya besok gue jemput." 

"thanks Vin,"

"yo! bye." 

"byeeee,"

"selamat pagi tuan puteri," sapa Melvin begitu Runa sampai di depan apartnya.

"selamat pagi Sven," 

"rusa dong gue," 

"hahaha persis," Melvin pun melajukan motornya.

"anyway, ada apa ni lu mau dijemput? jangan bilang lu udah terlanjur nyaman idup susah," 

"mulut lu Vin," 

"yaa abis lu aneh," 

"gue pen ngobrol aja sambil ke sekolah." 

"cih, bilang aja lu kangen gue," 

"Vin, menurut lu kalo suka sama orang yang kayanya gak mungkin bisa kita milikin salah ga?" 

"apanih?! seorang Runa membahas perasaan ke cowo? wahh ujan es abis ini." Runa memukul bahu Melvin keras. 

"lu tuh jangan bercandain gue terus kenapa si," 

"Na, aduh, haha. kita temenan udah berapa lama sih? lu tuh gak pernah nih bahas kek tadi, baru kali ini sumpaaaaah." 

"lu gak patah hati kan Vin?" 

"kenapa jadi gue patah hati?" 

"yaa kali aja ternyata selama ini lu suka sama gue," 

"Na.. Na.. kalo gue suka sama lu udah dari lama gue tembak lu kali." 

"bener nihh?? soalnya kayanya gue udah jatuh hati sama orang lain," 

"ANJING! JADI INI SERIUS?" teriak Melvin dan mendapat pukulan lagi oleh Runa. 

"lu beneran gak suka sama gue kan?!!!" 

Eccedentesiast | Jay EnhypenOnde as histórias ganham vida. Descobre agora