26

41 16 69
                                    

Typo mungkin bertebaran
Happy Reading..

Hari demi hari terus berlalu, kini Amanda telah kembali menjadi Amanda yang dulu. Yang tiap berangkat - pulang sekolah naik bus, yang selalu menyendiri, yang menganti novel bacaan setiap 2 hari sekali. Semua nya kembali normal, bahkan ia sudah mulai sedikit terbiasa tanpa Jun. Namun masih sering berharap ada notif masuk dari cowok tersebut walau hanya mengirim sebuah titik, atau sekedar salah kirim pun tak masalah.

Pelajaran PPKN tengah di jelaskan di depan. Namun Amanda malah mengalihkan pandangan nya menatap ke arah luar jendela. Melihat awan putih juga langit biru, sesekali memejamkan mata merasakan semilir angin menerpa lembut wajah nya.

Melirik ke arah lapangan dimana kelas yang sedang pelajaran olahraga tengah ambil nilai tentang basket. Kantin yang sepi, gerbang sekolah yang tertutup rapat. Juga disebrang jalan sana, tempat Jun biasa menunggu. Sial, katanya udah mulai terbiasa. Tapi ya.. Namanya Rindu masih tetap ada.

"Man..". Sampai tangan nya di senggol oleh teman sebangku nya, membuyar kan lamunan gadis itu. Amanda menghelas nafas kemudian mengangkat sebelah alis nya bermaksud bilang "Apa?''.

"Tas lo kok kempes banget sih, ga bawa baju olahraga?". Petanyaan yang membuat Amanda seketika membulatkan mata nya. Sebentar.. Tadi perasaan udah di siapin, tapi..

"Ya ampun.. Belum di masukin ke tas!". Panik Amanda mengusap muka nya gusar, teman nya hanya merotasikan mata kembali menghadap papan tulis.

"Kebiasaan sih..". Cibir sang teman, sedangkan Amanda kini telah menenggelamkan wajah nya pada lipatan tangan.

"Siap-siap di hukum abis ini".

Ini semua gara-gara Jun. Kan biasanya Jun yang selalu ingetin Amanda buat bawa baju olahraga. Tapi kenapa sekarang Jun malah ngilang segala!.

"Jun brengsek!".

***
"Mbak, Mintchoco nya satu cup mini aja ya..". Sore ini sepulang sekolah, Amanda rela berjalan kaki dari sekolah menuju tempat es krim favorit nya guna membalikan mood setelah di hukum tadi.

"Mbak, Mintchoco nya satu, sama rasa coklat nya dua. Cup kecil aja ya..".

Amanda tertegun sebentar kala rasa es krim favorit nya disebut. Entahlah Amanda senang aja gitu kalau ada orang yang juga suka sama rasa mintchoco. Itu artinya bukan Amanda satu-satunya orang aneh yang suka es krim rasa odol tersebut. Bukan hanya itu yang membuat Amanda mematung sekarang, namun suara seseorang yang memesan tepat di sebelahnya ini kok.. Tidak asing ya?

Amanda melirik orang di samping nya
Rahang tajam, juga tampan. Benar Jun!. Membuat jantung Amanda berdebar seketika.

Seakan waktu berhenti, Amanda tidak melepaskan pandangan nya. Meneliti wajah tampan itu sampai tidak terlewat sedikit pun. Masih sama, Tampan dan manis.

"Hai..". Sapa Amanda tanpa sadar, tangan kanan nya ia gunakan untuk melambai, ujung bibir nya tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Ini Mintchoco cup mini pesanan nya ya kak..". Sampai suara sang kasir menginterupsi. Membuat Amanda terpaksa mengalihkan pandangan nya kembali.

"Ah iya.. Terimakasih mbak". Ucap nya setelah membayar, kembali menatap Jun yang masih menunggu pesanan nya.

"Gue duluan ya..". Pamit Amanda yang dibalas anggukan oleh Jun.

Bahkan sapaan 'Hai' nya aja belum dibalas, ini sudah pamit aja. Jun masih sama, cuma sikap nya udah beda.

***
"Bentar..". Panggilan dari belakang menghentikan langkah Amanda yang baru saja keluar dari pintu cafe. Ia membalikan badan nya, melihat Jun yang tengah berjalan menuju ke arah nya.

"Kartu pelajar lo jatoh". Hanya untuk mengembalikan kartu pelajar.

"Eh iya.. Makasih, Jun". Ucap Amanda menerima kartu pelajar tersebut. Matanya melirik pada plastik di tangan Jun, "Mintchoco, oh.. Buat Lia, ya?". Tanya Amanda tanpa sadar. Jun mengangguk sebagai jawaban. Amanda tersenyum, pahit.

"Kenapa?".

"Huh?".

"Itu..". Tunjuk Jun menggunakan dagu ke arah lutut Amanda.

Amanda menggaruk tengkuk nya, "oh ini.. Tadi dihukum gabawa baju olahraga, disuruh lari terus jatoh deh". Jelas nya sambil melihat luka pada lutut nya.

"Oh..". Respon Jun terlalu dingin. Lalu berpaling pergi dari hadapan Amanda . Gadis itu mematung, menahan nafas kala tubuh Jun melewati nya begitu saja, tangan nya terkepal seakan menahan tangis.

Ia mengulas senyum nya paksa, "it's oke, gapapa man..". Hiburnya pada diri sendiri. Ia berjalan perlahan sambil memakan es krim nya sedikit demi sedikit. Kemudian duduk di halte guna menunggu bus. Bersenandung kecil sambil mengayunkan kaki, sesekali memejam kan mata menikmati angin sore.

Tap!

Amanda membuka mata nya kala ia merasa bahwa kaki nya tengah di sentuh seseorang. Kemudian menunduk mendapati Jun yang tengah berjongkok sambil fokus menempelkan handsaplast pada lutut nya yang luka.

Jantung Amanda mendadak berdegup ketika Jun mendongak kan kepala. Membuat mata mereka bertemu untuk sepersekian detik. Sungguh Amanda rindu dengan manik yang menatap nya tenang namun dalam seperti ini.

Jun berdiri memasukan tangan nya pada saku jaket kemudian mengalihkan pandangan. Berjalan menjauh meninggalkan Amanda tanpa sepatah kata pun.

Tak lama suara deru motor terdengar mendekat, berhenti di depan halte. Jun membuka kaca helm nya, "Ayo". Ucap nya membuat Amanda mengerjapkan mata nya.

Ini Jun ngajak pulang bareng?.

***
Selama perjalanan hanya diam. Jun sibuk dengan pikiran nya sedangkan Amanda sibuk mengamati punggung lelaki di depan nya.

Punggung yang biasanya hampir setiap hari Amanda tatap. Namun sekarang dapat melihat punggung Jun seperti ini merupakan momen langka.

Benar kata-kata "Someday you'll miss today". Kaya setiap momen dan waktu itu memang berharga. Tampak biasa saja namun akan dirindukan suatu saat.

Amanda rasanya ingin mengumpat karena jarak rumah nya dengan cafe es krim dekat sekolah kenapa hanya 15 menit. Mereka sudah sampai di rumah Amanda. Gadis itu menghela nafasnya sesaat sebelum turun dari motor.

"Makas--".

"Nih". Potong Jun, menyerahkan selembar sticky note berwarna biru kepada Amanda, "tempel di kaca lemari, jangan di jidat". Ucap nya sambil menghidup kan kembali mesin motor lalu pergi begitu saja meninggalkan Amanda, Lagi.

Gadis itu masih mematung menatap kertas kecil di genggaman. Sudut bibir nya tertarik membentuk senyuman tipis kala ia membaca tulisan pada kertas biru tersebut.

'Senin bawa topi sama dasi'
'Kamis bawa baju olahraga'

Jangan gampang lupa, lo masih muda. Bodoh!

***
Sepertinya kebahagiaan yang ditimbulkan sticky note tadi berdampak panjang. Bahkan sampai malam pun Amanda masih tersenyum layak nya orang gila sambil menatap kertas kecil yang sudah tertempel di kaca lemari nya. Sesuai pesan Jun tadi.

"Jun.. Boleh bilang rindu?".

Ting!
Ponsel yang ia letakkan di atas nakas berdenting. Membuat Amanda mengalihkan pandangan dari sticky note menuju handphone nya. Beranjak untuk mengecek notif tersebut yang seketika membuat senyuman nya yang mengembang sedari tadi perlahan luntur.

From: +62 xxx xxx

Amanda?
Ini gue Lia, besok bisa ketemuan di cafe ini jam 5 sore ga?
[Share Location]
20.45

Well.. Terlalu bahagia bisa menimbulkan sakit setelah nya.

Tbc.. ❤

Mau cerita sedikit. Aku.. Kayanya oleng ke Hoshi hueee.. 😭

Jun, maaf sepertinya posisi mu sebagai ultimate bias selama 3 tahun mulai terancam.

Lean on me |JUN|✔Where stories live. Discover now