19

58 31 140
                                    

Typo mungkin bertebaran
Happy Reading..

Jun memerhatikan pantulan wajahnya di kaca spion, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm. Matanya melirik sekilas kantong yang tergantung di motor nya. Tersenyum lebar kala satu persatu siswa mulai berhambur keluar gerbang. Tak sabar untuk menemui Amanda setelah 2 hari hanya bersitatap lewat layar.

Namun, hampir 10 menit Jun menunggu gadis itu tak kunjung keluar. Seingat Jun ini juga bukan jadwalnya Amanda piket. Kemana dia? Ga mungkin Amanda ga masuk hari ini kan.

Jun memutuskan untuk turun dari motor nya menghampiri seorang siswa yang tengah duduk bermain handphone di halte depan sekolah.

"Dek, kenal Amanda gak?"

"Amanda?"

"Oh, Amanda Winata anak kelas 11 yang boncel rambut ikal dibawah nya itu loh, tau ga ya?" Anak itu diam tampak mengingat- ingat orang dengan ciri-ciri yang sama seperti yang Jun katakan. Tak lama anak itu menjentikkan jarinya.

"Oh.. Si tukang penyendiri itu ya?"

''Em.. Ya" jawab Jun sedikit ragu. Tapi ya.. Mungkin saja yang di maksud anak itu memang benar Amanda kan. Mengingat gadis itu memang senang menyendiri.

"Gue ga sekelas sama dia sih bang, cuma kalo ga salah tadi pas apel pagi liat deh"

"Oh oke makasih ya" Jawab Jun sebelum akhirnya berlari memasuki sekolah, menyusuri koridor yang sudah sangat sepi. Mengintip kelas satu persatu lewat jendela. Namun nihil gadis yang dicari belum juga ditemukan.

Sampai Jun mendengar isakan samar-samar berasal dari kelas tengah di lantai 2. Mendapati seorang gadis yang tengah menenggelamkan wajahnya di atas meja. Sendirian.

"Amanda.. Kenapa?" Jun menghampiri, menyentuh bahu sempit yang bergetar itu lembut. Amanda menegakkan tubuhnya menatap Jun dengan mata berair.

"Kenapa orang berjuang ga sampai akhir?" tanya nya sesegukan. Jun diam tidak mengerti.

"Kenapa kalau berjuang cuma setengah-setengah?"

"Man.. Aku ga paham maksud kamu"

"Ini.." Amanda menunjukan sebuah novel, "Masa di cerita nya si cowok akhirnya nyerah gitu aja sih, percuma dong.. Ngapain dari awal berjuang kalau akhirnya berhenti tengah jalan? Ngebuat si cewek yang udah mulai ngerasa nyaman harus nerima pahit nya kenyataan?" Amanda menggebu masih dengan air mata yang terus mengalir. Jun mengulas senyum nya, menarik kursi duduk di hadapan gadis itu. Sungguh lucu melihat Amanda nangis hanya karna cerita novel.

"Dia ga berhenti tengah jalan man.. Cuma lagi istirahat sebentar, mikir mau harus lanjut atau udahan" jelas Jun lembut, tangan nya terangkat membelai lembut rambut gadis dihadapannya itu.

"Lanjut dong! Bukan nya kalau mau ngedapetin sesuatu emang harus diperjuangkan" sanggah Amanda, Jun terkekeh kecil.

"Do your best but maybe not sometimes.. "

"..."

"Dia mungkin udah ngerahin semua yang dia bisa man, berhenti bukan artinya dia nyerah ada saat nya dia lelah. Perlu waktu untuk ngambil keputusan buat kedepan nya".

Ada jeda untuk Jun mengambil nafas sebelum melanjutkan. Matanya menatap tenang manik berair gadis di hadapan, kembali membelai rambutnya lembut. Menyalurkan ketenangan.

"Kalau dia mutusin buat mundur. Man.. Ngelupain juga butuh perjuangan. Berjuang berusaha buat ga peduli, berusaha buat nerima hasil yang ternyata ga sesuai ekspektasi awal. Karna sama aja kayak fisik hati juga bisa lelah. Jadi.. Coba buat berhenti mungkin bisa jadi opsi terbaik buat dia ataupun si cewek itu".

Amanda terdiam, sesegukan nya sudah mulai reda karena Jun yang tak henti nya mengelus rambut nya lembut sepanjang obrolan.

Kata-kata Jun ada benarnya. Berjuang bukan sekedar bertahan tapi juga melepas kan. Membuat Amanda baru saja merasa malu karena sifat kekanakan nya. Menangisi cerita dalam novel? Heol.. Sangat memalukan!.

Amanda yang sedari tadi menunduk, kini berani menatap Jun yang masih Setia membelai rambut nya. Dengan senyum hangat terlukis di bibir tipis nya. Senyum yang Amanda rindukan secara langsung dalam 3 hari ini? Ya.. Anggap lah begitu.

Amanda tersenyum kikuk. Ia bahkan baru sadar kalau Jun baru saja pulang dari seminar.

"Hai.. " ucap nya dengan suara sediki serak efek menangis sambil menghapus sisa airmata nya.

"Oh Amanda liat.. Aku bawain kamu dumpling loh tadi  siang aku masak"

Senang akhirnya bisa mendengar celotehan Jun lagi.

"Tapi kayanya udah dingin gara-gara kamu si cengeng yang nangis karna cerita novel haha.. "

Dan.. Jun nyebelin balik lagi:)

"Tapi gapapa.. Ayok makan.. " Ucap Jun bersiap membuka kantong berisi tempat dumpling buatan nya. Sebelum Amanda menahan tangan nya.

''Jun.. Ini jam berapa?"

"Jam 17.58" balas Jun setelah melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.

Amanda berdiri tiba-tiba sambil sedikit menggebrak meja membuat Jun tersentak kaget. Ia menatap Jun panik, masih menggenggam lengan Jun erat.

"Jun, gerbang ditutup jam 6!" Katanya kelabakan, memasukan buku novel dan buku pelajaran yang masih tersimpan di laci meja.

"AMANDA KENAPA GA BILANG DARI TADI SIH.."

Sorry Wen Junhui, Mungkin makan dumpling nya harus tertunda lagi:)

TBC.. 💜

Aku ngetik apaan sie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku ngetik apaan sie.. Semoga suka deh 😭

Lean on me |JUN|✔Where stories live. Discover now