25

35 18 57
                                    

Typo mungkin bertebaran
Happy Reading..

Pekan ujian untuk anak kelas 12 telah berakhir. Kini Amanda dapat kembali masuk ke sekolah seperti biasanya. Ah tidak seperti biasa sih, karna kalau biasanya Amanda akan mendapati sebuah notif berisi 'aku udah di depan rumah kamu'. Kemudian mendapati Jun tengah duduk di atas motor di depan rumah nya. Namun, hari ini tidak.

Bahkan jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 tapi suara motor Jun pun tak kunjung terdengar. Hal yang Amanda lakukan bodoh, bukan? Membuang-buang waktu untuk menunggu orang yang sudah tau tidak akan datang.

Amanda kembali membuka handphone nya, membuka room chat ia dengan Jun sambil tersenyum pahit. Bahkan pesan nya beberapa hari yang lalu pun tak kunjung mendapat balasan. Hanya meninggal kan dua centang biru disana.

Amanda beralih untuk membuka aplikasi ojek online. Sembari bergumam ''udah cukup nunggu nya, ayo hadapi kenyataan".

***
Kalian tau kalau kebiasaan itu susah untuk dihilangkan? Memang bukan kebiasaan dari kecil sih. Tapi..

Mengecek ponsel berkali-kali setiap malam sebelum tidur, berharap ada satu pesan dari Jun disana sekedar mengirimkan ''good night Amanda'' seperti yang biasanya Amanda terima. Atau mengecek riwayat panggilan masuk ketika pukul 2 siang pas jam pelajaran, barangkali ada nama Jun disana. Seperti biasanya Jun yang suka iseng menelpon nya saat jam pelajaran hanya untuk sekedar bilang, "Man, aku mau kamu titik ga pake koma ga pake tanda tanya". Lalu dimatikan kembali.

Juga kebiasaan untuk melihat punggung Jun ketika Amanda baru saja keluar gerbang waktu jam pulang sekolah, kemudian pulang bersama sambil mendengarkan celotehan atau jokes random dari lelaki itu.

Entah kebiasaan atau angan-angan, entah kebiasaan atau sekarang berubah menjadi sebuah harapan. Sekedar berharap, bisa kah semua itu terulang?.

Seperti sekarang, Amanda yang masih Setia menunggu di halte depan sekolah padahal bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. Bahkan sekolah pun hampir sepi. Tengah fokus membaca novel dalam genggaman nya. Sesekali mata nya menatap lurus ke ujung jalan berharap suara motor serta sosok yang ia tunggu akhirnya datang.

Tentu, tidak mungkin. Dan Amanda sudah tau itu. Tapi masih tetap memaksakan. Kata hatinya, "tunggu aja sampe jam 6,kalau jam 6 belum dateng juga yaudah pulang. Besok, tungu lagi". Begitu terus selama beberapa hari ini.

Amanda melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, "masih jam 17.45" ucap nya kemudian  menyenderkan punggung ke kursi halte sambil menghembuskan nafas pelan. Kembali fokus membaca novel nya.

Deru suara mesin motor membuyarkan fokus nya. Semakin lama semakin mendekat. Telinga nya terusik namun hati nya berdesir, "Jun?!" batin nya otomatis, mendongak kan kepala.

"Maaf, bukan orang yang lo tunggu ya?" Ucap Hoshi langsung paham kala mata berbinar gadis itu redup seketika beserta senyum nya yang perlahan luntur ketika menatap dirinya.

"Kak Hoshi ngapain ke sekolah? Bukan nya anak kelas 12 udah pada libur?". Tanya Amanda mengalihkan pembicaraan. Memaksa lebar senyum nya agar Kak Hoshi tidak tersinggung.

Kakak kelas nya itu membuka helm, turun dari motornya lalu mendudukan diri di samping Amanda, "diajak main futsal, bosen juga dirumah mulu". Jawab nya santai, ikutan bersender, "masih nunggu Jun, ya?" Tanya nya tanpa melihat Amanda sedikit pun.

Amanda terjengkit mendengar pertanyaan tersebut, namun tetap berusaha terlihat tenang, "bukan". Jawab nya berbohong.

Lelaki di sebelah nya tampak mengulas senyum tipis, "jadi?".

"Nunggu angkot" Jawab Amanda asal, Kak Hoshi menganggukkan kepalanya.

"Emang bakal dateng?"

"Paling bentar lagi lewat"

"Jun". Ucap nya, kini menatap Amanda dalam dengan posisi badan menyamping menghadap Amanda.

Gadis itu menahan nafas nya kala nama 'Jun' disebut. Jari nya ia remat tanpa sadar pertanda bahwa ia gugup. Masih diam karna tak tau harus merespon bagaimana.

''Gimana rasanya, Man?"

"Apa kak?"

"Perasaan lo..". Angin berhembus, menambah dingin nya suasana sore ini. Awan sudah tampak kemerahan namun jawaban dari gadis itu belum juga dikeluarkan.

"Kalau suka bilang, kalau kangen bilang. Mau diem sampai kapan?". Bahkan sampai pertanyaan lain datang, Amanda masih diam menatap kosong ke arah depan.

"Kalau bilang emang bisa ngubah keadaan?" cicit nya tanpa sadar. Kak Hoshi meletakkan tangan nya di bahu gadis itu, menepuk bahu itu pelan menyalur kan kekuatan.

"Man, jangan gampang nyerah sama keadaan, harus berjuang dong.."

"Percuma kak, udah jelas kok"

"Jelas apanya?"

"Jun.. " kata-kata nya tergantung tak sanggup untuk melanjuti. Hoshi tentu paham akan maksud gadis itu.

"Emang udah pasti? Kalau belum lo liat atau denger langsung.. Jangan langsung ber-opini"

Kata-kata barusan membuat Amanda memutar otak nya mencerna kemudian mengangguk.

"Udah jam 6 nih, udah ayo pulang besok tungu lagi. Tiap hari kaya gitu kan?" Ucap Kak Hoshi menimbulkan tatapan heran Amanda. Bagaimana Kak Hoshi bisa tau kebiasaan Amanda akhir-akhir ini, padahal ia kan tidak ke sekolah tiap hari.

"Kak..?''

''Eit.. Gausah horor gitu dong natep nya. Tenang.. Gue gak nguntit lo kok" jelas nya

"Terus?"

"Cuma ngejagain lo..'' lanjut nya dengan suara melemah. Bangkit kemudian menjulurkan tangan nya untuk menarik Amanda berdiri.

Menaiki motor hitam kesayangan nya beserta Amanda di boncengan.

"Ngejaga, dari jauh..''

Tbc.. 💜

Cuma mau ingetin:

KEEP STREAM ROCK WITH YOU!




Lean on me |JUN|✔Where stories live. Discover now