"Keysha gak kenapa-napa, Bund. Keysha gak sakit." ucap Keysha seraya melepas pelukannya.

"Tapi wajah kamu pucet sekali. Atau Bunda panggil dokter kesini." Safina yang hendak berdiri langsung ditahan oleh Keysha.

"Keysha..." Keysha menjeda ucapannya, sekarang ia bingung, apa ia harus memberitahu tentang mimpinya akhir-akhir ini.

"Keysha gak kenapa-napa, Bund. Keysha baik-baik aja. Cuma tadi Keysha mimpi," lanjutnya.

"Mimpi? Amora mimpi apa?" dahi Safina mengerut, kepanikannya masih ada.

"Tadi Keysha mimpiin Ayah. Iya, Keysha lagi mimpiin Ayah." jawab Keysha berusaha tenang dan tidak sepenuhnya berbohong.

Safina terkejut mendengarnya.

"Keysha kangen sama Ayah, Bund. Jadi Keysha mimpiin Ayah," kata Keysha.

Safina kembali memeluk Keysha, jemarinya mengelus rambut Keysha lembut. Safina tidak tahu harus berkata apa? Jujur, wanita itu merasa kasihan kepada anak gadisnya. Keysha harus merasakan apa yang tidak seharusnya ia rasakan diusianya.

"Mimpi itu hanya bunga tidur, nak. Nanti kita ziarah ke makam Ayah, mau?" ujar Safina, Keysha mendongak.

"Boleh?" tanyanya.

"Boleh, apa aja buat Amora, Bunda akan usahain."

"Makasih Bunda, maaf Keysha udah bohong sama Bunda.." kata Keysha membatin.

Merasa Keysha sudah lebih baik, Safina melepas pelukannya, tangannya merapikan anak rambut Keysha yang menutupi netra cantiknya.

"Oh iya, Bunda kesini mau ngajak kamu makan malem. Tadinya bi Rati udah kesini, tapi katanya kamu lagi tidur. Jadi Bunda aja yang bangunin," terang Safina.

Keysha menggenggam tangan Safina, "Maaf Keysha udah repotin kalian,"

"Gak! Bunda gak ngerasa kamu repotin. Malah Bunda seneng bisa ngurus kedua anak Bunda sendirian," balas Safina tersenyum lembut.

Sementara diruang makan, Rakael menggerutu ditempatnya sedari tadi Rakael sudah menahan rasa laparnya hanya untuk menunggu Bundanya menjemput Keysha.

"Lama lo!" sembur Rakael dengan wajah tidak bersahabat ketika Keysha sudah duduk didepannya.

"Maaf," ucap Keysha tidak enak hati, pasalnya bukan hanya Rakael yang berada diruang makan tersebut, ada Agam juga.

"Kamu lebay deh, baru juga sebentar." timpal Agam diselingi kekehan ringan.

"Udah-udah, ngomongnya nanti. Sekarang kita makan, ada singa kelaparan soalnya." ucap Safina seraya mengambilkan makanan buat ketiga orang dimeja makan malam.

Kegiatan makan malam itu berjalan dengan baik, hanya ada suara dentingan sendok yang mengisi keheningan, seolah mereka begitu menikmati makanan yang dihidangkan.

Diam-diam Rakael melirik Keysha, adiknya itu makan dengan kepalanya yang menunduk tenang. Dari awal Keysha datang sampai duduk hanya kata maaf itu yang ia lontarkan, tidak ada basa-basi seperti biasa yang selalu membuat Rakael kesal.

Ingin bertanya, tapi sayang gengsinya tidak selemah itu.

"Amora gak mau nambah, nak?" tanya Agam penuh perhatian.

"Gak, Om. Keysha udah kenyang," jawab Keysha tersenyum tipis.

"Kok Om? Ayah dong, biar sama kayak abang Kael." ucap Agam menggoda keduanya kakak beradik itu.

Keysha hanya mengangguk kecil, senyum tipisnya masih terpatri diwajahnya. Entah kenapa perasaanya sedikit gelisah.

"Dia belum terbiasa kali, Yah." sahut Rakael, kali ini Rakael menatap Keysha.

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now