21. (Not) Strong Enough

Depuis le début
                                    

Sekar tersenyum tipis menyadari rasa lega yang menghinggapi hatinya setelah bercerita kejadian kelam itu. Meski belum semua cerita ia lontarkan, tapi hatinya sedikit lega.

Sayangnya, senyum tipisnya itu harus pudar kala menemukan kehadiran pria yang menjadi traumanya tengah berjalan mengarah kepadanya. Kakinya berhenti melangkah. Hendak membalikkan tubuh, namun entah kenapa tubuhnya terasa kaku. Hingga pria itu benar-benar mendekatinya.

"Hai, Sekar!" Lagi-lagi sapaan itu terdengar asing di telinganya. Sekar berdeham kemudian melangkah lagi meninggalkan cowok itu. Namun sayangnya, pria itu malah menarik lengannya.

"Jangan pergi dulu, Sekar! Gue mau ngomong," pinta Gavin. Satu tangan Sekar yang bebas berusaha melepaskan cengkraman Gavin pada tangannya.

Pria itu menghela napas gusar, "Sekar, bisa gak kalau ketemu gue tuh jangan pergi?"

"Sorry, gue buru-buru." Sekar berlari, tapi Gavin mengejarnya. Karena langkah kaki Sekar yang kecil, Gavin pun bisa menggapai gadis itu. Murid-murid yang berada di koridor itu pun memerhatikan kedua manusia itu dengan tatapan aneh.

"Hei, tunggu dulu! Ngerti gak, sih? Atau lo gak ngerti bahasa manusia?" cerca cowok itu membuat Sekar tersentak.

Jauh di belakang Sekar dan Gavin, seorang pria tengah memerhatikan keduanya. Bukannya tidak ingin membantu gadis itu dari laki-laki yang mengganggunya, tapi sosok ini ingin memerhatikan dulu apa yang akan terjadi di antara keduanya.

Sekar menatap lawan bicaranya itu dengan garang. "Emang lo manusia? Manusia macam apa?" sentak gadis itu dengan sedikit keberanian. Sebisa dan sekuat mungkin ia menyembunyikan suaranya yang bergetar.

Kening Gavin mengernyit. "Lo kok jadi gini? Lo berubah," ungkap Gavin menatap dalam-dalam netra mata gadis itu.

Sekar menunjuk tepat di dada Gavin. "Lo yang bikin gue berubah. Apa lo gak sadar? Hah?" Gadis itu merasakan pasokan udara di sekitarnya menipis. Rasanya ia ingin sekali melarikan diri dari hadapan pria jahat itu, namun sayangnya Sekar sudah terlanjur melawan Gavin meskipun keberanian tidak banyak berpihak padanya.

"Bagus dong. Artinya, cacian gue sama kak Melati gak sia-sia." Gavin mengakhiri kalimatnya dengan senyum miring di kiri.

Sekar benar-benar tersentak akan hal itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Dari awal ia benar-benar tidak percaya dengan kehadiran pria itu untuk meminta maaf atau setidaknya menyadari kesalahannya dulu. Tapi ternyata, kita bisa sama-sama tahu apa yang Gavin perbuat sekarang.

Kedua kakinya seketika kaku, tidak bisa membawanya pergi dari Gavin. Bahkan, orang-orang di sekitar pun hanya menonton keributan itu tanpa mau membantunya. Sekar mulai panik, takut jika Gavin membongkar semua masa lalu mengerikannya di depan khalayak banyak.

Sedetik kemudian, semesta menghadirkan seseorang untuk membantu gadis itu. Seseorang itu menarik kerah baju Gavin dari belakang. Pria bertubuh jangkung itu mengancam, "Pergi sekarang atau muka lo gue lukis pake bogeman ini." Pria itu menunjukkan tangannya yang sudah terkepal kuat.

Gavin menghempas tangan pria berhoodie abu-abu itu dari kerahnya dan segera pergi. Kepergiannya ditatap nanar oleh Sekar.

"Ada yang luka?" tanya pria itu, mengabsen penampilan Sekar dari atas hingga bawah.

Gadis itu menggeleng. "Gue gak apa-apa. Makasih ya, Bumi. Gue duluan," ujar Sekar langsung meninggalkan Bumi.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Sekar berjalan memasuki toilet wanita. Hanya ada dirinya di sana. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di wastafel. Memejamkan kedua mata, masih tak percaya ia berhadapan lagi dengan Gavin.

AMOUROù les histoires vivent. Découvrez maintenant