Reuni

565 56 12
                                    

Happy Reading ❤

~●●●~

Baekhyun termenung menatap deburan ombak yang mulai mengikis butiran pasir itu dengan brutal. Semilir angin yang menerbangkan helaian rambut menjadi kawan untuk menatap hamparan laut. Bibirnya menyungging senyum yang sarat akan rasa syukur dan haru. Tangan mungilnya bergerak perlahan menuju perut datarnya, mengusapnya pelan.

"Anyeong... aku ibumu." Kepalanya menunduk, menatap usapan sayang yang berada di atas perutnya.

"Aku tau kau bahkan masih berupa segumpal darah kecil dan tak akan bisa mendengar ibu. Tapi ibu masih ingin mengatakannya."

"Selamat datang di perut ibu. Kami sangat bahagia." Gadis itu tersenyum lembut. Mungkin dari sini kita harus meralat kata 'gadis' karena pemeran utama kita sudah bukan 'gadis' lagi.

Suara dering ponsel menyudahi acara 'sapaan' kepada janin yang masih belum berbentuk itu. Baekhyun menatap layar ponselnya yang menunjukkan nama "Luhan Cantik". Ia menatap nama itu penuh arti, kemudian dengan satu tarikan nafas, jemari lembutnya menggeser ikon hijau dan kembali menatap debur ombak dengan ponsel ditelinganya.

"Yoboseyo."

'Baekhyun?' Suara diseberang terdengar lirih.

"Anyeong Luhan-ah.."

Baekhyun bisa mendengar suara isakan dari balik ponselnya. Ia yakin gadis China itu sedang menangis kencang sekarang. Ia memejamkan mata. Merasakan belaian angin yang menerpa permukaan kulitnya.

Cukup lama sambungan telpon itu hanya terisi dengan suara isakan dan suara debur ombak yang samar. Baik Luhan maupun Baekhyun tidak ada yang mulai bicara. Masih sibuk menenangkan hati masing-masing.

"Sudah?" Baekhyun mendengar suara isakan yang sudah tidak sekencang tadi.

'Baek.. aku.. a-aku minta maaf. Aku sangat menyesal. Aku-'

"Lu..."

Luhan berhenti seketika. Gadis itu menyiapkan jiwa dan batinnya jika Baekhyun mungkin akan mengumpat dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Namun semua itu ternyata hanyalah sebuah bayangannya saja. Kata-kata yang ia dengar berikutnya membuatnya kembali meneteskan air mata.

"Mianhae. Aku kekanakan. Tidak seharusnya aku menyalahkanmu, situasimu pasti juga rumit saat itu. Maaf aku tidak memperdulikannya dan membuatmu ikut merasakan dampaknya."

Luhan terisak kembali.

'B-baek.. ak-aku.. merindukanmu'

"Nado."

'Hiks.. hikss.... hiks..'

"Apa kita masih berteman?"

'Tentu saja.. hiks.. aku tetap temanmu..'

"Jadi kapan kau akan berhenti menangis?"

'Molla... ini hiks tidak bisa berhenti... huweeee... Baekhyun.... aku merindukanmu.. aku ingin memelukmu.. huwee...'

Baekhyun tersenyum, seperti inilah Luhan. Ia menerawang jauh keatas langit dan memikirkan ide yang gila.

"Lu, kau dimana? Aku akan kesana..."

'Tentu saja dirumah. Aku tidak akan kemana-mana sebelum melihat pemberkatan kalian.'

"Baiklah, tunggu aku."

Baekhyun mematikan sambugan teleponnya. Ia segera mengemasi keperluannya dan kemudian melesat turun menuju lobi.

Seluruh staff disana sudah mengetahui siapa wanita yang kini sedang berdiri didepan meja resepsionis. Wajahnya datar dan dingin. Tatapan matanya sangat tajam. Bagaimana presdir dan calon istrinya ini memiliki aura yang sangat mirip?

PROMISE. (CHANBAEK GS) 'END'Where stories live. Discover now