Awal

955 66 2
                                    

Happy Reading ❤

Sepi. Sunyi. Hampa. Ntah kata apa lagi yang bisa mendeskripsikan perasaan hambar tak berasa. Seseorang pernah berkata, hampa itu seperti langkah tak berjejak, senja tapi tak jingga, cinta tapi tak dianggap.¹

Sebuah rasa kosong disaat penuh, sebuah rasa sunyi di tengah bising. Sebagian orang menyukai suasana senyap di hening malam untuk menata kembali jiwa dan pikiran yang porak poranda, menenangkan hati yang lelah berteriak, menyepi dari bising dunia.

Sebagian lagi terlampau tenggelam. Sunyi sepi bukan hanya sebagai pelipur lara namun menjadi sebuah keharusan, kewajiban. Sebuah kehidupan. Dimana hati yang terlanjur kosong dibiarkan begitu saja. Tak tersentuh, tak terawat. Menjadi sebuah ruang pengap yang menguar aroma hampa menyelimuti jiwa.

Ntah bagaimana seorang gadis bisa hidup dengan kondisi seperti itu. Baekhyun tak terlahir dari keluarga fakir cinta. Yang dia dapatkan justru melebihi semua rasa kasih dan sayang di seluruh dunia. Namun bukan takdir namanya jika tak mampu membalik keadaan. Netra binar berkilau itu kini redup, tak setitikpun memancarkan cahaya.

Segelap-gelapnya malam, pagi akan datang. Sehebat-hebatnya badai, pelangi akan menyapa. Setidaknya itu yang diyakini oleh Baekhyun.

Tangan mungil itu masih setia menggenggam tangan rapuh yang lemah tak bergerak. Setidaknya dia harus hidup untuk melihat ibunya membuka mata. Sampai detik ini itulah tujuan hidupnya. Yah, dia melakukannya. Meskipun kita tau jika yang dia maksud dengan 'hidup' jauh dari kata hidup itu sendiri.

"Kau kesini lagi? Sudah kukatakan untuk menjauhi putriku! Dasar anak sial!" Seorang wanita berumur mengucapkan dengan pelan dan tenang. Seolah itu adalah sebuah ucapan se biasa kata 'apa kabar'. Gurat keriput di sekitar wajahnya menunjukkan jika wanita itu merupakan sang nenek. Seharusnya. Sesuai silsilah. Namun dari ucapannya, bisa dipastikan wanita itu tak sudi dipanggil begitu oleh si gadis.

Baekhyun melepas genggaman tangannya pelan. Berdiri dan pergi dari ruang rawat ibunya. Telinganya seolah kebal dengan kata-kata menusuk seperti itu. Direndahkan, dicemooh, dihina merupakan hal wajar baginya. Itulah yang membuatnya menyukai sepi. Sendiri, berdua hanya dengan jiwa kerdilnya.

Alkisah berawal dari sebuah pertemuan antara sang putri dan si gembala yang membuat mereka saling jatuh cinta. Sayangnya mereka menikah tanpa restu dari kedua belah pihak. Sang putri mengandung terlebih dahulu adalah alasan. Diperkuat dengan perbedaan status sosial. Sang tuan putri meninggalkan istananya. Sang raja dan ratu kemudian menghampiri gubuk si gembala. Menghina, menghakimi keluarga si gembala bahwa karenanya sang putri meninggalkan istana. Keluarga petani itu melawan dengan sisa harga diri yang diambilnya dari lumbung belakang rumah. Melemparkannya tepat diwajah sang ratu. Jika sang putri tak merayunya tak mungkin si gembala berani menghamilinya begitulah pembelaan si petani. Begitulah kisah awal drama kebencian mereka, dan menyepakati jika semua ini kesalahan dari kehadiran sang jabang bayi.

Naasnya, si gembala meninggal saat menjemput kedua orang terkasihnya menuju tempat impian si gadis cantik. Sang putri yang terpukul mencoba bunuh diri. Namun sialnya ia berhasil diselamatkan dan berakhir tertidur di atas brangkar.

Sang gadis sebatang kara hidup di rumah keluarga petani dengan hinaan, tatapan jengah dan cacian. Empat tahun ia melatih hatinya. Menenangkan diri disana, menutupnya rapat sehingga semua caci maki itu tak sampai masuk ke dalamnya. Sayangnya ia membuang kunci itu ntah kemana. Sehingga ruang pengap dan gelap itu berubah menjadi singgasananya, tempat ternyamannya.

Baekhyun keluar dari rumah kakek neneknya saat masuk SMA. Pindah ke kota demi bersekolah di tempat yang sama dengan ibunya menuntut ilmu. Ntah bagaimana Baekhyun bisa lolos tes beasiswa sekolah elit itu. Dan disinilah dia sekarang, ibu kota. Seoul. Baekhyun tinggal di rumahnya dahulu. Meskipun sudah hampir tak ada barang yang terisisa, gadis itu betah dengan mengais sisa sisa memori indah disana.

Dan yaahh, siapa bilang drama akan berakhir? Dimana ada sekolah elit tentu disana ada anak kaya, sombong, angkuh dan sok berkuasa. Gadis pendiam, kumel dan sedikit congkak menjadi sasaran penindasan. Siapa lagi kalau bukan gadis kita, Baekhyun.

Percayalah meskipun Baekhyun adalah gadis suram namun dia tidak lemah. Di tangguh, kuat dan cerdas. Kata olok-olok dari siswa disana tentunya bukan apa-apa baginya setelah 4 tahun hidup dengan hinaan cacian sebagai teman tidurnya. Baekhyun tak pernah menanggapi teman-temannya. Ia hanya diam dengan wajah datarnya. Menatap dengan sorot tajam nan kelam.

Namun salah satu gadis sangat amat menyukai menindas Baekhyun. Tak hanya verbal namun juga fisik. Gadis itu Roseane Park. Atau yang Baekhyun kenal dulu bernama Park Chaeyoung. Rose dulu adalah teman Baekhyun saat SMP di Bucheon. Membela gadis rapuh itu dari segala caci maki teman sekolahnya. Gadis itu juga yang memberikan setitik cahaya pada Baekhyun bahwa semesta tak sekejam itu membiarkan dia benar-benar sendiri.

Hingga suatu hari sebuah kesalah pahaman merenggut secuil cahaya itu. Rose melihat Baekhyun berpelukan dengan pria yang dicintainya. Saat itu juga kebencian tertanam pada diri Rose. Dasar si Baekhyun yang juga tak pandai dalam hal menjelaskan. Dia hanya terdiam saat Rose memergokinya dengan ledakan emosi yang luar biasa. Rose pergi, merengek pada orang tuanya agar tak bertemu dengan Baekhyun lagi. Dan sekarang mereka kembali dipertemukan di sekolah yang sama, dengan takdir yang berbeda. Bukan lagi si baik hati yang membela si tertindas namun berubah jadi si kaya yang membenci si gadis miskin.





Note : ¹ kutipan Raditya Dika dalam film Manusia setengah Salmon


Ngetes doang nih...
Surem ga?
next ga?

PROMISE. (CHANBAEK GS) 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang