"Gue gak ada waktu buat dia. Mending kita langsung pulang aja deh Mea! Gue lagi bosan kalau bahas soal dia." balas Axel malas yang tak seperti biasanya raut wajahnya agak menggeram kecil sekilas dimata Mea. Cowok gondrong itu sedikit memalingkan mukanya ke arah lain.

"Awalnya niat gue juga maunya gitu sih sama Alyra, tapi saat ngeliat Mea sedang sendirian gini, gue jadi gak tega ninggalin Lo gitu aja, apalagi Rendra sialan itu malah menghilang gitu aja sama arwahnya." dengus batin Axel bergumam tanpa bisa didengar oleh Mea yang sedikit bingung menatapnya.

"Tapi..." Mea menunduk kecil. Axel berdecak kesal melihatnya.

"Ayo Mea gue udah capek! Lagian Alyra itu cewek mandiri dia bisa ngatasinnya, tanpa harus sama gue. Jadi gak usah khawatir. Dan juga Gue gak terlalu suka cewek lemah yang hanya cuma bisanya bergantung pada orang lain." kata Axel cukup sarkas. Mea terdiam membisu sejenak. Apa itu mungkin syarat untuk bisa memenuhi menjadi kriteria tipenya cewek yang Axel inginkan? Mea tak tahu harus melakukan apa agar Axel sadar tak harus memandangnya dengan sebelah mata dan menerima kekurangan Alyra. Bagi Mea Alyra lumayan itu cukup cocok untuk Axel yang keras kepala ini. Mea bisa melihatnya sendiri bagaimana Alyra selalu sabar menghadapi sikap kekanakan Axel yang kadang tak tahu diri itu.

Sementara itu disisi lain Alyra terlihat semringah sedang bersama seseorang orang cowok di sebuah mall suatu tempat yang cukup ramai mereka masuki. Orang itu ialah Rendra sedang menggandeng tangan Alyra dengan lembut agar cewek merah itu tidak mudah terlepas darinya.

Rendra juga memberikan jaket denimnya pada Alyra yang terikat dipanggang cewek itu sambil juga menutupi wajah cewek merah itu dengan topi yang biasanya Rendra pakai agar Alyra tak terlalu terlihat memalukan didepan banyak orang yang sekillas menyorotinya dengan rasa penasaran.

"Kita berdua kesini buat beliin Lo seragam baru lagi! Biar Lo gak besok gak harus pakai bikini pantai datang ke sekolah pamer sama yang lainnya,," ucap Rendra agak kesal dengan tingkah Alyra yang terus menyeretnya ke berbagai tempat lain. Mungkin cewek merah itu jarang datang kesini atau tidak pernah sama sekali menginjakkan kakinya, pikirnya sepintas mengingat bagaimana reaksi berlebihan senangnya Alyra pada tempat mall ini.

"Dasar biasa doyan matre lo jadi jadi cewek!!" ucap Rendra sedikit tersenyum tipis saat melihat Alyra tak bisa berkedip, ia jadi ikut senang merasakannya. "Hehe sesekali ya Ndra, gue suka banget ngeliat barang-barang mahal disini pada bagus semua." kata Alyra masih betah memperhatikan barang branded yang terpajang di toko itu.

"Bawel deh Lo! Pilih aja sana gue temanin." ucap Rendra agak kaku, pasalnya ia tak terlalu mengerti dengan kebutuhan yang disukai oleh para perempuan.

Sambil memilah-milah Alyra hanya membeli beberapa barang yang penting menurutnya bagus dan cocok untuknya namun harganya pun tak terbilang main-main. Setelah itu Rendra hanya tinggal membayarkan saja sejumlah banyak uang yang nominalnya cukup besar hampir saja menguras isi dompet tebal milik cowok itu. Alyra sempat-sempatnya melirik dalam sambil tertawa kecil disamping Rendra yang pasrah.

"Gila juga lu! Untung uang gue masih cukup! Kalau gak bisa kena masalah nih gue dikira mau nyolong." dengus Rendra.

"Sorry ya, gue emang sengaja ngelakuin itu karena itu hukuman buat Lo udah bikin marah dan diemin gue selama beberapa hari kita masih belum sempat berbaikan. Tiba-tiba aja Lo malah sok akrab lagi sama gue." Alyra terkekeh kecil sebentar lalu berpura-pura pasang muka sebalnya.

"Iya-iya gue manjain deh Lo biar kita bisa balikan lagi, eh temanan maksudnya." ceplos Rendra yang langsung mendapat pelototan dari cewek merah itu sambil cengengesan ditempatnya. Cowok berwajah sangar itu melakukan keinginan Alyra agar mereka berdua bisa berbaikan dan berdamai seperti dulu. Rendra juga tak ingin terusan membiarkan Alyra seorang diri tidak mempunyai siapa-siapa selain dirinya sejak masa kecil remaja mereka yang saling dekat   berteman hampir setiap hari selalu bersama.

Mylovelly Where stories live. Discover now