ꔷ─̸᰷᰷⋆࣪ ִִִֶֶֶ࣪꩜꩖ ֹֺ໋໋͓݊թׁ⍶rt 26⸝⸝

8.4K 1.1K 42
                                    

Βιsmιllαh...
υdαh lαmα gακ υρ γα hehe mααf ᭡࿔ ૮₍ ⸝⸝°∩°⸝⸝ ₎ა
lαgι sιbυκ sαmα kegιαtαn sekolαh sαmα gα αdα ιde sιh..
mακαsιh γαng mαsιh setια nυnggυ neχτ chαρter᭡
semogα hαrι αndα menγenαngκαn:)
gα nγαngκα υdαh 5 bln tαρι mαsιh chαρter 26 /sαd᭡࿔ οκκεγ see γου..᭡࿔ ૮₍ ⸝⸝˘ ³˘⸝⸝ ₎ა

❲ ▹ 𖥻ַ j̩̩̥ika ada kesalahan tulisan dll mohon maklumi! ❳
..

ꜥꜤHAPPY READING。〭•᷄ࡇ•᷅🔫

Kejadian yang menimpa Huan,sudah terdengar ditelinga Qian dan Zhao tapi seluruh isi kerajaan tidak mengetahuinya kecuali Wang Ye,Yui dan tabib istana dikarenakan Qian menyuruh mereka untuk tutup mulut. Sekarang Qian dan Zhao berada dipavilium,dimana Huan berbaring sekarang.

Namun Zhao menatap Qian bingung.

"Kenapa kau tidak khawatir sama sekali?"tanya Zhao kepada Qian, pasalnya sekarang dia malah duduk manis sambil memakan bakpaunya tanpa ada raut muka khawatir.

"Khawatir?buat apa?seharusnya bersyukur kan kalau orang sakit dosanya juga hilang dikit,kalau dipikir-pikir dosa si bocil lumayan banyak padaku bentar lagi juga akan sadar dia,"ujar Qian sambil mengetuk-ngetuk bakpau yang ia pegang ke dagunya.

"Hah,zhen tak tahu apa isi otakmu sekarang,"pasrah Zhao yang lelah menghadapi sifat Qian.

Hanya mengangkat kedua bahunya Qian melanjutkan aktifitasnya memakan bakpau tanpa sengaja ia melihat Wei yang berjalan kearahnya.Seketika ide usil melintas dikepalanya.

Qian berdiri dari duduknya lalu berpindah tempat ke pangkuan Zhao dengan kata lain Qian duduk dipaha Zhao,hal ini membuat Zhao kaget namun tertutupi muka temboknya.

"Sstt,diamlah aku pinjam pahamu sebentar buat duduk,"bisik Qian lalu mengambil bakpau dimeja dan saat itu juga Wei memasuki ruangan.

Qian melirik kearah pintu sambil membatin,'oke mari buat muka ondel-ondel menjadi udang kepanasan."

"Sayang~ buka mulutmu aaa~,"suruh Qian dengan suara manja dan pipi Zhao memerah malu bukan malu karna ada Wei disini namun malu karna blusing.

[ketikannya gimana astagfirullah ngebug seketika]

Wei yang baru saja masuk menahan kesal,'sialan bagaimana bisa sampah duduk dipangkuan yang mulia!?'

"Ehemk,salam yang mulia kaisar dan yang mulia permaisuri semoga hidup seribu tahun lagi,"sapa Wei membuat mereka berdua menoleh menghadap kearah Wei.

Bukannya menjawab sapaan Wei,Qian malah bertanya."Ahh ada selir ya?"

"E-eh i-iya yang mulia saya kesini ingin melihat keadaan adik angkat anda,saya mendengar jika dia sedang sakit."

Qian mengangkat kedua alisnya keatas menurutnya ada kejanggalan pada jawaban Wei,"Dari mana kau tahu?"

"Tadi saya mendengarnya dari dayang saya,"jawab Wei lancar dan jujur karna Sun dayang pribadi Wei sudah memberitahunya.

"Ohh,padahal aku menyuruh panglima Wang Ye dan dayang pribadiku untuk tutup mulut,"ucap Qian lalu melanjutkan kembali,"kondisi adikku sudah lumayan secepatnya dia akan pulih."

Muka Wei yang tadinya sudah merah padam menahan amarah kini dibuat pucat pasi."K-kalau begitu saya pamit undur diri ada pekerjaan yang belum saya selesaikan dan saya berdoa agar cepat sembuh buat adik anda yang mulia."ucap Wei lalu keluar dari pavilium. Tanpa sadar dari tadi Zhao diam memerhatikan percakapan kedua istrinya tak ada niatan membuka suara.

Seusai Wei pergi,Qian yang tidak bisa menahan tawa melihat ekspresi Wei sekarang dirinya tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul lengan Zhao."Bwahaha capekkk duh gusti,"keluh Qian sambil mengusap air mata yang keluar.

"Ahh maaf,"ucap Qian tersadar jika dia masih dipangkuan Zhao dengan cepat ia melompat berdiri namun lagi-lagi kakinya terlilit kain hanfu panjang yang ia pakai mllpembuat keseimbangan tubuh runtuh dan jatuh dipangkuan Zhao lagi.

"Sial,"guman Qian yang masih terdengar diindra pendengar milik Zhao.

"Jangan selalu berkata kasar,"ucap Zhao dingin terkesan seperti pedang es yang menusuk jantung membuat Qian susah meneguk ludah.

"Ehehe a-anu maaf kelepasan,"ujar Qian sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja gatal lalu berdiri dan duduk dikursi yang ia duduki sebelumnya.

Dua menit kemudian Qian membuka suara,"apa yang mulia sadar?"tanya Qian.

"Maksudmu?"

"Huh,istri kesayangananmu itu eh bukan yang benar selir kesayangan yang mulia itu apa yang mulia merasa ada yang janggal sama dia?"

Zhao terkekeh pelan mendengarkan kata 'kesayangan', "aneh sekali ucapanmu,tidak ada kesayangan bagiku kecuali ibu suri,"lanjutnya,"apa yang kau ucapkan memang ada benarnya zhen rasa ada sesuatu."

"Bagus,Kalau begitu sudah selesaikah urusan yang mulia disini?"usir Qian secara halus.

"Apa kau baru saja mengusir zhen?"

"Ku rasa tidak aku hanya menyuruh bukan mengusir."

"Ck,terserah." Ucap Zhao lalu berdiri dari duduknya,"semoga cepat siuman buat dia,"lanjutnya dengan melangkah kaki keluar secara paksa.

"waw imprencip,"guman Qian.

Tanya dimana Yui?sebenarnya Qian menyuruh Yui mencari daun pepaya untuk Huan tapi sudah sampai dua jam ia belum juga kembali.

"Ah,bocil bocil ternyata lo bisa keracunan juga ya.. Gue yakin ondel-ondel biang keroknya,liatin dulu baru senggol."

Setelah menyelesaikan kalimatnya,terdengar dorongan pintu dari luar dan pelakunya Yui dengan membawa daun pepaya ditangannya,"maaf nona nubi terlalu lama,karna disini daun pepaya sangat jarang ada yang menanam dan harus nubi apakan daun ini?"jelas Yui dan diakhiri bertanya.

"Tak masalah,lo tumbuh tuh daun terus ambil sarinya habis tuh rebus sarinya sampai mendidih baru kasih ke gue."

Yui mengangguk paham,"baik nona akan nubi kerjakan."lalu Yui berjalan kebelakang untuk menuju dapur.

Qian membayangkan betapa pahitnya sari daun pepaya pastinya sangat-sangat pahit,jika air sari itu ditelan oleh Huan pasti akan menampilkan muka terjeleknya.

Bisakah ini disebut kesempatan dalam kesempitan?tapi sari daun pepaya juga bermanfaat bagi kesehatan Huan,jadi tak masalah kan?

❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙❘❘❚❙
©®.﹫cottonneon࿐

Dan ya g nyambung bwehe

08/11/21




Menjadi Permaisuri Bar-BarWhere stories live. Discover now