"Terserah deh, Bund. Kael capek mau tidur sia─" ucapan Rakael terhenti ketika Keysha lebih dulu tertawa terbahak-bahak.

"Hahahah.. Jadi cowok dingin, cuek kek lo masih butuh tidur siang? Demi apa?" Keysha memegang perutnya akibat tertawa keras, mata gadis itu sampai berkaca-kaca.

Sedang Rakael? Cowok cuek level tinggi itu merutuki mulutnya yang bisa-bisanya kecoplosan didepan Keysha. Jelas Keysha tertawa mengetahui hal itu. Berbeda dengan Safina yang memang sudah tahu menahu soal perilaku Rakael.

"Diem lo!" sentak Rakael melemparkan tatapan tajamnya, tapi bukannya terlihat marah wajah Rakael malah terlihat emh... lucu.

Keysha gemes.

Keysha segera mengatupkan bibirnya, menahan tawanya. Tapi tatapan tengilnya masih terarah kepada Rakael.

"Bunda.." panggil Rakael setengah merengek.

"Udah, ya. Abang sekarang keatas, tidur siang. Amora sama Bunda dulu, mau?" selah Safina menengahi.

Rakael melirik Keysha tajam, setelahnya cowok itu berbalik menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamarnya berada.

"Selamat tidur siang, bang Kael." seru Keysha sedikit berteriak.

Safina menggeleng-gelengkan kepalanya, tentu ia sangat senang melihat interaksi kedua anaknya sudah lama terpisah itu.

"Sekarang berani, ya ledekin abangnya?" ujar Safina menarik lembut tangan Keysha untuk duduk di sofa.

Keysha menyengir, "Berani kok. Malah ini akan menjadi kebiasaan Keysha." ucapnya terkekeh geli.

"Kamu seneng?" tanya Safina, tangannya terangkat mengelus rambut Keysha.

Keysha mengerutkan keningnya, "Seneng?"

"Amora seneng punya abang seperti Kael? Selama ini kan, Amora punyanya kakak perempuan."

Mimik wajah Keysha tiba-tiba berubah sendu, ia teringat Rissa yang sampai saat ini belum bisa dikabarin. Walau Keysha sudah tidak peduli lagi, tapi Keysha tidak pernah membenci kakaknya itu.

"Kenapa? Bunda salah ngomong?" tanya Safina. Keysha menggeleng kecil.

"Keysha keinget sama kak Rissa, Bund. Kata temen-temen disekolah, kak Rissa gak masuk sekolah lagi setelah kematian Mama Windy. Nomernya juga gak bisa dihubungi," terang Keysha seadanya.

Safina hanya diam mengamati wajah Keysha, wanita itu tidak tahu harus berkata seperti apa. Selama ini yang ia tahu, Rissa sama saja dengan almarhumah Mama nya.

"Amora sayang sama, Rissa?" hanya itu yang bisa Safina ucapkan.

"Sayang," lirih Keysha, "Keysha emang marah sama kakak, tapi Keysha gak pernah niat buat benci kak Rissa." lanjutnya seraya menunduk.

Satu yang Keysha pikirkan, dimana kakaknya itu berada? Apa yang Rissa lakukan saat ini? Bersama siapa gadis itu? Bahkan terbesit dalam benaknya untuk menemui Rissa dirumah lamanya. Namun, hal itu Keysha tidak berani. Ia hanya takut Rissa semakin membencinya apalagi Windy sudah tak lagi ada bersamanya.

"Bunda? Kalau Keysha pergi kerumah Ayah boleh gak? Ah maksud Keysha kerumah itu.." ucap Keysha penuh harap.

"Ngapain?"

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now