Part 37

265 40 10
                                    

Rose hanya berdiri didepan pintu rumah sakit sekolah. Dirinya tak memiliki keberanian untuk melangkah masuk dan melihat Hermione yang telah diserangnya. Kepalanya melongok kedalam, melihat Tuan dan Nyonya Weasley menemani Ginny diatas sebuah ranjang. Ron berdiri disebelah ranjang Hermione dan Madam Pomfrey tampaknya sedang membagikan ramuan mandrake kepada anak-anak yang dibekukan.

"Ayah dan ibu belum pulang, rupanya."
"Tentu saja, sebuah keberuntungan saudari kita dapat kembali hidup-hidup."
"Benar begitu, Rosie?"
"Kami penasaran bagaimana kalian keluar dari sana."

Rose tak memalingkan wajahnya sedikitpun dari Ginny. Mendengar suara orang-orang yang berbicara di belakangnya, membuat gadis itu berpikir.

"Benar juga, aku bahkan belum sempat bertanya pada..."

Gadis itu berbalik dan melotot melihat si kembar Weasley berdiri dibelakangnya.

"Fred! George!!" Jerit Rose kegirangan. Dengan penuh semangat dia melompat dan memeluk kedua anak laki-laki tinggi yang berdiri tepat di depannya.

"Hah, rupanya kau benar-benar punya monster bertaring, ya?" Fred mengacak-acak rambut panjang Rose.

"Ah, itu... Aku..."

"Seharusnya kami tidak menyuruhmu pergi menjenguk Bill bersama ayah dan ibu." George menatap Rose dengan wajah menyesalnya.

"Tidak, kalian melakukan hal yang tepat. Hanya aku yang terlalu impulsif. Professor Dumbledore benar." Rose melepas pelukannya.

"Hei, apa yang salah denganmu? Kau harus dengar bagaimana kami menghukum Malfoy saat liburan Natal!" Fred menarik tangan Rose dan membawanya menyusuri lorong menuju ke aula besar.

"Ayo makan sebanyak-banyaknya! Malam ini kita akan berpesta semalam suntuk!!" Seru Fred.

Rose melongo. "Semalam suntuk? Dengan piyama yang masih menempel dibadanmu?"

"Hogwarts tak pernah seseru ini, Rosie. Terima kasih untuk kalian semua." George tertawa lebar.

Merekapun tiba didepan pintu aula besar. Rose mendadak menghentikan langkahnya ketika seluruh siswa disana menghentikan aktivitas mereka dan setiap mata diruangan itu menatapnya tajam. Meski dia tak dapat mendengar pikiran mereka, Rose tahu bahwa arti tatapan itu bukanlah hal yang menyenangkan.

"Apa yang kau lakukan disini, Potter?" Teriak seorang anak dari asrama Gryffindor. Dilihatnya Malfoy dan seluruh anak-anak Slytherin tertawa puas melihatnya.

"Dia seharusnya dikeluarkan dari sekolah!" Seorang anak perempuan dari asrama Ravenclaw berteriak seraya berdiri dari duduknya.

"Benar. Tak ada tempat untuk pengkhianat di Hogwarts!" Seru anak laki-laki dari asrama Huflepuff. Sesaat kemudian seruan-seruan serupa dari anak-anak lain mulai terdengar bersahutan sehingga membuat keributan di aula.

"Hei, monster itu sudah mati, kan?" Seru Fred keras-keras pada Rose yang berdiri diantara dirinya dan George. Dia saling mengedipkan mata jahil dengan saudara kembarnya saat menyadari Rose mulai tampak tertekan.

"Tunggu, Fred, sepertinya masih ada yang ingin melihat mata indah monster itu. Bisa kau panggil, kan, Rosie?" George menimpali ocehan saudara kembarnya.

"Kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, Fred, George!" Percy tiba-tiba saja muncul tak jauh dari mereka dan membawa Rose berjalan ke meja asrama.

"Tentu saja, Perce. Kami orang yang tahu waktu." Fred melirik George. Bibirnya membentuk senyum nakal.

"Malam masih belum larut. Kami akan memastikan candaan terbaik kami akan memeriahkan acara malam ini." George berujar bangga.

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang