Part 35

125 38 2
                                    

Rose terjatuh saat melihat seekor ular raksasa keluar dari dalam mulut patung itu. Harry sudah mundur hingga menatap dinding ruangan yang lembab dan memejamkan matanya rapat-rapat.

Gadis itu berbalik memunggungi sang monster. Dia merayap menjauhi monster itu secepat mungkin untuk pergi ke sudut lain ruangan. Namun dia menyadari mahluk itu meninggalkannya dan bergerak kearah Harry setelah mendengar desisan Tom yang berarti "Bunuh dia."

Rose yang merasa dirinya aman, mencoba membuka matanya perlahan. Didapatinya Tom sedang berdiri tepat didepannya seraya menyeringai seram.

"Kau katanya jago duel. Jadi, tentukan sekutumu." Tom tertawa. "Lord Voldemort sang pewaris Slytherin atau Harry Potter sang bocah yang selamat."

Rose melirik perlahan kearah sepupunya yang dengan panik meraba dinding seraya berjalan menyamping. Matanya masih terpejam. Sementara ular itu sudah berjarak sangat dekat dengannya. Rose mendongak saat menyadari si burung Phoenix terbang mendekati ular raksasa itu. Ide muncul begitu saja di kepala Rose. Seketika gadis itu tersenyum licik.

"Bombarda!"

Rose melempar mantra ledakan tepat diatas kepala ular itu untuk mengecohnya. Harry Potter terpelanting ke dinding. Tapi benar saja itu berhasil, ular itu berdiri mengangkat badannya tinggi-tinggi dan membuat burung Phoenix milik Dumbledore dengan mudah menyerang kedua matanya.

Ekor hewan raksasa tersebut mengibas-ngibas liar menghantam pilar. Fawkes beterbangan disekitar kepala basilisk itu dan terus menyerang mata serta hidungnya. Darah hitam mengucur dari mata monster itu yang hancur.

"Jangan!" Teriak Tom Riddle marah. "Tinggalkan burung itu! Harry Potter ada dibawahmu!"

"Kau!" Tom kini berpaling pada Rose. Ditariknya rambut panjang anak perempuan itu.

"Ahss.." erang Rose tertahan.

"Tolong! Siapapun tolong aku!!" Jeritan Harry membuat Tom menoleh.

Sang basilisk tengah mengibas-ngibas ekornya pada lantai. Harry yang berada dibawahnya tampak kacau. Ekor ular itu tak sengaja melecut topi seleksi Hogwarts kearah Harry.

Rose mengikuti arah pandangan Tom dan mendapati sepupunya dalam kesulitan. Dia baru saja hendak mengayunkan tongkatnya untuk membantu Harry ketika Tom dengan cepat mengambilnya.

"Tak akan kubiarkan kau melakukannya !" Seru Tom. Matanya melotot dan ekspresi wajahnya jelek.

Rose menelan ludah. Matanya terus menatap tongkat miliknya yang dipilin Tom. "Tidak. Tidak, tidak. Jangan lakukan itu!" Ujar gadis itu.

Anak laki-laki jangkung itu tersenyum licik. Sedetik kemudian, dia berdiri dan mematahkan tongkat Rose menjadi dua bagian.

"Kuberi kau sedikit info yang mungkin kau sudah tahu, tapi penyihir tak bisa berduel tanpa tongkatnya." Tom berbalik meninggalkan Rose dan mendekati ularnya.

"Bunuh dia! Bunuh bocah itu! Jangan pedulikan burung jelek diatasmu!" Teriaknya pada ular raksasa didepannya.

Rose melihat Harry sudah berdiri siap. Ular raksasa dihadapannya terus menyerang membabi buta karena matanya tak dapat lagi melihat keberadaan anak berkacamata itu.

Basilisk itu mengibaskan lidahnya yang bercabang kearah Harry beberapa kali. Harry menghindar dengan menyudutkan dirinya ke dinding ruangan.

Rose menyipitkan matanya. Dia memperhatikan Harry yang tampak memegang sebuah benda panjang mengilap ditangan kanannya. Butuh waktu agak lama sampai akhirnya anak perempuan itu menyadari bahwa Harry memegang pedang Gryffindor. Seketika matanya terbelalak.

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostWhere stories live. Discover now