Part 21

162 53 2
                                    

Rose sedang duduk didepan perapian ketika Harry Potter masuk ke asrama dengan tergesa-gesa. Gadis itu terheran-heran sampai harus memutar kepalanya untuk memastikan, apakah kondisi Harry sudah benar-benar pulih.

"Harry?" Panggilnya.

Anak laki-laki yang tak menyadari keberadaan Rose disitu, berhenti melangkah dan menoleh. "Rose!"

"Aku tak percaya dengan apa yang kulihat." Rose berdiri dan menghampiri sepupunya. Dia meraih lengan kanan Harry yang sudah kembali sangat normal.

"Kukira kemarin Ron bilang tulangmu..."

"Ya, aku beruntung bisa kembali ke sini hidup-hidup setelah menumbuhkan tulang semalaman." Canda Harry.

"Ngomong-ngomong, apa kau melihat Ron?" Tanya Harry penuh harap.

Rose mengangguk. "Dia pergi dengan Hermione sejak tadi. Mereka bilang hendak merebus ramuan..."

"Sshhhh!" Harry cepat-cepat membekap mulut Rose.

Setelah Rose menganggukkan kepala tanda mengerti, barulah Harry melepas tangannya. "Maaf, aku takut Percy mendengarnya."

Harry sepertinya masih terbayang bagaimana terakhir kali dia bertemu Percy hingga dia merasa ngeri.

"Tenanglah, Percy sedang tidak di asrama." Rose berujar datar. Anak laki-laki dihadapannya terdiam sesaat.

"Apa mereka tak mengatakan apapun padamu? Atau bahkan... mengajakmu?" Harry memastikan.

"Aku harus menemani Ginny. Kami rasa keadaannya semakin mengkhawatirkan. Kau tahu, Weasley yang lain tak bisa selalu berada didekatnya." Rose mengangkat bahunya.

Harry mengangguk. "Kau benar."

Pintu asrama tiba-tiba terbuka. Seorang anak perempuan berjalan masuk dengan wajah muram dan pucat. Rose langsung mengabaikan Harry dan mendekati anak perempuan yang berjalan dengan lunglai kearah tangga.

"Ginny, kau dari mana saja? Aku menunggumu sejak tadi!"

Anak perempuan itu bergeming, membuat keadaan menjadi sunyi. Mata Ginny melirik Harry sesaat, tepat saat pandangan Harry juga mengarah kepadanya. Cepat-cepat gadis itu memalingkan mata.

"Apa Ron atau Hermione mengatakan kemana mereka pergi?" Harry langsung kembali menatap sepupunya.

Rose menggeleng. "Tidak, Harry. Maaf."

Harry tersenyum. "Baiklah, akan kucari sendiri. Terima kasih, Rose."

Rose menatap punggung Harry yang berlalu keluar dari asrama. Setelah anak itu menghilang dibalik pintu, Rose meraih bahu Ginny dan membawanya duduk didepan perapian.

"Kenapa kau menungguku?" Tanya Ginny. Suaranya hampir tak terdengar.

"Kau takut, karena kau duduk sebangku dengan Colin, kan?" Rose menatap Ginny lekat-lekat.

Ginny mendengus. "Berhenti melakukannya, Rose!"

"Aku harus! Kau semakin mengkhawatirkan belakangan ini." Rose tetap berusaha menatap mata Ginny dan menyelidiki isi pikirannya.

"Sudah kukatakan, kau bisa menceritakan apapun padaku."

Ginny bergeming, tak menjawab.

Rose mengeluarkan kalung kunci yang terselip dibalik bajunya dan menunjukkannya pada Ginny. "Katakan padaku, kau bukanlah orang yang meletakkan benda ini dilaciku."

Melihat kunci yang dipegang Rose, Ginny terbelalak. Dia tak mengatakan sepatah katapun. Rose menghela nafas keras.

"Aku tak akan mengatakannya pada siapapun, Percy, Ron, bahkan ayah dan ibu." Rose kembali menyelipkan kalungnya kebalik baju.

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostWhere stories live. Discover now