Part 17

178 49 5
                                    

Rose berlari dengan cepat dari lantai dua ke koridor sayap barat lantai bawah. Seisi sekolah sedang merayakan pesta Haloween di aula besar, sehingga kastil ini sunyi tanpa seorangpun.

Suara itu menyuruhnya dengan keras untuk pergi ke sana jika tak ingin hal buruk terjadi pada seseorang yang dia sayang.

Malam itu tak hanya sunyi, tapi juga sangat dingin. Wajah Rose tegang, nafasnya tersengal-sengal. Dia berhenti tepat di persimpangan koridor yang menghubungkan sayap barat dan sayap timur.

Seorang anak perempuan berdiri menghadap ke tembok memunggunginya. Tapi Rose tahu jelas siapa dia. Sembari mengatur nafasnya, Rose memutuskan menyapa anak itu.

"Ginny, kau tak ikut pesta Haloween?"

Anak itu diam bergeming. Rose maju beberapa langkah menjajarinya. Ternyata Ginny mendongak, menatap sesuatu yang berada lebih tinggi dari mereka. Tatapannya kosong.

Mengikuti arah pandangan Ginny, Rose terperanjat. Pemandangan mengerikan terpampang dihadapannya.

Pesan ancaman dengan huruf besar-besar yang ditulis dengan darah, terbaca jelas ditembok. Disebelahnya, kucing Filch, Mrs. Norris, terbujur kaku. Ekornya tergantung pada gagang obor didinding koridor.

"Kamar rahasia telah terbuka. Musuh sang pewaris, waspadalah!"

Rose gemetar hingga seluruh tubuhnya lemas. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terlalu kaku untuk bicara. Ginny yang tadi mematung, seolah tersadar sesuatu. Dia tiba-tiba memekik ngeri. Gadis itu tampak sama takutnya dengan Rose.

"Rose, aku..."

"Pergi dari sini." Ujar Rose serak. Mata Rose tak lepas dari tulisan itu.

"Aku takut..." Ginny mulai merengek.

Secepat kilat, Rose menoleh kearah Ginny. "Aku lebih takut kau terlibat masalah. Sekarang cepat kembali ke asrama!"

Dengan enggan Ginny meninggalkan Rose berdiri ditengah koridor. Anak itu berlari menuju tangga.

Sementara pikiran Rose kalut. Badannya melorot. Dia bersimpuh dilantai yang tergenang air. Apa yang barusan dia lihat? Bagaimana Ginny melakukannya?

"Gadis baik..."

"APA MAUMU?!" Rose tanpa sadar berteriak saat suara itu kembali muncul dikepalanya. Namun suara itu tak muncul lagi. Membuat Rose terkubur dalam keheningan sesaat, sebelum seseorang atau beberapa orang -yang suara langkah kakinya terdengar jelas- memergokinya.

"Rose?"

Rose menoleh. Harry, Ron, dan Hermione sudah berdiri tak jauh darinya, menatap kearah dinding dengan pesan berdarah didepan mereka. Gadis itu menatap Harry dengan ketakutan. Tak tahu apa yang harus dikatakannya. Dia tahu ini tak masuk akal.

"Hei, kau kenapa?" Ron berlari menghampirinya.

Tak menjawab, Rose justru langsung berdiri dan memeluk Ron dengan erat.

"Suara itu... aku dengar suara." Rose berusaha menahan air matanya agar tak keluar.

"Kau gemetaran..." Ron mengelus punggung Rose untuk menenangkan.

"Suara? Kau bilang suara?" Harry mendekati mereka.

Rose melepas pelukannya pada Ron dan mengangguk. Gadis itu sudah terlihat sedikit lebih tenang.

"Dia menyuruhku datang kesini. Mengancamku... dan ketika aku datang... Ini mengerikan. Sangat mengerikan."

Harry hanya bergeming menatap sepupunya. Membuat Rose berpikir Harry mungkin tak memercayainya. "Aku tahu itu tak masuk akal, tapi aku bicara benar."

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang