Part 16

180 52 0
                                    

Pagi-pagi sekali, ketika Fred dan George yang masih mengantuk, memakai jubah quidditchnya dan pergi ke lapangan untuk latihan. Rose duduk di depan perapian seraya melanjutkan teka-teki Arthur Weasley.

Hujan mengguyur begitu deras diluar, namun Woods tetap berteriak-teriak pada anggotanya untuk berlatih.

"Cepat, Fred, George! Katie, mana Angelina?" Woods mendorong-dorong tubuh Fred dan George yang masih bergelayut pada pegangan tangga.

"Diluar hujan, Oliver..." ujar Fred dengan suara serak.

"Kalian mau kita kalah dari Slytherin lagi?" Woods meninggikan nada bicaranya.

Harry baru saja keluar dari kamarnya. Sama dengan yang lain, dia juga tampak bermalas-malasan.

"Kau sedang apa, Rosie?" George menghampirinya.

Rose menghentikan aktivitasnya. "Mencobanya, sebelum pergi menjalankan detensi."

"Detensi dimalam Haloween. Sudah dipastikan kita tidak bisa mengikuti pesta." Keluh Fred.

"Kita masih bisa merayakan Haloween tahun depan." Rose mendongak menatap Harry yang menghampirinya.

"Selamat pagi, Harry!" Sapanya.

"Pagi. Mengerjakan tugas?" Tanya Harry.

"Mengerjakan teka-teki silang." Canda Rose. Dia menutup bukunya dan menyembunyikannya dibalik badan.

"Sir Nicholas memintaku hadir di pesta ulang tahun kematiannya nanti malam. Dan dia berharap kau juga bisa hadir." Harry menatap sepupunya.

"Pesta ulang tahun kematian?" Rose, Fred, dan George serempak berkomentar.

"Terdengar mengerikan." Rose mengernyit.

"Tapi itu akan jadi pengalaman tak terlupakan. Coba kau tanya Ayah, Ibu, Bill, Charlie, bahkan Percy. Pernahkah mereka menghadiri pesta semacam itu?" Kantuk Fred seketika hilang. Matanya berbinar mendengar apa yang dikatakan Harry.

"Maaf, Harry... Bukannya aku mau mengecewakanmu atau Sir Nicholas, tapi aku harus menjalani detensi malam ini." Rose merasa tak enak hati.

Harry mengangguk. Dia tersenyum. "Baiklah, aku akan sampaikan pada Sir Nicholas dengan sopan."

"Makasih." Rose membalas senyuman Harry.

Woods yang sudah beranjak keluar bersama anggota tim yang lain, menoleh pada ketiga anak itu dan berseru. "Waktunya berangkat, Harry, Fred, George!"

"Tidak bisakah aku lebih lama ditempat tidur?" George mendengus.

"Sampai nanti, Rose!" Harry berlalu menyusul Fred dan George yang sudah pergi lebih dulu.

Rose kembali mengambil buku yang dia sembunyikan dibalik badannya. Kemudian membukanya dan mengambil perkamen yang dia selipkan.

"Tentu saja Malfoy lolos. Kemudian kami melakukan beberapa penyergapan lain atas beberapa laporan."

"Hanya ini yang kudapat sejak subuh?" Rose menghela nafas keras. Kesal pada kenyataan bahwa menggabungkan huruf demi huruf yang teracak itu tak mudah.

"George benar, ini akan membutuhkan waktu lama." Gumamnya pasrah. Kemudian dia merapikan buku itu. Menyelipkan perkamen tadi kedalam saku celananya dan beranjak ke kamarnya untuk menyimpan kembali buku itu.

"Hermione, kau sudah bangun?" Rose menyapa Hermione yang masih menggosok-gosok matanya diatas tempat tidur.

"Kau dari mana pagi-pagi, Rose?" Tanya gadis itu parau.

Rose membuka laci paling bawah mejanya. "Menghangatkan badan."

Gadis itu memasukkan bukunya ke laci. Sebelum menutupnya kembali, dia tersadar bahwa liontin kunci pada kalung yang ditemukannya kemarin berubah ukuran. Jika kemarin panjang kunci itu adalah dua ruas jari telunjuknya, kini kunci itu berukuran setengahnya.

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostDonde viven las historias. Descúbrelo ahora