Part 22

148 53 2
                                    

Aula kini sudah dipenuhi anak-anak tahun kedua. Sebuah panggung panjang yang tersedia ditengah ruangan ini, membagi para siswa menjadi dua bagian. Gryffindor dan Hufflepuff, Slytherin dan Ravenclaw.

Dengan wajah cemas, Ron terus menatap Rose. Membuat Harry akhirnya tak tahan untuk tak bertanya.

"Memangnya apa yang membuat orang tuamu tak memperbolehkan Rose berduel?"

Ron melirik Harry. Nampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya membuka mulut. "Yah... kurasa kau memang perlu tahu."

Harry masih menatap Ron lekat mengharapkan jawaban.

"Rose, kuakui dia hebat dalam hal duel. Satu-satunya anak dirumah, selain Bill kurasa, yang memiliki kemampuan itu. Kau tahu, sementara yang lain terobsesi dengan quidditch."

Ron menghentikan kalimatnya sejenak. Matanya melirik kearah panggung, kalau-kalau Lockhart sudah muncul.

"Ketika Bill melatihnya berduel suatu waktu, dia terluka dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama daripada orang lain dengan cedera yang sama. Selalu begitu setiap dia berlatih." Ron menghela nafas.

"Meski dia pernah melempar Fred saat berlatih, dia sendiri pernah hampir mati saat berlatih dengan Bill. Karena itu ayah dan ibu melarang Bill melatihnya lagi dan melarang Rose berduel."

Harry termangu. "Dia terdengar tak sekuat kelihatannya."

Ron mengangguk. "Memang. Tapi dia keras kepala dan selalu penasaran. Apalagi setelah dia tahu dirinya seorang Potter. Karenanya dia diam-diam memaksa Bill melatihnya lagi. Dan membuat Bill terpaksa mengajarkan satu mantra sakti duel yang hanya diajarkan pada Rose."

"Apa itu?" Tanya Harry penasaran.

Ron mengedikkan bahunya. "Entahlah. Sudah kubilang dia hanya mengajarkannya pada Rose."

Pembicaraan mereka terhenti ketika melihat Lockhart naik ke panggung bersama dengan Snape. Kemudian dengan bangga dia menyapa anak-anak.

"Selamat siang, anak-anak!" Lockhart tersenyum sangat lebar.

"Hari ini kita akan berlatih duel penyihir. Bagi kalian yang belum tahu, apa itu duel penyihir, akan kujelaskan." Lockhart berjalan menyusuri panggung. Dan saat dia berbalik, dia tersenyum pada Snape yang masih berdiri diujung lain panggung.

"Sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan asistenku hari ini, Professor Snape. Beri tepuk tangan!"

Riuh tepuk tangan mulai menggema diseluruh aula. Snape menarik sebelah bibirnya dengan tatapan tak suka. Lockhart kembali melanjutkan pidatonya saat aula sudah kembali tenang.

"Duel penyihir adalah duel dua orang penyihir menggunakan tongkat mereka dengan saling melempar mantra. Ini akan berguna sekali bagi kalian untuk mempertahankan diri, seperti yang sudah kualami diberbagai kesempatan."

Hermione menatap kagum kearah Lockhart. Membuat Rose meringis. Harry jelas terlihat malas mendengar pidato yang baginya tak bermanfaat itu.

"Baiklah, langsung saja." Lockhart kembali berjalan ke sisi panggung yang berlawanan dengan Snape.

"Professor Snape..." panggilnya saat ia tiba diujung.

"Bukankah bagus kalau mereka saling membunuh?" Bisik Ron pada Harry.

Lockhart dan Snape maju beberapa langkah untuk tepat berhadapan dan saling membungkuk. Setelahnya, mereka mengangkat tongkat mereka keatas seperti pedang.

"Kalian lihat, ini adalah posisi duel yang diterima." Lockhart menjelaskan. "Pada hitungan ketiga, kami akan saling melempar mantra untuk melucuti senjata lawan. Ingat, hanya melucuti. Bukan membunuh!"

ROSEMARY POTTER and The Year She Got LostWhere stories live. Discover now