[36]

2.4K 493 204
                                    

Nyapu dulu

***

"Kau tahu kenapa pewaris ketujuh merupakan pewaris terakhir?"

Aku yang sibuk berpikir mendongak cepat. Mengangkat alis kemudian mengangguk antusias.

"Ada alasannya?"

"Tentu saja ada."Sosok perempuan anggun itu tersenyum. Matanya terlihat teduh bersamaan dengan sorot mengasihani. Aku merasa hawa-hawa yang tidak baik.

Seberkas kalimat terdengar menggaung sebelum kemudian sorot putih bak blitz menerpa cepat, membuatku reflek menutup mata.

"Pewaris ketujuh merupakan pewaris terakhir karena jurus sinkronisasi hanya berjumlah tujuh."

DEG!

"HAH!"

Jantung terpicu cepat, dibawa oleh hormon adrenaline membuat tubuhku tersengat dan melonjak cepat, terbangun dengan posisi langsung duduk.

Bangun dengan keadaan kaget itu ga enak, jangan dicoba apalagi yang darah rendah.

Aku menyipitkan mata, sinar matahari menerpa cepat, jendela belum terbuka tapi gorden sudah tersingkap. Tandanya Dion sudah masuk, harusnya ia membangunkanku sih, tapi kali ini hanya membuka gorden saja tanpa membangunkanku.

"Ah sial-"



Kepalaku pusing sekali.

Kepalaku pusing sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Aku menuruni tangga, menguap pelan, mukanya terlihat amat lesu, letih, lunglai, lemah, love you

Sudah hampir jam tujuh pagi, meski ini adalah akhir pekan tapi aku bukan tipe yang bangun telat kalau di rumah. Gimana mau bangun telat saat kau adalah anak tengah sementara kakak dan adikmu semua laki-laki dengan orangtua yang selalu berpergian tiap saat.

Aku bangun jam enam lewat dikit saja, Dion sudah rewel kelaparan. Meski skill masakku hanya seputar makanan zaman modern yang serba instan sementara asisten rumah tangga kami baru berangkat jam delapan. Otomatis kebutuhan perut keluarga di pagi hari yang menanggung aku.

Yang masak aku, yang bersih-bersih rumah aku, yang cuci piring aku. Dasar babu.

Tapi tumben Dion gak rewel, hanya sekedar membuka gorden tanpa membangunkan. Mungkin sekarang rasa kenyang akan martabak tadi malam infinity jadi dia tidak merengek pagi-pagi.

Itu opsi positif, opsi terburuknya sih masuk berita.

"Hii.., bangunnya telat."

Aku melambaikan tangan, menguap tak mengindahkan ejekan anak kecil itu, sedikit menghela napas lega tidak menemukannya tergeletak tak sadarkan diri akibat kelaparan di pagi hari, anaknya malah asik makan sesuatu sambil memainkan mobil-mobilannya,"Kok gak dibangunin sih."

𝐑𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝐈𝐈Where stories live. Discover now