Chapter 4-Psikopat Takut Darah

558 100 13
                                    

~Happy Reading~

"SAYA TIDAK MAU PULANG!" Satu dayang tidak mampu mengatasi penolakan Junghwan. Bahkan beberapa dayang yang lain turun tangan untuk membujuknya agar mau pulang, tapi hasilnya tetap saja.

"Ada apa ini?" Yoshi baru datang dan langsung disambut oleh tangisan dari bocah itu.

"Yang Mulia, saya tidak ingin pulang!" Junghwan menangis di atas kursi rodanya.

Yoshi berlutut, menangkup kedua tangan mungil tersebut. "Lantas, kenapa Junghwan bersikeras untuk tinggal? Ini bukan rumahmu."

"Saya ingin tinggal di sini. S-saya akan menuruti semua ucapan Anda...," Junghwan menunduk dengan air matanya yang masih menetes deras. "...asal saya tidak dikembalikan ke Bourbon."

Yoshi menghela lembut dan bangkit dari posisi berlututnya. Manik tajamnya menatap dua dayang yang berdiri di belakang kursi roda Junghwan. "Tolong jaga Junghwan."

"Baik, Yang Mulia."

"Junghwan, aku akan kembali setelah memulangkan mereka semua. Tunggu di istana bersama dua dayang itu."



Perjalanan memakan waktu sampai tiga jam. Di dalam kereta kuda terdapat Yoshi yang tertidur pulas. Sebelumnya, Yoshi tengah menyusun kata yang akan dia lontarkan untuk pemimpin Bourbon. Dipersiapkan secara matang, sebab novel ini menggambarkan karakter Raja Bourbon sebagai raja yang licik.

Mashiho yang berada di luar kereta, mengetuk sopan. "Yang Mulia, kita sudah sampai pada destinasi."

Sebenarnya, seorang Kepala Dayang tak harus mengikuti Raja sampai ke kerajaan sebelah. Seharusnya hal ini adalah tugas seorang Ajudan Raja, namun semuanya tak berlaku karena permintaan pribadi Raja. Ya, Yoshi yang menginginkan Mashiho untuk berada di sampingnya dengan dalih, 'tidak ada teman bicara.'

Nyawanya langsung tertarik ke alam sadar. "Eh? Hooh!" Serunya sembari mengusap liur yang mengering. Emang jorok banget raja satu ini.

Keluar dari kereta kudanya dengan memamerkan muka bantalnya. Wajah dingin Jaden sudah tidak ada harga dirinya lagi kalau dipegang Yoshi. Mashiho ingin meledakkan tawanya, namun takut lidahnya bakal terpotong nanti.

Mereka bergerak mengikuti jalan setapak. Yoshi menguap lebar di tengah-tengah pengawalnya. "Kenapa gue masih ngantuk, sih?"

Junkyu, selaku raja bangsa Bourbon menyambut kedatangan pemimpin Lousie Windsor dengan hangat, tapi juga menusuk.

Yoshi kagum dengan tokoh satu ini. Tidak pas, wajahnya sangat imut, seperti tidak menunjukkan tanda ancaman, akan tetapi, aura yang dikeluarkan seperti asap beracun.

"Kenapa mereka tidak dipulangkan dalam bentuk mayat?" Sarkasnya setelah melihat para rakyatnya yang dipulangkan dalam keadaan bernapas, perut kenyang dan wajah yang tidak menunjukkan kepedihan. 'Aneh sekali.'

"Jadi, kau berharap rakyatmu dipulangkan dalam peti mati, ya?" Yoshi melempar balik sarkasme tersebut hingga Junkyu bungkam.

Tawa remeh muncul dari bibir tipis Junkyu. "Hei, setelah tenggelam, kenapa kau menjadi sangat aneh? Apa kau kehilangan jiwamu?"

Dua kubu yang berbeda saling menatap. "Aku sudah membawa rakyatmu. Sekarang, di mana mereka?" Yoshi mengembalikan topik awal. Dia kurang suka disinggung dengan masalah tenggelam di danau. Selain itu, dia juga tidak melihat tanda-tanda rakyatnya di sini.

"Baiklah. Berikan mereka dulu, nanti akan ku kembalikan rakyatmu." Tawar Junkyu yang langsung mendapat tolakan dari Yoshi.

"Tidak." Yoshi memasang wajah menantang. "Keluarkan rakyatku. Aku tidak melihatnya sama sekali."

Mampus, jadi Raja✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang