Chapter 5-Administrasi Anak

513 84 10
                                    

~Happy Reading~

Selepas pulang dari pemakaman para korban, Yoshi termenung di ruangannya. Alat mengerikan yang disimpan di bawah tanah istana Bourbon masih terngiang di benak.

"Ngeri banget~" Yoshi memeluk tubuhnya sendiri dan mengusap sebagian lengan yang dirasa merinding. "Nggak kebayang sakitnya badan diperes."

Dua daun pintu kamarnya dibuka oleh Mashiho yang rupanya membawa Junghwan. "Dia ingin menemui Anda untuk berterima kasih."

Junghwan hendak membungkukkan tubuh, tapi Yoshi menahannya, memberi isyarat untuk tidak membungkukkan tubuh. "Terima kasih banyak, Yang Mulia."

Yoshi mendongak menatap wajah Mashiho. Dia mengambil alih kursi roda Junghwan. "Mashiho, bisakah kau tinggalkan kami berdua?"

Mashiho mengangguk tipis. Memundurkan langkah perlahan dan pintu tertutup.

Sambil mendorong kursi roda itu, Yoshi mengajaknya bicara. "Junghwan sungguh ingin tinggal di sini?"

"Y-ya, Yang Mulia. Saya harus melakukannya, karena saya tidak mau pulang ke Bourbon." Junghwan memejamkan mata dengan kuat di kala telapak tangan lebar pria itu melayang ke arahnya. Namun sedetik kemudian, matanya membelalak kaget ketika kepalanya mendapat tepukan lembut.

Trauma. Kepalanya lebih sering mendapat pukulan ketimbang tepukan kasih sayang seperti ini.

Yoshi mendorong kursi roda tersebut sampai ke balkon kamar. "Apa kau mau menjadi bagian dari kerajaan ini?"

Junghwan mendongakkan kepala dan mengernyitkan dahi. "Maaf, Yang Mulia?"

"Jadilah anakku." Entah Yoshi kesambet apa sampai ingin punya anak daripada istri. "Izinkan aku menjadi ayahmu."

Mata Junghwan berkedip lucu lantaran bingung. Haruskah menjawab 'ya' atau 'tidak,' nyatanya ia pernah dikurung oleh pria di depannya ini.

Pilihannya hanya dua. Kembali ke Bourbon dan disekap lagi atau menjadi anak dari seseorang yang pernah memukulinya.

Melihat Junghwan yang ragu, membuat Yoshi harus mengaku saat ini. "Aku punya dua kepribadian."

"Dua kepribadian?"

"Ya. Jahat dan baik. Ada dua sifat yang berbeda." Yoshi melepas mantelnya dan menyelimutinya di tubuh kecil Junghwan. "Seakan tubuh ini ada dua jiwa di dalamnya." Yoshi tersenyum tipis sambil memeluk badannya sendiri.

Mimik muka Junghwan tiba-tiba menjadi ketakutan. "apakah sewaktu-waktu Anda bisa menjadi jahat?"

Yoshi terkekeh sejenak. "Namun, apa Junghwan tahu kabar baiknya?" Pertanyaannya mendapat gelengan.

"Satu jiwa ku hilang, jiwa yang jahat." Tatapan Yoshi sangat hangat dan bisa menenangkan diri Junghwan yang tadinya sempat gelisah. "Aku sudah sembuh. Aku hanya memiliki satu jiwa yang sangat baik."

Junghwan menatap kosong ke depan. Memikirkannya matang-matang sebelum mengambil keputusan untuk menerima permohonan Yoshi.

Yoshi memberinya kesempatan, sebab ia mengerti pemikiran untuk anak sekecil itu, pasti butuh waktu lama untuk mencernanya. "Banyak orang berpikir bila aku lupa ingatan. Ucapan mereka tidak salah, separuh ingatanku hilang. Dayang Takata banyak membantuku."

"S-saya bersedia menjadi putra Anda."

"Serius?!"

"Ya, a-ayah...."

Sebutan itu membuat jiwa Yoshi melayang hingga langit ke tujuh. Selain ingin menjadi orang kaya, sebutan 'Ayah' adalah impiannya yang kesekian. Rasanya Yoshi tidak ingin pulang ke dunia lagi. Di sini dua impiannya telah tercapai, menjadi orang kaya dan menjadi sosok ayah.

Mampus, jadi Raja✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang