Chapter 13-Pukul Kepalaku

343 53 3
                                    

~Happy Reading~

Tuk, tuk....

Jemarinya mengetuk meja. Netranya sesekali melirik arloji. Satu menit lagi shift-nya akan berakhir. Jarum panjang menunjuk angka 12, reflek berseru senang sembari berlari keluar dari meja kasir.

"GUE PULANG DULU!" Pamitnya kepada rekan-rekannya yang masih di masa shift. Mereka membalasnya dengan acungan jempol, lalu kembali sibuk dengan pelanggan.

Kaki jenjangnya berjalan perlahan, menikmati semilir angin sore dengan ekstra asap kendaraan.

"David Ajuna!"

Merasa namanya terpanggil dari seberang jalan, ia menoleh ke sumber suara. Senyumnya mengembang saat menyadari si Pemanggil yang langsung menyebrang untuk menghampirinya.

"Pulang bareng ayah, yuk?" Ajak pria setengah baya itu yang menjadi status ayahnya.

Lelaki dengan pipi tembam tersebut menggeleng. "Ntar, mah, ujungnya nggak pulang ke rumah, tapi ke perusahaan." Ajun mendengkus. "Aku nggak suka jadi direktur, bosenin."

Sebenarnya hidup Ajun dikelilingi dengan previllege. Sayangnya, Ajun lebih suka menjalani hidup sesuai dengan apa yang dia inginkan. Dia lebih suka bekerja di cafe, sebab pelaksanaannya tak terlalu kaku, serta merasa nyaman dengan lingkungannya.

Bisa dibilang Ajun itu orang kaya gabut.

"Ayah janji bawa kamu pulang. Sekali-kali, lah, pulang bareng." Bujuknya sekali lagi.

"Aku mau, tapi sekarang aku ada perlu." Sontak ia mengangkat satu alisnya ketika tangannya ditahan oleh sang Ayah.

Pria itu menunjuk mobilnya. "Ayah antar."

Matanya menangkap sebuah angkot yang hendak melintasinya. "Nggak usah. Aku naik angkot aja." Penuh kesopanan ia menolak. Tangan kanannya melambai, otomatis kendaraan roda empat berwarna kuning tersebut berhenti.

Ayahnya hanya bisa tersenyum tipis melihat kepergian putranya bersama angkot tersebut.

Menyerahkan beberapa lembar uang kepada sopir angkot setelah kendaraan ini berhenti pada tujuannya. Berjalan beberapa langkah dan akhirnya tampak gedung rumah sakit yang menjulang tinggi.

Tujuannya ke mari bukan untuk cek kesehatan atau sedang sakit. Kakinya telah menginjak lantai empat dan tubuh jangkungnya berdiri di depan pintu kamar inap dengan nama pasien Yoshi Arsenio.

Ajun menggeser pintu tersebut. Senyumnya mengembang tipis melihat sesosok lelaki yang berbaring damai di atas brankarnya. Ajun menutup pintu kembali sebelum mendekati Yoshi.

"Gimana kabar lo?" Tanyanya sambil melirik elektrokardiogram yang merekam aktifitas jantung Yoshi yang normal.

Ajun mengeluarkan baskom stainless dari laci nakas. Membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar inap tersebut dan mengisinya dengan air hangat. Tidak melupakan handuk kecil yang tersampir di lengan kirinya.

"Ayo mandi, Yosh." Ajun menarik kursi kosong. Meletakkan baskom tersebut di atas nakas. Mencelupkan handuk dengan air hangat dan memerasnya.

Mulai menyekanya dari kening Yoshi dan bergerak turun pada bagian tubuh lain yang mudah dicapai. "Sampai kapan lo bisa mandi sendiri?" Mencelupkan handuk itu lagi, lalu memerasnya.

Lengan Yoshi yang terbalut pakaian rumah sakit, digulung oleh Ajun. "Hampir sebulan lo turu." Ajun mengomel seraya menyeka kedua lengan itu secara bergantian. "Bangun, kek. Apa nggak pegel itu punggung."

Ajun mendekatkan wajahnya ke telinga Yoshi. "Ketika lo bangun, jangan merasa berhutang sama gue." Perlahan, Ajun menjauhkan kepalanya.

Ajun menanggung semua tagihan rumah sakit dan operasi temannya ini. Tidak ada kerabat yang merawatnya atau menjenguknya. Hanya Ajun yang tulus mengulurkan tangan untuk Yoshi.

Mampus, jadi Raja✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora