"Heh Ayu! Belum selesai nj*r!"

"Udah udah Dik, tinggal kerjain doang sih," ucap falent.

"Apasih palen kamu ikut campur boleh asalkan dukung aku bukan dukung Ayu!" Sepertinya Diki sudah ketularan virus Rani yang suka mendrama.

"Najis sumpah Dik najis!"

"Wan belum selesai?" Wahyu bertanya pada Irwan yang masih bekerja. Aska melirik wahyu yang berdiri dua langkah disampingnya.

Irwan menjawab dengan pelan, "belum."

Sebenarnya Wahyu tau ini kerjaan Aska yang ngerjain Irwan. Tapi walaupun dia tidak sekalem irwan, dia tetep saja tidak berani sama Aska. Beraninya cuma sama Diki doang.

"Duluan aja Yu," kata Irwan.

"Enggak papa gue tinggal?"

"Yaelah ngomong lu udah kayak sama cewe aja, orang si Irwan juga cuma ditinggal disini bukan di hutan," Sahut Aska.

"Gue enggak bakal makan Irwan kali,"
Lanjutnya, iya dia tahu kalau Wahyu was was meninggalkan Irwan bersama rombongannya.

Wahyu menghela nafas lalu keluar dari toilet.

Aska memang sedari awal tidak melakukan apapun. Kerjaannya cuma nyuruh nyuruh doang.

Beberapa saat kemudian Aska melirik area yang dibersihkan Irwan

"Itu udah bersih kali wan," katanya

"Udah sono balik udah bersih juga."

"Iya." Irwan meletakan Alat yang tadi ia gunakan ke tempatnya. Dengan kalem dia berjalan melewati Aska lalu keluar toilet.

Tersisalah tiga biji anggur.

"Eh Len gue putus dong tadi malem," ucap Diki.

"Mampus!"

"Dih gue sih b aja ya, orang emang sengaja dibikin putus."

"Hah?"

"Gue udah bosen jadi selama dua hari gue enggak bales chat dia, sampe akhirnya dia minta putus, yey!"

"Goblok sumpah goblok!"

"Enggak papa ah, lagian gue lagi naksir anak ips 5 cuy."

"Sape lagii?"

"Temennya si Sapi, lo tau kan? Yang sering bareng ama si sapi, terus sering juga ke kelas kita."

"Sape dah, temennya Sapira banyak."

"Ck. Itu lho, yang enggak banyak omong."

"Irwan?"

"Goblok banget si anj*r! Si Irwan cowok bego! Orang gue bilang temennya si sapi napa jadi ke Irwan."

"Kan irwan enggak banyak omong."

"Ya lu pikir cuma irwan doang yang nggak banyak omong? Lagian yakali gue naksir Irwan, cowo apaan gue."

"Kali aja lo belok."

"Astaghfirullah nyebut, otw ditendang dari rumah gue."

"WOI UDAH SELESEI BELUM? KANTIN CEPET!" Seru Aska.

"Udahan aja deh Dik, lagian yang penting udah lu gosok."

"Cakep! Okeh kuy kuy kantin."

***

"Papah mau ngomong sama kamu." Aska sedikit kaget, pasalnya baru saja dia membuka pintu rumah dan langsung disambut oleh Iskandar yang seolah menunggunya di pintu.

"Saya capek."

"Dibanding kamu, papah jauh lebih capek."

Aska diam. Matanya enggan untuk menatap sosok pria didepannya.

"Far--"

"Kalo mau bahas si sialan mending enggak usah," Sela Aska.

"Papah belum selesai ngomong!"

Bola mata Aska terputar.

"Farel bentar lagi ulang tahun, jad--"

"Rayain aja sendiri saya sih ogah!" Aska lekas berjalan.

"ASKA!"

Aska yang sudah dua langkah berjalan pun berhenti. Iskandar membalikkan tubuhnya agar bisa menghadap Putranya. Tapi tidak dengan Aska yang masih memunggungi Iskandar.

"Papah sama mama Nia mau pergi, kamu ikut?"

"Kayaknya tanpa diberi tau pun sebenernya anda udah tau jawabannnya."

"Kamu enggak kangen pergi pergi?"

"Enggak!"

"Sama papah?"

"Nggak! Saya cuma mau pergi kalo ada bunda."

"Aska, bunda udah enggak ada."

Aska mengepalkan tangannya.
"Karna kalian yang udah bikin bunda enggak ada."

"Dasar pembunuh," lanjutnya

"As-" kalimat Iskandar terpotong ketika putranya kembali berjalan meninggalkan nya.

Hembusan nafas panjang kembali terdengar.

***

"Farel! Udah siap belum?"

"Bentar lagi pah."

"Cepet dong, ini udah jam segini."

"Iya iya pah."

"Mamah dimana pah?"

"Udah dimobil."

"Oh oke."

Aska berdecak sebal, walaupun pintu kamarnya tertutup tapi percakapan percakapan mereka masih tetap bisa ia dengar.

"Semoga acaranya berantakan mampus, aamiin." do'a nya seraya memasangkan earphone di kedua telinganya.

Tiba tiba pintu kamarnya terbuka, dan ya sudah pasti yang membukanya adalah Iskandar.

Tatap mereka saling beradu sebelum akhirnya Aska kembali menatap layar gawainya dan Iskandar yang memulai percakapan. "Papah mau berangkat"

Karena volume earphone nya tidak terlalu keras jadi Aska masih bisa mendengar.
"Berangkat tinggal berangkat doang," katanya tanpa menatap sang ayah.

Iskandar menghela nafas
Lalu kembali menutup pintu.
Saat sudah tertutup barulah Aska menatap kearah pintu. Tatapannya tidak terbaca tapi yang pasti dia sedikit merasa sedih.

"Najis! Nggak boleh cengeng!"
Ucapnya pada diri sendiri.

Kemudian dia memilih fokus pada game yang sedang ia mainkan.


Bersambung...

Jangan lupa vote ya!

ASKA (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя