4 || Hujan dan Kisahnya

Začať od začiatku
                                    

"Kalian belum pulang? Makan bareng dulu, yuk, sebelum pulang," tawar Andin ramah masih dengan senyuman kapitalismenya.

"Boleh Tante, kebetulan Gata tadi bilang belum makan dari pagi," sahut Alfa yang langsung mendapat lirikan sinis dari Gata.

Andin tertawa renyah menanggapi. Wanita anggun yang terlihat sudah berumur itu kemudian mengelus rambut putranya penuh sayang. "Ada tumis cumi asin pedas kesukaan kamu, lho."

Janu tersenyum lebar mendengar perkataan yang dilontarkan Andin untuknya. "Wah, Mah! Kalo gitu jangan ajak Gata sama Alfa makan bareng, nanti mereka ketagihan terus numpang makan di sini terus."

Andin tertawa kecil. "Tenang aja. Mamah masaknya banyak tadi, jadi kamu gak bakal kehabisan. Mamah tau kamu suka banget soalnya."

Janu mencium pipi Andin kilat. "Mamah emang terbaik, sih."

Andin mengusap kepala anaknya dan menepuk bahu Janu pelan. "Yaudah buruan makan sana, ajak temen kamu. Papah laper tuh katanya, gak mau nunggu lama."

Janu menoleh ke arah Gata dan Alfa. "Lo pada mau makan gak? Sebelum gue abisin?"

"Duluan, nanti gue nyusul," sahut Alfa yang fokus pada layar ponsel.

Janu hanya mengangguk pelan dan berjalan bersama Andin menuju ruang makan.

Sementara Alfa masih fokus pada ponselnya membuat Gata menatap laki-laki itu penasaran. "Kenapa lo?"

"Bunda gue nanyain Yuna, dia belum pulang katanya," jawab Alfa seadanya.

"Lah? Emang ke mana tuh anak?"

"Gak ngerti, mana di luar mau ujan." Alfa berusaha menghubungi Yuna, namun ponsel gadis itu bahkan tidak aktif. "Btw, iri gak sih lo sama kehidupan Janu?"

Dahi Gata mengernyit bingung. Lantas terdengar suara tawa dari ruang makan yang berasal dari Janu dan Papahnya, membuat Gata paham atas perkataan Alfa. Sejenak laki-laki itu menghela napas, terdengar berat. "Kenapa? Lo iri?"

Alfa tersenyum miring. "Dikit."

Gata tersenyum kecil. Kemudian menatap ponselnya yang hanya menunjukkan layar hitam. Matanya berubah menjadi sendu kala menatap Janu yang tengah asik bergurau dengan kedua orang tuanya di meja makan, dan kembali melirik Alfa yang masih bertukar pesan dengan Bundanya.

"Gue iri gak ya? Pengen pindah planet."

Ini hanya perasaan Gata, atau memang hanya Gata yang kedinginan karena hujan malam ini.

-𖧷-

Dafi keluar dari kantor polisi setelah 8 jam menunggu interogasi. Tungkainya berhenti ketika dua netra hitam sendu milik Dafi menatap awan pekat yang berarak di atas sana. Hujan mulai berjatuhan rintik-rintik membuat laki-laki itu mendesah pelan. Ia memutuskan untuk menunggu hujan reda dan duduk pada bangku yang tersedia di depan kantor polisi. Dafi menyampirkan tudung jaket hitam yang ia kenakan untuk menutupi kepala, dua tangannya ia tenggelamkan ke dalam saku jaket. Malam ini, Dafi pikir hanya kebisuan seperti biasa yang menemani.

"Gimana hasilnya?" tanya laki-laki dengan hoodie putih yang tiba-tiba sudah ada di hadapan Dafi. Rambutnya sedikit basah terkena air hujan, wajahnya yang tampan terlihat datar.

Dafi mendongak. Menemukan Cio dengan tatapan yang selalu bisa mengusik relung jiwa Dafi. "Gak tau."

Cio mendecih pelan. Wajah ramahnya mendadak tegas di depan Dafi. "Lo gak jadi di penjara lagi gara-gara masih di bawah umur?"

RECAKAWhere stories live. Discover now