Chapther 2 "Bell dengan segala tingkahnya"

5 1 1
                                    

•×Hey dedemit! Gue heran, kenapa lo ngerasukin orang. Apa lo kurang kerjaan!?ו

×
×
×
×××

•••••

Suara dengkuran halus terdengar lirih, pintu kamar terbuka pelan lalu seorang pria dewasa masuk ke kamar itu. Tangannya mengelus pelan rambut sang gadis yang sedikit berantakan, pria itu tersenyum dan tak lama kemudian hidungnya mengeluarkan darah.

"Ahh.. kau sangat cantik bidadari kecil" gumamnya pelan, agar dia tidak membangunkan sang gadis. Pria itu masih tersenyum dengan hidung yang masih mengeluarkan darah.

Karena gumaman pelannya yang semakin kencang, gadis itu terbangun lalu melihat Kakaknya yang sedang mengamati dirinya, apalagi dengan wajah yang berseri dan hidung yang mengeluarkan darah. Gadis itu tersenyum jijik lalu segera menendang kepala Kakaknya.

"Dasar siscon!!" teriaknya kencang.

Pagi hari ini seperti biasanya, teriakan Rowena Bell Dante menggelegar sampai kerumah tetangga. Putri satu-satunya di keluarga Dante itu sibuk menghajar Kakak pertamanya yang siscon. Sang kakak hanya tersenyum senang karena bisa merasakan kaki adiknya, memang sedikit gila tapi seperti itulah sifat Gerlad Zee Dante.

Setelah puas menghajar kakak pertamanya Bell mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Kepalanya sedikit pusing karena terkejut melihat wajah kakaknya. Sebenarnya Bell sedikit senang karena kakak pertamanya pergi keluar kota selama satu minggu, tapi ini belum ada satu minggu dia sudah kembali.

Bell turun ke bawah setelah menyelesaikan kegiatan pagi harinya. Di ruang makan sudah terdengar ribut, pasti ini ulah kakak kembarnya yang sering membuat onar.

Gadis itu menyapa semua anggota keluarganya. Dia sedikit menghela nafas karena tingkah keluarganya. Ayahnya dengan santai minum kopi sambil baca Koran, kakak kembarnya yang ribut karena nasi dan lauknya tidak sama rata, kakak pertamanya yang sibuk memandangi Bell, dan Ibunya yang sibuk di dapur.

"Ayah! Hari ini Bell ada latihan Dance, jadi pulangnya malam." Suara Bell memecah suasana di ruang makan, empat laki-laki di meja itu sontak menatap Bell dengan tajam.

"Ngga boleh! Bell harus pulang seperti biasanya." Suara berat yang terasa dingin itu dari salah satu kakak kembarnya, Zeon Zee Dante.

"Ngga boleh! Bell kan udah janji sama Abang kalau nanti malam main game bareng." Leon Zee Dante, laki-laki itu juga tidak mengizinkan Bell untuk pulang malam.

"Tapi kan dua bulan lagi ada festival antar sekolah. Bell harus latihan sama anggota lainnya, intinya Bell mau latihan, titik ngga ada koma." Mereka menghela nafas mendengarkan permintaan Bell.

Sebenarnya Bell sedikit kesal karena keluarganya sangat posessif, semua kegiatan yang dilakukannya di batasi, dan itu sedikit membuat Bell risih. Tak jarang juga kakaknya memata-matai kegiatan Bell di sekolah maupun di luar sekolah.

"Mihh, Bell berangkat." Bell mencium punggung tangan Ibunya lalu bergegeas keluar, kakak kembarnya juga melakukan hal yang sama.

"Bell tunggu Bang Zeon yang tampan ini!!" Bell menutup telinganya mendengar suara Zeon yang menggelegar. Leon yang ada di sampingnya memukul kepala Zeon.

"Babi! Suara lo bikin telinga budeg!"

"Gue lahir duluan! Jadi hormati yang lebih tua!"

"Iyaa kakek Zeon!"

"Bangsad lo!"

Saat di dalam rumah memang perkataan mereka sedikit sopan karena menghargai Ayah sama Ibu, tapi kalau di luar rumah ucapan mereka ngga bisa di filter.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[•Penyihir Gadungan•]Where stories live. Discover now