FINALLY FOUND YOU

38 5 0
                                    

Pagi ini Ashlyn memulai harinya seperti biasa. Ia masih memikirkan soal si pemesan bunga kemarin. Ia sangat ingin menghubungi Mike, Maria dan Zana untuk menanyakannya tetapi sayanngnya ia tidak bisa asal menghubungi mereka karena Sean pasti akan segera tahu dan melacaknya. Selama tiga tahun ini ia benar-benar hidup sendiri, satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk berhubungan dengan mereka adalah melalui surat yang dikirim ke perusahaan Mike, itupun di waktu-waktu tertentu saja sesuai jadwal.


Ting!


Bel pintu tokonya berbunyi bersamaan dengan seorang pria yang masuk dengan membawa bunga.


"Permisi, saya ingin mengantarkan bunga untuk nona Ashlyn."

"Ya, saya Ashlyn. Kalau boleh tahu siapa yang mengirim bunga ini untuk saya?"

"Maaf nona, tidak ada nama pengirimnya. Saya hanya diperintahkan untuk mengirim bunga ini saja."

"Okay, terima kasih." Hari ini Ashlyn tidak mau repot-repot untuk bertanya seperti kemarin karena pasti akan sama saja hasilnya. Pasti orang yang sama. Ashlyn pun akhirnya meletakkan buket bunga tulip putih itu di dalam vas bersama dengan bunga freesia kemarin.


Keesokan harinya Ashlyn kembali mendapat kiriman bunga. Kali ini buket bunga Camelia. Masih dalam keadaan yang sama, tanpa keterangan apapun. Ashlynpun meletakkan bunga itu di tempat yang sama dengan bunga yang ia terima sebelum-sebelumnya.


Karena terlalu penasaran, kemarin lusa Ashlyn bahkan mengirimkan surat pada Mike walaupun belum jadwalnya ia mengirim surat. Keesokan harinya ia mendapatkan balasan dari Mike kalau mereka tidak mengirim apapun pada Ashley. Ashley sempat tidak percaya sampai akhirnya ia menerima bunga Camelia itu. Baik Mike, Maria, maupun Zana bukan tipe orang yang menyukai bunga, mereka tidak tahu sama sekali tentang jenis bunga selain bunga mawar. Sedangkan ia sudah menerima tiga jenis bunga yang berbeda dalam beberapa hari belakangan.


Hari ini Ashlyn tidak membuka tokonya, ia menutup tokonya agar ia tidak perlu menerima bunga lagi. Bukannya percaya diri, dia hanya merasa seperti sedang diteror seseorang. Bayangkan siapa yang mau repot-repot mengirimkan bunga untuk orang sepertinya selama tiga hari berturut-turut? Dia sempat melihat berita bahwa ada seorang peneror yang suka memberi sesuatu sebagai tanda pada korbannya.


Sebut saja Ashlyn memang penakut. Hidup sendiri di desa bukanlah hal yang mudah untuknya. Apalagi dia tidak mengenal banyak orang di desa ini. Jika dulu, akan sangat mudah baginya untuk melacak hal-hal mencurigakan seperti ini. Tapi sekarang, dia bahkan tidak punya identitas untuk melapor pada polisi. Jika dia melapor pada polisi maka identitas palsunya akan terbongkar. Itulah kenapa ia memilih menetap di desa, karena ia bisa bebas menggunakan identitas palsunya. Polisi di desa berbeda dengan polisi di kota.


Karena hari ini ia menutup tokonya, Ashlyn memutuskan untuk mengurus bunga-bunga di kebun rumahnya. Salah satu keuntungan tinggal didesa, ia memiliki halaman yang sangat luas untuk berkebun. Rumahnya yang di kota memang cukup luas, tapi tidak seluas halamannya di sini. Kondisi iklim dan tanahnyapun berbeda, tidak semua bunga cocok ditanam di rumahnya yang di kota.


Ia menanam banyak jenis bunga. Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya ia sangat menyukai bunga. Mungkin karena ibunya. Ibunya adalah seorang pecinta bunga, maka dari itu ibunya memberikan nama Freesia pada Ashlyn. Sayangnya ia tidak bisa menggunakan nama itu lagi. Tidak banyak orang yang memiliki nama Freesia, jika ia tetap menggunakan nama aslinya maka orang akan dengan mudah menemukannya.


Tidak terasa ia sudah menghabiskan lima jam di kebunnya. Bukan karena mengurus bunganya, tetapi karena ia terus memikirkan siapa pemesan bunga-bunga itu sebenarnya. Sekeras apapun ia mencoba melupakannya, tetap saja setiap kali melihat bunga ia selalu teringat pada hal itu. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Ashlynpun berjalan keluar rumahnya untuk membeli makan. Ia tidak memasak hari ini, karena terlalu lelah mengurus kebun dan memikirkan soal si pemesan bunga itu.


Setelah membeli makan iapun pulang ke rumahnya. Saat membuka pintu rumahnya ia terkejut ada sebket mawar di atas lantai rumahnya. Pikirannya mulai berpikir macam-macam. Ashlynpun dengan cepat keluar rumahnya dan melihat sekitar untuk melihat orang mencurigakan. Jika sebelum-sebelumnya ia menerimanya di toko ia masih tidak sepanik sekarang karena memang tokonya berada di pinggir jalan besar,namun rumahnya ini berada di jalan kecil dan tidak banyak yang melewatinya karena memang agak masuk ke dalam.


Ashlynpun kembali mengambil buket itu dan tanpa pikir panjang ia langsung membawa buket bunga itu ke tempat sampah di depan rumahnya. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang-barang pentingnya. Ia memutuskan untuk menumpang di rumah Melissa saja. Namun langkahnya terhenti begitu ia mendengar suara seseorang yang amat sangat ia kenal.


"Kau akan bersembunyi lagi?"


Ashlyn mencoba mengacuhkan pria itu. Ia mengunci pintunya dan mulai berjalan. Namun pria itu menarik lengannya sehingga barang-barang yang dibawanyapun jatuh ke jalanan.


"Aku bertanya, apa kau akan bersembunyi lagi?"

"Maaf saya tidak mengenalmu."

"Tidak perlu berpura-pura lagi padaku. Aku sudah mengetahui semuanya, Ashlyna Cox. Atau haruskah kupanggil Ashley Freesia D'Angelo?"

"Maaf saya tidak mengerti apa yang Anda maksud."

"Mau sampai kapan kau bersembunyi seperti ini? Dan tidak perlu berpura-pura Ash, sudah kubilang aku mengetahui semuanya."

"Sampai aku mati. Sudah kubilang jangan pernah menemuiku lagi Tuan Sean yang terhormat."

"Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Katakan apa yang harus kulakukan untuk menebus semua kesalahanku."

"Hidupkan kembali ibuku." Sean mematung mendengarnya, tidak tahu apa yang harus dikatakan.

"Tidak bisa kan? Itu artinya tidak ada yang bisa kau lakukan untuk menebus kesalahanmu."

"Katakan hal yang masuk akal, aku pasti akan melakukannya. Aku bisa mengembalikan hidupmu seperti awal, membersihkan namamu dan sebagainya."

"Sayangnya hidup Ashley sudah tidak ada. Dia sudah mati." Seanpun menjatuhkan dirinya, berlutut di hadapan Ashley sambil menggenggam erat tangan Ashlyn. Ashlyn berusaha melepaskan tangannya namun yang didapat hanyalah Sean yang semakin mengeratkan pegangannya.

"Aku tahu aku sangat bersalah padamu. Aku sadar aku sangat bodoh dan tidak pantas disebut sebagai manusia. Tapi aku mohon, berikan aku satu kesempatan lagi. Aku bersumpah atas hidupku, aku tidak akan melukaimu kembali. Ini mungkin terlalu mendadak untukmu, tapi tidak untukku. Entah sejak kapan aku sudah mulai mencintaimu. Sebut aku berlebihan tapi itu kenyataannya. Sejak awal aku sudah tertarik padamu walaupun itu bukan cinta. Tapi sejak menculikmu, aku mulai merasakan perasaan yang berbeda untukmu dan semakin hari semakin besar rasa itu. Kumohon beri aku satu kesempatan. Aku akan menempatkan hidupku di bawah kakimu, kau bisa membunuhku jika aku melukaimu."

"Kau pikir aku akan tertipu?"

"Goddamned Ashlyn. Aku bersungguh-sungguh! Aku bukan pria yang pandai merangkai kata-kata cinta, tapi tidak bisakah kau melihat ketulusan lewat mataku? Tidak bisakah kau mengartikan bunga-bunga yanng kukirim padamu? Freesia, I'm sorry, I miss you, I love you. Tolong kembalilah bersamaku dan berikan aku kesempatan untu memulai semuanya dari awal."


Ashlyn terdiam mendengar semua perkataan Sean. terjawab sudah pertanyaannya selama ini tentang si pemesan bunga. Pantas saja semua bunga yang dikirim mengandung makna. Ashlyn tahu betul apa makna semua bunga itu. Dan itu semua menandakan bahwa semua usahanya untuk menghapus semua tentang pria yang sedang berlutut di hadapannya ini sia-sia. 

FREESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang