"Masuk Dea" ulang Zaki. Dengan sebal Dea masuk kedalam mobil.

Setelah masuk, Zaki mengalihkan pandangannya pada dua perempuan itu. Tatapannya tajam menusuk, dengan rahang mengeras hingga tercetak urat lehernya.

"Kalian berdua tidak ada hak buat menghina istri saya, apalagi soal penampilannya, jika kalian laki-laki sudah saya pastikan kalian berdua pulang dengan nama saat ini juga" ucap Zaki penuh penekanan.

"Pergi atau saya berubah pikiran" geram Zaki mengeratkan kepalan tangannya, dua perempuan tersebut pun pergi dengan tergesa-gesa.

Dua perempuan itu tadi berpura-pura menanyai alamat pada Zaki, namun kedua perempuan itu malah menggodanya hingga istrinya melihat dan berakhir perdebatan.

Zaki masuk kedalam mobil, ia melirik kearah Dea yang masih dengan wajah kesalnya. Zaki Tersenyum tipis, sifat istrinya tetap sama, bar-bar jika miliknya disentuh ataupun ia merasa terusik.

Zaki mendekatkan dirinya, lalu mengecup pipi Dea secara tiba-tiba, "udah jangan marah, mereka udah aku kasih pelajaran" ucap Zaki menenangkan.

Dea menoleh, "mereka ngeselin, udah godain kamu, mana pakaian mereka terbuka kaya gitu, pasti kamu juga liat dadanya kan" cerocos Dea frontal.

Zaki terkesiap sendiri Mendengarnya, ia memang melihat karna kedua wanita itu mepet-mepet kearahnya, apalagi dibagian dada itu memang sangat terbuka.

"Iy-iya mereka deket-deket sayang, aku mau ngehindar eh kamu datang"

"Tuh kan, harusnya kamu merem" semprot Dea marah.

"Kalo merem mereka bisa berbuat lebih"

Dea mencebik kesal, bibirnya semakin maju, Zaki semakin gemas Sendiri melihatnya, wajah itu semakin imut baginya ketika sedang  marah.

"Udah-udah, mending kita pulang. Udah dong cantik, ngambek Mulu" rayu Zaki menepuk kecil kepala istrinya. Tidak ada sahutan apapun dari Dea, perempuan itu mengalihkan pandangannya kearah samping, pertanda masih marah.

Sesampainya dirumah, Zaki membuat susu ibu hamil untuk Dea, perempuan itu duduk disofa dengan wajah yang masih ditekuk sebal.

"Ini diminum dulu, biar gak darah tinggi" Zaki menyodorkan susu tersebut, Dea menerima tanpa mengucapkan apapun.

Zaki duduk disamping, ia mengelus rambut Dea dengan sayang, perempuan itu diam saja sambil Asyik meminum susunya.
Dea menaruh gelas itu dimeja, melihat ada sisa susu diujung bibir istrinya, tangan Zaki terulur membersihkan lalu ia tempelkan dibibirnya.

"Gak jijik?" Dahi Dea berkerut.

"Ngapain jijik, orang sering langsung dari mulut ka--" Dea menyimpan mulut Zaki dengan jilbabnya, dengan menatap horor pada Zaki.

"Gak usah diperjelas bisa kan" kesalnya

"Lagian, tanyanya aneh-aneh" saut Zaki santai, lalu merebahkan tubuhnya dan berbantal paha Dea. Kepalanya mendongak menatap Dea.

"Mau anak 10" ucapnya dengan wajah imutnya, Dea melototkan matanya lebar, apa tadi? 10 anak? Ingin rasanya Dea menggampar laki-laki itu Sekarang.

"Jangan aneh-aneh, kamu kira hamil cuma ngeden doang" sungut Dea galak.

Zaki terkikik geli melihat wajah istrinya, padahal niatnya hanya bercanda. "Kalo aku minta segitu gimana? Gak boleh nolak"

"Gak setuju" tolak Dea, yang benar saja. "Kamu mah enak tinggal bikin doang, aku yang cape gendong dia kemana-mana" imbuh Dea.

"Karna enak aku mau bikin banyak" celetuk Zaki.

"ZAKIII" pekik Dea semakin kesal.

Zaki tertawa puas dipangkuan Dea, "iya sayang iya, maaf. Bercanda doang kok" Zaki menyembunyikan wajahnya diperut Dea, melingkarkan tangannya dipinggang, dengan suara tawa yang masih terdengar.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Where stories live. Discover now