dugaan

31.6K 6.1K 840
                                    

WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
HAPPY READING
.

.
MAAF KALO BANYAK TYPO BELUM REVISI 💯

.

Zaki memandang manusia Didepannya kini dengan tatapan membunuh, siapa lagi jika bukan Baron. Satu jam yang lalu ia harus berdebat perihal keinginan aneh istrinya yang ingin memeluk Baron, sudah pasti ia menolak mentah-mentah permintaan itu, namun bukan Dea jika menurut. Alhasil cape berdebat dengan berat hati Zaki mengiyakan, dan parahnya lagi Dea istrinya meminta Baron untuk datang kerumahnya. Bukankah sangat halal untuk dilempar dari bumi?

Zaki bersedekah dada menatap intens kearah Baron, sedangkan baron hanya diam saja gelisah, hatinya sudah ketar-ketir melihat tatapan ketua gengnya tersebut. Baron dihubungi oleh Zaki beberapa menit lalu untuk datang kerumahnya, dan mengatakan jika Dea ingin memeluk dirinya. Baron yang mendengarnya pun syok, bendera perang akan dimulai lagi.

Dea turun dari kamarnya membuat atensi zaki dan Baron mengarah padanya, dengan santainya Dea duduk disamping Baron bukan Zaki suaminya, melihat itu hati Zaki semakin mendidih tak karuan.

"De, Lo kalo gak punya masalah, dan mau bikin masalah, bisa gak jangan ikutin gue" ucap Baron sedikit berbisik.

"Siapa yang cari masalah?" Balas Dea santai.

"Lo lah, siapa lagi" gemas Baron. "Lo ngapain sih pengen meluk gue? Cari bencana aja" sungutnya.

"Pengen aja" jawab Dea kelewat santai, ditambah wajah polos Dea seperti anak TK yang tak mengerti apapun soal batasan.

Baron melihat wajah itu pun, ingin sekali mencakar bahkan mencekik Dea saat ini juga. "CK, bukan itu masalahnya, Lo tau kan kita apa?"

"Temen kan"

"Lo masuk pesantren lewat jalur apaan sih, gini nih kalo ceramah ditinggal tidur" kesal Baron sendiri, padahal yang ia maksud adalah batasan antara laki-laki dan perempuan.

"Enak aja, gue gak tidur ya"

"Ya jangan bego diwaktu yang salah" ngegas Baron yang sudah geram sendiri. "Aah Lo bikin gue frustasi tau gak"

"Gue mau peluk Lo, bukan bunuh Lo" Dea ikut ngegas.

"Serah deh" pasrah Baron menyenderkan punggungnya kesofa.

Zaki yang melihat perdebatan keduanya pun berdehem, Dea melirik "Boleh peluk?" Tanya Dea dengan santai. Tapi tidak untuk Baron yang langsung bangun dari senderannya.

"Mampus, sumpah gue pengen ngilang dari bumi" batin Baron menatap horor kearah Dea.

"Gak ada peluk, cukup liatin aja" saut Zaki ngegas.

"Satu detik aja gapapa kok" tawar Dea memelas.

"Gak ada, liat aja, itupun cuma dua detik gak boleh lebih"

"Tapi--"

"Atau baron gue lempar" potong Zaki.

"Yah kok gue sih, kan bininya yang salah" batin Baron bingung sendiri.

"Aiish ngeselin, pokoknya mau peluk" kekeh Dea yang sudah merentangkan kedua tangannya ingin memeluk, namun secepat kilat Baron menghindar.

"Pliis de, Lo jangan cari masalah, Lo aneh sumpah. Kita bukan mahram" pekik Baron semakin frustasi. Dea mencebikkan bibirnya.

"Tapi mau bar.." jurus Dea dikeluarkan, perempuan itu merengek dengan wajah semelas mungkin didepan Baron.

Baron melirik kearah Zaki, tatapan laki-laki itu semakin intens dan tajam. "Gue sih dipeluk boleh-boleh aja, masalahnya lu udah jadi bini orang, coba Lo belum nikah, dengan senang hati gue terima keinginan Lo" batin Baron.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Where stories live. Discover now