Chapter 17

9.9K 2.1K 239
                                    

Happy reading y'all!


*

Sejak diperkenalkan, kue ikan menjadi item favorit yang kerap habis diborong oleh pengunjung. Sachi yang dibantu oleh Tyas sering kali kewalahan oleh pesanan-pesanan khusus untuk kue ikan saja. Mendapatkan banyak minat akan hasil tangannya semakin mengobarkan semangat Sachi. Bahkan ia bersama Tyas dan Arga setuju untuk membuka stand kecil di acara sunday morning yang diadakan setiap minggu di salah satu kawasan universitas ternama.

Sunday Morning adalah kegiatan rutin dimana seluruh jalan diperuntukan oleh orang berjualan. Sampai pukul dua belas siang, jalan akan ditutup dan kendaraan bermotor dilarang lewat. Kegiatan tersebut juga kerap dijadikan ajang pencarian dana oleh para mahasiswa. Semua barang dijual lebih murah karena memang pasarnya diperuntukkan oleh mahasiswa.

Karena ia tak bisa membawa oven, Sachi telah bereksperimen untuk membuat versi yang lebih sederhana seperti pancake. Ia juga menghubungi Dimas dan pemuda itu sangat bersedia untuk mengizinkannya meminjam mobil box guna membawa segala peralatan.

Jam lima pagi ketiganya bersiap-siap. Dimas berjanji akan menjemput mereka pukul dua belas siang nanti. Mengenakan apron merah marun khas Mahajana, ketiganya saling melemparkan senyuman memberi semangat masing-masing. Pukul enam jalanan di sekitarnya mulai dipenuhi oleh mahasiswa yang berjualan baju bekas. Mereka yang belum sarapan beli kue dari stand Sachi dan memuji betapa enaknya kue ikan tersebut. Satu orang memberi kabar ke teman di sampingnya dan kini sat per satu pelanggan mulai mampir.

Matahari semakin tinggi tanda waktu terus bergulir. Sesekali Sachi bergantian dengan Tyas. Arga membelikan mereka sate padang yang disantap dalam hitungan menit. Ketiganya berkejaran dengan pelanggan yang terus datang. Bahkan seorang ibu-ibu sampai datang dua kali kemudian menanyakan resepnya kepada Sachi. Sachi tidak sungkan untuk berbagi dan wanita itu berharap untuk Sachi terus membuka stand kue ikan di acara sunday morning karena wanita itu berjanji akan menjadi pelanggan tetapnya. Betapa terharunya Sachi mendengar kalimat tersebut. Ia bahkan memberikan tambahan kue ikan tanpa sepengetahuan ibu tersebut sebagai rasa terima kasihnya.

Hari semakin siang dan pengunjung tak kunjung berkurang. Mereka kehabisan adonan dan harus menutup stand lebih cepat. Ketiganya tengah menikmati es jeruk sembari menunggu Dimas. Sachi berjanji setelah ia berhasil menjual rumahnya ia akan membeli mobil box sendiri. Ia tidak bisa terus-terusan merepotkan Dimas yang sebentar lagi akan kembali ke luar kota untuk melanjutkan studinya.

"Bagaimana sunmor pertama kalian?" tanya Dimas sembari membuka box belakang agar Arga segera memasukkan perlengkapan mereka.

"Lancar, Kak. Laris manis," jawab Sachi sambil mengangkat satu kotak kayu berisikan hasil penjualan mereka hari itu. Dimas mengacak rambut Sachi merasa bangga. Jarang-jarang gadis itu senyum selebar itu pikirnya. Ia senang Sachi bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan karena yang ia tahu gadis itu dulu sangat ingin berkuliah dan selalu terlihat sedih melihat teman-teman seusianya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Minggu tidak berakhir begitu saja. Toko tetap harus berjalan sekali lagi harus dikatakan bahwa Sachi tidak akan pernah bisa mampu melakukan semua itu tanpa bantuan Tyas dan Arga. Ponselnya bergetar tepat saat dirinya tengah merebahkan diri di atas sofa toko.

Asistenku akan jemput kamu pukul satu ya. Semangat! :)

"Ah...."

Sachi baru teringat bahwa ia ada janji dengan Hayam hari itu. Ia telah berjanji untuk menemani Hayam Wuruk ke sebuah pesta charity. Sachi sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan di sebuah pesta.

MAHAJANA (Spin Off MADA)Where stories live. Discover now