Chapter 14

11K 2.1K 222
                                    

"Kenapa melamun? Capek banget ya?"

Sachi menoleh ke belakang. Hayam kini berjalan mendekat. Pria itu berjongkok di depannya kemudian mengambil pemotong kue dan mulai memotong kue gulung yang belum disentuh oleh Sachi.

"Kamu nggak capek sudah kerja seharian? Istirahat dulu sebentar nanti kalau kamu sakit bagaimana?"

Sachi menggeleng pelan. "Nggak bisa tidur. Sering dapat mimpi nggak enak. Kalau kak Hayam sendiri kenapa bangun?"

"Sakit pinggang," jawabnya.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan. Baik Sachi maupun Hayam memilih melakukan pekerjaan mereka dalam diam. Bahkan saat Sachi beberapa kali menguap pun tak direspon oleh Hayam. Pria itu ingin agar gadis itu bisa memahami kondisi tubuhnya sendiri. Ia hanya melirik sekilas saat Sachi menggelengkan kepalanya berusaha untuk tetap sadar. Sangat keras kepala pikirnya. Padahal hanya tersisa beberapa loyang kue gulung saja yang dipotong kemudian dimasukkan ke dalam pembungkus kertas dan dimasukkan ke dalam kotak kardus. Hayam yakin mereka bisa menyelesaikan semuanya sebelum jam delapan.

Ini adalah salahnya, ia kira lima ratus kotak itu sedikit ternyata hampir satu toko dipenuhi oleh kotak kardus. Pemesan kue-kue ini berasal dari perusahaannya, ia sendiri yang meminta asistennya untuk merekomendasikan toko milik Sachi sebagai penyedia konsumsi. Besok di kantornya akan diadakan pameran lowongan pekerjaan. Yang jelas akan dihadiri oleh ribuan orang. Dan konsumsi itu diperuntukkan untuk panitia serta perwakilan perusahaan yang membuka stand.

Ia sendiri tak pernah merasakan adrenalin mencari pekerjaan. Sejak ia lulus sekolah lanjut kuliah hingga ke luar negeri pun semua biaya bisa dipenuhi dengan mudah oleh keluarganya. Dan dia memanfaatkan privilege itu sebaik mungkin. Hingga akhirnya di usianya yang terbilang masih muda sudah bisa menduduki posisi direktur dan tanpa perlu dipertanyakan lagi sampai papanya pensiun dia akan yang naik ke puncak.

Jalan menuju puncak tersebut telah diukirkan oleh keluarganya yang perlu Hayam lakukan adalah untuk tetap fokus berada di jalur yang benar. Jika saja kakak tertuanya, Raden, tidak memilih menjadi seorang dokter mungkin kini ia tengah menjalani hari sebagai sesuatu yang mungkin sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sekarang. Ia juga telah dipercaya oleh sang kakek. Di keluarga besarnya Hayam sendiri merupakan anak emas dan keputusan itu tidak bisa diganggu gugat. Tapi kini melihat Sachi yang berkerja jauh lebih keras sendirian tanpa ada keluarga yang sudah menunjukkan jalannya, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Hayam? Apakah menjadi direktur utama pewaris perusahaan besar adalah cita-citanya?

Dulu di waktu yang berbeda, di suatu tempat yang rasanya seperti mimpi tapi terasa sangat nyata, Hayam juga bertanya-tanya. Jika ia tidak mengenakan mahkota emas apa ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? Apakah ia akan terus menjadi pemimpin yang tidak bisa memutuskan keinginannya sendiri?

"Yang Mulia, apa yang Yang Mulia paling inginkan di dunia ini?"

Hayam sedikit lupa dengan jawabannya dulu. Tapi Hayam tahu bahwa di dalam jawabannya ada kata kebebasan. Mungkin kata itu berbeda makna antara dulu dan sekarang.

"Sachi, aku boleh bertanya sesuatu?"

"Tanya apa, Kak?"

"Di dunia ini, apa yang paling kamu inginkan?"

Sachi berhenti sejenak untuk berpikir. Apa yang paling ia inginkan? Sachi sendiri merasa dirinya tidak memiliki ambisi yang menggebu-gebu. Berharap untuk keluarganya utuh kembali juga merupakan sebuah pemikiran yang bodoh. Gadis itu melihat sekeliling. Dapur itu telah memberikannya kehangatan saat keluarganya pergi. Aroma manis yang menyeruak adalah sesuatu yang menenangkan.

"Mungkin ... untuk saat ini aku ingin dapur ini terus berjalan. Ini adalah satu-satunya tempat aku merasa nyaman dan aman. Rasanya kalau sampai dapur ini dingin ada sesuatu di dalam diriku yang akan merasa sangat sedih. Aroma manisnya selalu mengingatkanku pada papa yang terus menguleni adonan di atas konter itu. Aku nggak mau kehilangan toko ini. Itu adalah keinginanku, Kak," jawab Sachi sembari tersenyum. "Kalau kakak sendiri, bagaimana?" tanya Sachi membuat Hayam sedikit tergugah bahwa gadis itu bertanya sesuatu kepadanya.

MAHAJANA (Spin Off MADA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang