Chapter 5

20.5K 3.6K 283
                                    

Halo! Bagaimana kabarnya? Biar makin berkobar semangatnya, jangan lupa vote dan komen yaaaa!!!

^^

Sudewi menghentikan tangan Wulan yang berseluncur lembut di surainya. Matanya menatap pantulan dirinya di balik cermin. Samar-samar telinganya menangkap kegaduhan di luar. Bisik-bisik pelayan terdengar samar di telinganya.

Keduanya terkesiap menatap takut pintu. Bahkan sisir emas dari tangan pelayan itu terjatuh ke lantai menimbulkan suara berdenting. Sudewi menatap Wulan untuk minta bantuan mencari kebenaran akan kabar yang barusan mereka dengar.

Sang pelayan mengundurkan diri meninggalkan Sudewi sendirian dengan kegamangan. Tubuhnya bergetar ketakutan. Dilihatnya langit malam di luar jendela. Hening dan mencekam.

Tangannya saling bertaut mencoba mencari keberanian. Malam ini seharusnya pesta meriah akan dilaksanakan. Mereka akan bertandang ke ibu kota. Semua orang harus bersuka cita. Tapi ia tak mendengar sorakan bahagia. Tak ada tabuhan gendang. Ataupun bunyi terompet yang nyaring bunyinya. Hening dan hanya suara binatang malam yang bernyanyi.

"Nimas! Nimas! Ini bencana! tragedi telah terjadi di atas tanah Wilwatikta!"

Wulan masuk ke dalam kamar dengan tersengal. Sudewi mendekat cepat ke arah pelayannya dan membawa Wulan untuk duduk di atas ranjangnya beriatirahat.

"Ada apa Wulan? Katakan padaku cepat!"

Wajah gadis itu memucat dengan keringat dingin yang bercucuran. Sudewi perlahan menyeka bulur keringat tersebut memberikan jeda waktu agar Wulan bisa tenang. Setelah mengatur pola napasnya, gadis itu mulai menangis.

"Jadi benar rombongan pengantin wanita telah diserang?"

Wulan mengangguk pelan dan kembali menangis. "Lebih parah, Nimas. Mahapatih tak menyisakan satu nyawa pun. Mereka telah habis terbantai. Seluruh keluarga kerajaan mengetatkan penjagaan. Kita tidak akan ke ibu kota malam ini. Para rombongan telah dibubarkan dan berlindung ke rumah masing-masing. Berjaga-jaga jika ada serangan balas dendam."

Sudewi meninggalkan ranjangnya menuju jendela yang terbuka lebar. Pantas malam itu tak ada suara sorak bahagia. Ibu kota telah terselimuti bayangan kelam. Gadis itu menatap bulan yang bersinar terang. Bayangan sosok pria yang selalu tersenyum menganggu pikirannya.

"Lalu bagaimana dengan Paduka Maharaja?" tanya Sudewi cepat.

"Ma-maharaja ... Tidak ada kabar mengenai Maharaja. Tuan hanya menyampaikan kabar untuk memperketat penjagaan saja."

Sudewi berdecak kesal. Ia segera berlari keluar kamar membuat Wulan terhentak kaget. Pelayan itu tak ingin mendapat masalah dan segera ikut berlari menyusul sang puteri.

"Nimas! Mau kemana!? Ini sudah malam!"

Sudewi terus berlari melewati pelataran menuju rumah belakang tempat para penjaga beristirahat. Ia membuka pintu tanpa mengetuk membuat beberapa orang di dalamnya berteriak kaget.

"Ni-Nimas?" tanya seorang penjaga terkejut akan kehadiran sang putri.

"Dimana Saka?"

"Sa-saka sedang keluar membubarkan rombongan."

Sudewi berlalu begitu saja. Wulan kembali mengikuti sang putri, membujuk agar Sudewi beristirahat saja di kamarnya. Biarkan dia yang memanggil Saka jika laki-laki itu sudah kembali pulang. Sudewi mengangkat tangannya menyuruh untuk Wulan berhenti berbicara. Langkahnya terhenti bertepatan dengan Saka yang muncul bersama beberapa penjaga lainnya.

MAHAJANA (Spin Off MADA)Where stories live. Discover now