Mata Dea berbinar saat melihat siomay yang begitu menggoda dimatanya, tak menunggu lama Dea menyuapkan siomay itu kemulutnya. Namun... Siomay itu hambar, bisa dibilang tidak pedas sama sekali. Dea hendak memprotes namun ia menoleh kearah Zaki yang terlihat begitu lelah. Terpaksa Dea memakan siomay itu , tidak mungkin ia terus menerus menyiksa suaminya.

Setelah selesai makan, Dea menoleh lagi pada suaminya, ternyata Zaki tertidur. Dea tersenyum sambil mengelus rambut suaminya.

"Maaf ya, kalo aku selalu ngerepotin kamu" gumam Dea pelan.

🌻

"Berangkat sendiri boleh yaa" Dea merengek ingin berangkat kekampus menggunakan taksi. Namun tetap saja Zaki tidak mengizinkan.

"Gak boleh" tukas Zaki sedikit meninggi. Setiap hari istrinya merengek ingin berangkat sendiri, Zaki yang takut terjadi sesuatu terhadap keduanya menolak mentah-mentah keinginan Dea.

"Aku gak enak sama mereka, setiap hari kamu selalu minta bantuan Baron,Reno,Fahmi buat jemput aku setiap kekampus" balas Dea tak kalah ngegas.

"Kamu gak tahu gimana perasaan aku" imbuhnya. Zaki menghela nafas panjang, selalu seperti ini.

"Sayang, aku gak mau kamu kenapa-kenapa, makanya aku minta tolong mereka buat jemput kamu setiap hari, kamu juga, aku kasih supir pribadi malah gak mau malah naik taksi" balas Zaki memberi pengertian.

"KAMU JUGA GAK PIKIRIN AKU, aku khawatir sayang sama kamu juga baby kita, KALO ADA KENAPA-KENAPA GIMANA? KAMU MAU?" Zaki meninggikan suaranya didepan Dea. Ia sedikit cape dengan sifat keras kepala istrinya, dan semakin batu ketika mengandung.

Dea sedikit tersentak dengan suara keras milik suaminya, ia memang keras, namun Dea berani bertaruh perempuan manapun tidak akan kuat jika diteriaki seperti itu.
Dea memejamkan matanya sejenak mengatur deru emosi yang sudah tersulut, hatinya sedikit tercubit, dengan kemampuannya Dea mencoba menahan agar tidak menangis detik itu juga.

"Ok" ucap Dea dengan suara bergetar, ia beranjak dari duduknya memilih menghindari Zaki.

Dea pergi kekamarnya, mengunci pintu, air matanya luruh tak tertahan, Suara tinggi suaminya terngiang-ngiang di telinganya. Dea duduk didepan meja rias menelungkupkan kepalanya. Hatinya sesak bukan main, baru kali ini Dea merasakan sakit karna suara tinggi, biasanya ia terbiasa dengan bentakan, namun kali ini rasanya berbeda, terasa pedih dihatinya.

Dea meraih ponsel yang berada disampingnya, dengan air mata yang masih setia turun Dea menghubungi Vano agar tidak menjemputnya, Dea berasalan perutnya sakit.
Setelah mengirim pesan, dea kembali menelungkupkan kepalanya.

"Daddy kamu jahat" gumam Dea mengelus perutnya. "Hikks, jahat" racaunya.

Tak lama kemudian, suara kedoran pintu terdengar membuat Dea mengangkat kepalanya.

"Sayang, kamu kenapa? Vano bilang perut kamu sakit, buka sayang, kenapa dikunci" teriak Zaki dari luar dengan suara paniknya.

"Buka, kenapa dikunci?" Teriak Zaki

"Kamu buka atau aku hancurin pintu ini" teriak Zaki lagi dengan nada serius.

Dea masih belum bergeming, ia bisa saja membuka pintu itu, namun hatinya terlanjur sakit akibat suaminya.

"Dea, denger aku kan ! Kalo kamu gak buka aku hancurin pintu ini" ulang Zaki.

"DEAAA" Zaki terus berteriak.

Zaki yang tak mendapatkan respon apapun dari dalam, ia menendang pintu itu dengan keras hingga terbuka Sempurna, tatapan dinginnya menusuk, ia khawatir setengah mati saat Vano menelfon jika Dea membatalkan dengan alasan perutnya sakit. Hal itu membuat Zaki cemas dan Langsung menyusul Dea keatas.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Where stories live. Discover now