19 || Kael Keysha

Mulai dari awal
                                    

"Abang.. maafin bunda.." lirih Safina sebelum kesadarannya menghilang.

"Bunda." panik Keysha segera menghampiri Safina, ia khawatir.

(◠‿・)-☆

Rakael memacu kecepatan motornya diatas rata-rata. Membelah jalanan malam yang ramai, tatapan tajamnya terfokus kedepan, memandang kosong. Pikirannya melambung jauh pada kejadian beberapa jam yang lalu.

Rakael terpaksa meninggalkan rumahnya, Rakael tidak ingin melihat Safina terus menangis dan juga tidak sanggup mendengar ucapan Agam. Anak yang mana, yang mau membenci orang tuanya. Apalagi saat Agam meminta hal itu dengan sangat sungguh-sungguh.

Rakael hanya butuh waktu menerima kenyataan ini.

Sadar atau tidak, cowok itu menghentikan motornya di basement disebuah club. Tempat yang sangat Safina larang keras kepadanya.

"Kael?" sapa seseorang, Rakael hanya melirik orang itu lalu duduk di meja bartender.

"Tumben kesini, kenapa lo?" tanya orang tadi mengikuti Rakael.

"Lagi mood."

Cowok itu manggut-manggut lalu memesan minuman untuknya dan juga Rakael, "Nih minum, gue tau lo pasti haus." cetusnya.

Rakael melirik botol minuman itu sejenak, lalu tanpa pikir panjang ia meneguk minuman beralkohol tersebut sampai setengah.

Kael kacau.

Waktu terus berlalu, malam pun kian larut dan anak kesayangan bundanya itu masih betah ditempat duduknya. Sudah ada empat botol whiskey yang berjejer diatas meja bartender dan orang yang sedari bersama Rakael sudah terkapar mabuk.

Rakael merasakan kepalanya berdenyut-denyut saat irama musik malam itu semakin keras. Ia melihat sekelilingnya, lautan manusia yang tengah asik menggoyangkan tubuh mereka di dance floor.

Menurutnya ini kali pertama ia menghabiskan waktunya ditempat haram itu sendiri, tanpa sepengetahuan bundanya dan para sahabatnya. Dengan susah paya Rakael berjalan melewati orang-orang berdosa yang menghalanginya, saat Rakael berhasil sampai didepan pintu ia tidak sengaja menabrak seseorang.

Bruk

"Awshh.. kalo jalan tuh liat-liat dong." semprot seorang gadis yang menabrak tubuh Rakael.

Bukannya menjawab Rakael malah menatap gadis itu lama. Rakael menggelengkan kepalanya, ia belum sepenuhnya mabuk.

"Chia?" lirihnya, tepat setelah mengatakan nama itu, Rakael menjatuhkan tubuhnya diatas pundak gadis itu.

"Kenapa harus gini lagi sih?"

(◠‿・)-☆

Pagi ini Gavin memulai rutinitasnya sebagai pacar yang baik buat pacarnya, Rissa. Yaitu menjemput sang pujaan hati berangkat sekolah. Terbukti bahwa sekarang cowok itu sudah berada dirumah Rissa.

"Pagi den, mau jemput non Risaa ya?"

"Iya bi. Rissa nya masih ada kan?" tanya Gavin.

"Ade den, non Rissa lagi siap-siap. Aden masuk aja dulu." tawar bi Sina, Gavin hanya mengangguk kecil lalu mendudukkan tubuhnya di ruang tamu.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang