"Kamu yakin?" Bunda memastikan, Shaka mengangguk.

"Tapi kan—"

"Itu jadi urusan Shaka. Bunda tenang aja, Shaka gak akan nyakitin cewek itu kok. Shaka juga janji, cinta aku ke Bunda akan terus lebih besar."

Bunda menatap Shaka terharu. Pria itu selalu saja pintar mendapatkan hatinya, membuatnya selalu tak ingin melepas putra kesayangannya itu.

Azka pun menyudahi aktifitas bermain game di ponselnya dan memutuskan untuk ikut nimbrung dalam obrolan kembarannya bersama bunda.

"Keren juga tuh cewek bisa nyuri hati lo," puji Azka. Shaka mengabaikan omongan kembarannya itu. Azka menarik napas kasar dan segera pergi meninggalkan dua orang yang ia sayangi sedang asyik berbincang.

Shaka memulai konsultasi cintanya dengan Bunda, "Di toko buku ada kamus kode cewek gak, bun?"

Bunda terkekeh. "Ya nggaklah. Buat apa juga ada kamus kayak gituan."

"Bingung mahamin kode kaum Hawa, kali aja gitu ada kamusnya, biar gak salah nerjemah," ceplos Shaka sembari menggaruk tengkuknya.

Shaka melanjutkan lagi, "Bun, cewek itu sukanya apa?"

Wanita paruh baya itu terlihat sedang mencari jawaban yang tepat. Meskipun bunda juga perempuan, tapi suka terhadap sesuatu itu bisa berbeda tiap individunya. Bunda mencari jawaban dari sudut pandang semua wanita, bukan dari bunda saja.

"Hm, insecure," jawab Bunda. "Perempuan sekarang itu suka banget gak percaya diri sama dirinya sendiri. Minder sama kecantikan orang, minder sama pencapaian orang lain."

"Kenapa harus begitu sih, Bun? Padahal semua wanita itu cantik dan bertalenta dengan caranya sendiri."

"Itu karena dia belum kenal sama dirinya sendiri. Kalau dia kenal betul dan paham dengan diri sendiri, bunda yakin, yang namanya insecure gak akan ada di dalam diri mereka," jelas Bunda membuat anaknya itu mengangguk paham.

"Sebagai laki-laki, kamu harus pahami itu. Harus kasih pengertian, bukan malah nuntut mereka buat jadi sempurna. Kamu aja gak mau 'kan dituntut selalu jadi yang terbaik di mata semua orang?" Shaka menggeleng.

Bunda menepuk pundak pria itu sekali kemudian mengusapnya sembari berkata, "Bunda yakin, kalau Shaka dan Azka pasti bisa treat a woman like a queen. Bunda percaya, kalian gak akan gores hati para perempuan. Siapa pun itu perempuannya. Kalau kalian nyakitin mereka, tandanya kalian juga nyakitin bunda."

Shaka tersenyum lebar kemudian merengkuh tubuh hangat Bunda. Menghirup dalam-dalam wangi khas beliau yang tiap detiknya ia rindukan. Shaka paham kenapa bunda selalu menuntut dirinya untuk tidak menggores sedikit pun hati seorang wanita. Menuruti apa kata bunda tidak akan sesat. Tidak akan salah.

Berbeda dengan Azka yang dari tadi mengintip dan mencuri pendengaran dari obrolan adik kembarnya itu. Dadanya terasa sesak seperti ada sesuatu yang menghimpit. Tapi di sisi lain, ia bahagia karena akhirnya Shaka mau membuka hatinya untuk seorang perempuan.

Ꮺ ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Di depan sebuah rumah besar tingkat dua dengan cat dominan putih hitam, berdirilah Shaka bersama seorang anak kecil di sampingnya. Sudah sepuluh menit ia berdiri di depan pintu besar warna putih. Mengetuk pintu dua kali dan memencet bel sekali.

Hingga pintu besar itu terbuka, menampakkan seorang gadis dengan daster selutut serta rambut yang dikucir asal. Gadis itu tentu saja terkejut dengan kehadiran Shaka tiba-tiba, ditambah penampilannya yang tidak enak dipandang. Sekar menyembunyikan tubuhnya di balik pintu dan hanya memunculkan kepalanya saja.

AMOURWhere stories live. Discover now