"Makan gak boleh ngomong kan?" Dea memastikan jika ia benar.

"Iya sayang, bener kok bener" jawab Zaki mengiyakan.

Akhirnya mereka makan dalam diam, jika biasanya diselingi obrolan santai, kini terpaksa mereka menuruti nyonya muda tersebut. Jika tidak nyonya muda itu akan kembali mengomel habis-habisan.

Setelah selesai makan bersama, Baron menyikut lengan Vano.

"Apaan sih" dengus Vano merasa terganggu.

"Gue cabut omongan gue kemarin, bukan Hamidun tapi pms" bisik Baron pelan. "Galak amat" imbuhnya melirik kearah Dea.

"Gue setuju sama Lo" jawab Vano cekikikan.

Dea yang sudah menghabiskan makanannya menoleh kearah Zaki dengan mata puppy eyesnya, Zaki yang sudah hafal, pasti perempuan itu akan berbuat aneh lagi.

"Sayang .." panggil Dea berkedip lucu.

"Apa sayang" jawab Zaki mencoba tenang, padahal hatinya sudah ketar ketir, takut sang istri aneh-aneh lagi.

"Mau naik kuda, boleh?" Ucap Dea berkedip lucu.

Para inti armada tak terkecuali Reno sendiri ikut melongo dengan permintaan abstrud Seorang Dea, mood perempuan itu tidak bisa ditebak.

"Kuda?" Beo Zaki, dengan mantap Dea mengangguk.

"Iyaa, mau naik kuda"

"Kuda apa? Maksudnya gimana sayang?" Bingungnya, tidak mungkin kan berkuda?

"Kalo mau kuda-kudaan sama aku aja ya, nanti dirumah" sambung Zaki yang mendapat respon horor dari mereka semua.

"BANGSAT"

"ANJ--"

"Suami istri sama gilanya" umpat baron menatap panas keduanya, namun Zaki tak peduli umpatan para manusia iri itu.

"Zakii iiih" Dea mencubit keras pinggang suaminya, ia malu.

"Apa sayang, apa?" Gemas Zaki, "katanya mau naik kuda? Yaudah kuda-kudaan sama ak--" Dea membungkam mulut Zaki dengan burger sisanya tadi.

Sedangkan yang lain sudah tertawa cekikikan melihat Zaki dengan mulut yang penuh dengan burger, Reno sendiri hanya geleng-geleng kepala.

"Lo mau berkuda mksudnya?" Tanya Ellen menjelaskan, Dea mengangguk.

"Tapi gak ada disini Dea, adanya diluar kota, kalaupun ada, mau ngapain berkuda? Bahaya !"

"Gak tahu, gue pengen aja gitu" sautnya santai.

"Jangan de, bahaya. Lo pernah berkuda?" Tanya Ellen, Dea menggeleng.

"Mending jangan deh, bahaya" Dea tak menyahuti, ia juga membenarkan perkataan Ellen, tapi entah kenapa ia sangat ingin naik kuda.

"Kenapa gak Lo suruh zaki aja yang jadi kuda" cletuk Fahmi membuat semua atensi mata mengarah padanya.

"Sialan Lo, gak" tolak Zaki keras.

"Tapi boleh juga usulannya" saut Dea senang.

"Yang..." Zaki menatap dingin, "jangan mulai deh" imbuhnya yang sudah cape oleh keanehan Dea.

Dea yang melihat tatapan Zaki beda seperti itu, menundukkan kepalanya serta memainkan kukunya. Bibir itu sudah melengkung kebawah.
Zaki menghela nafas panjang, perempuan itu pasti sedih Sekarang.

"Turutin aja kenapa sih, kasian" ucap Fahmi yang ikut tak tega.

"Ini gara-gara Lo bangke" umpatnya, Fahmi mengangkat tangannya ketas mengkode tak mau ikut campur lagi.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Where stories live. Discover now