10

3.9K 525 111
                                    

Keesokan harinya, cahaya mentari menyorot masuk ke dalam kamar Taehyung melalui jendela besar yang terbuka. Memperlihatkan dua orang laki-laki tergeletak di atas ranjang luas itu, dengan Jungkook berbaring di atas tubuh Taehyun, tampak seperti segumpal daging yang melekat di sana. Ia tak berani bergerak, walau hanya menggeliatkan badan.

Di bawahnya, Taehyung bergerak-gerak. Tangannya menyentuh punggung Jungkook dengan ujung jari-jarinya. Kepuasan tergambar di wajah pria itu, bagaimana tidak? Tiga hari berturut-turut menggauli Jungkook seperti binatang buas, tak berhenti meski sang omega squirting saat berorgasme ataupun pingsan di tengah-tengah kegiatan persenggamaan mereka.

"Terima kasih atas bantuanmu." Kata Taehyung, dan Jungkook mendengar senyuman dalam suara itu.

Jungkook mengangkat kepalanya susah payah, menatap Taehyung dengan kedua mata bulatnya yang mengerjap lelah. Kantung mata terlihat jelas menggelap di bawah matanya. "Kau harus membayarnya suatu saat nanti, tuan muda yang tak punya hati." Jungkook mendengus melihat seringai di ujung bibir pria itu. "Sebernafsu itukah kau padaku sampai-sampai aku pingsan pun kau masih saja menyodokku, benar-benar binatang."

Taehyung menyelipkan anak rambut Jungkook yang mencuat ke belakang telinga, menyentuh pipinya yang menirus akibat selama tiga hari dia hanya makan satu kali—ia mencuri-curi waktu saat Taehyung terlelap untuk itu. "Kau sudah tidak memanggilku dengan nada sopan lagi? Tidak memakai saya—tuan lagi?"

"Aku hanya akan sopan terhadapmu jika ada CCTV atau ada orang lain selain kita berdua."

"Oh, kau sudah mulai terlihat seperti Jeon Jungkook sekarang, yang kemarin terlihat palsu sekali, image kalem tidak cocok untukmu. Tapi, Jungkook, satu hal yang perlu kau tau. Meski kau telah membantu rut ku atau bercinta denganku, hal itu tidak akan merubah apa pun di antara kita. Status kita masih tetap sama, aku majikan dan kau bawahan, selalu seperti itu."

Tubuh Jungkook menegang mendengarnya, dan merasakan sengatan pedih menghunjam dadanya. Di saat ia sudah memutuskan untuk menjadi omeganya—mengapa Taehyung masih saja menolak kehadirannya?

"Taehyung—"

"Diam, omega." Ujar Taehyung sambil menggeleng di atas bantal. "Terlalu berbahaya bersamaku, Jungkook. Lusa ketika aku kembali ke Daegu, temuilah alpha lain."

"Aku ingin kau, bukan alpha lain."

"Aku pembunuh, Jungkook. Aku sudah membunuh beratus makhluk selama lima tahun belakangan. Musuhku tersebar dimana-mana, dan bahkan ada beberapa yang mengincar keselamatanmu." Taehyung menangkup wajah Jungkook dengan kedua tangannya dan menariknya untuk memberi omega itu satu kecupan yang manis. "Aku hanya tak ingin kau terlibat hal berbahaya karenaku. Alpha sangat kuat, tapi kau omega, kau rentan sekali. Aku tidak ingin kau dianggap sebagai kelemahanku. Aku tidak ingin kau terluka.

Jungkook menggigit bibir dan menatap mata kelam yang akan menghantuinya selama sisa hidupnya. "Taehyung—"

"Diamlah."

"Apa pun yang terjadi aku tetap ingin bersamamu karena aku sudah menyerahkan hatiku untukmu, alpha bodoh." Ia mengambil napas dalam-dalam, berguling menuruni tubuh Taehyung dan berdiri dengan ketelanjangannya. Menyadari pakaiannya masih bertebaran di lantai, Jungkook memungutinya satu persatu.

"Aku akan menunggu jawabanmu."

Taehyung duduk, nyaman dengan ketelanjangannya. Laki-laki itu terlihat menawan. Dada dan perutnya berotot, kulit kecoklatannya membuatnya nampak begitu jantan, penis besarnya menegak sepertinya siap menusuk lagi jikalau Jungkook memintanya untuk itu. Tapi tidak, tidak saat alpha itu menolaknya yang sudah mengabaikan peringatan dari Seokjin.

"Jungkook, dengar—"

"Tidak, kau yang dengarkan aku." Jungkook terburu-buru mengenakan pakaian, wajahnya menyiratkan rasa kesakitan, namun omega itu bersikeras agar tidak menunjukkannya di depan Taehyung.

"Jungkook kau akan menyesal jika memilih menghabiskan sisa hidupmu bersamaku." Taehyung berdiri, bersedekap, kakinya terbuka lebar dan menatap Jungkook yang saat itu memberhentikan gerakan mengenakan celana yang sudah sebagian masuk ke kakinya.

"Oh ya? Bagaimana kau bisa yakin dengan hal itu?" Jungkook menaikkan celananya dan menarik resleting, dan terlintas gagasan untuk menendang alpha itu.

"Sudah kukatakan aku berbahaya untukmu—"

"Dan aku harus mempercayai kata-katamu begitu saja?"

"Sekarang hanya kata-kata yang aku punya." Sanggah Taehyung dan berjalan melintasi ruangan tanpa sekalipun menoleh pada Jungkook. Ia membuka pintu sebelah kanan—pintu berisi lusinan pakaian mahalnya, mengambil sepasang baju, dan melempar baju itu ke atas ranjangnya. Setelah itu, Taehyung kembali menghujam Jungkook dengan tatapan tajamnya lagi. "Menurutmu aku berbohong? Apa untungnya buatku??"

"Entahlah. Bisa saja kau merancang semua ini demi tujuan pribadimu. Mungkin kau menginginkan omega lain yang lebih cantik dan lebih kaya dariku?"

"Apakah aku bertampang matrealistis?"

"Ya. Kau sudah memanfaatkanku untuk memuaskan nafsumu belakangan ini."

"Seks adalah satu-satunya yang kuinginkan darimu."

"Dan kau sudah mendapatkan itu, brengsek!" Umpat Jungkook. Ia sebenarnya menginginkan penghiburan dari laki-laki itu. Kesempatan untuk melupakan peristiwa aneh yang sedang ia alami untuk beberapa saat. Kehadiran makhluk tak kasat yang mengganggunya belakangan ini, peringatan Seokjin, dan bisikan-bisikan menakutkan yang membuatnya bermimpi buruk di setiap malamnya.

Namhn sebaliknya, pria itu malah memberikan rasa sakit padanya. Dada Jungkook sesak karena perkataan pria itu.

Dasar bajingan tolol tak punya hati! Umpatnya di dalam hati.

"Apakah kau sungguh-sungguh tidak menginginkanku?" Tanya Jungkook sekali lagi, raut wajahnya yang memelas membuat Taehyung sesak. "Jangan berbohong, Taehyung. Aku tau kau juga menginginkanku. Hapus rasa pengecutmu itu dan terima aku sebagai omegamu."

"Pengecut?" Suara Taehyung terdengar seperti guntur. "Kau tidak tau siapa aku dan apa yang sudah aku hadapi, Jungkook. Kau tidak pantas mengataiku seperti itu." Ia menyeberangi kamar dan berhenti tepat di depan Jungkook. "Ucapanku tentang aku bisa membasmi makhluk apa pun itu nyata. Bahkan aku dapat membakarmu saat ini juga karena penghinaan yang keluar dari mulut kecilmu itu."

Bagi orang lain, keadaan Taehyung sekarang memang benar-benar menakutkan. Tapi sekeras apa pun Taehyung berteriak, sekejam apa pun perkataannya, Jungkook tidak akan takut padanya.

Jungkook meladeni alpha itu, beradu pandang dan menunjuk dada Taehyung dengan telunjuknya dan berkata, "Kau boleh berteriak padaku, tapi tidak dengan menguarkan feromonmu! Aku bukan pembantu yang bisa kau takuti lalu kau perintah untuk tunduk di bawahmu dan mengangkang lebar-lebar menerima penis besarmu itu!"

Kemudian ia mendorong dada Taehyung menggunakan kedua tangannya. Hati Jungkook terluka atas penolakan yang terpancar di mata Taehyung. Omega dalam dirinya sangat menginginkan alpha itu, tapi masih, laki-laki itu memberinya penolakan.

Jungkook marah dan memutuskan untuk menendang tulang kering Taehyung. Kuat dan kencang. Sialnya, Taehyung sama sekali tidak terlihat kesakitan

"Aku akan menunggu," putusnya. "Di hari kau meninggalkan Seoul, aku akan menanyakan hal ini lagi kepadamu. Dan kuharap, kau merubah jawabanmu." Jungkook melangkah ke pintu dan membukanya. Kemudian ia membanting pintu sebagai tanda bahwa bukan Kim Taehyung, alpha sombong dan sok berkuasa itu yang mengambil keputusan. Melainkan Jeon Jungkook, yang hanya seorang omega biasa.

"Omega keras kepala," Taehyung mendudukkan diri di tepi ranjang dan mengacak rambutnya serampangan. Ia mengawasi langit-langit atapnya yang hitam kelam, menghembus napas panjang dan memejamkan mata menikmati keheningan.






. . .




to be continued.

Distract (KTH + JJK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang