Milan - Mempersiapkan Diri

1.1K 349 65
                                    

“Mbak, dicariin Mas Kasta.”

Aku baru selesai mandi ketika
Arsenal memanggilku.

“Sepuluh menit katanya balik lagi. Lo jangan kabur-kabur.”

Aku hanya ber-hmm. Sambil menggosok rambut dengan handuk, aku melewati Arsenal. Kakiku melangkah ke lantai dua, tepatnya kamar.

Setelah mengumpulkan keberanian cukup lama, aku meraih ponsel. Oke, kelihatannya aman. Tidak ada yang menghubungiku soal masalah Gibran. Namun, kudapati beberapa pesan dan panggilan tidak terjawab dari Kasta.

Cowok yang pernah mengatai ibuku beranak terus kayak tikus itu banyak omong di grup. Terutama dari semalam. Dia mengajak yang lain untuk ketemuan. Disetujui atau tidak, kami disuruh kumpul di Kasturi Kafe siang ini.

Omong-omong, kami berempat dimintai keterangan oleh polisi sejak kejadian itu. Keluarga Gibran meminta kasus ini diusut sampai tuntas. Dalam satu minggu, tiga kali aku diminta datang dan memberi kesaksian. Mungkin yang lain juga sama.

Sebelumnya aku tidak pernah terlibat dalam masalah sekrusial ini. Lalu
tiba-tiba saja aku berada dalam situasi begini. Kalau bisa memutar waktu, rasanya aku ingin mengatakan pada diriku di hari itu. Milan, jangan datang! Tetaplah lost contact. Karena itu lebih baik ketimbang situasi ini.

Ketukan pintu membuatku terenyak. Suara Kasta terdengar dari luar, memanggil-manggil. Aku menyuruhnya masuk. Pintu kamarku lantas terbuka.

“Kok, masih belum siap?” Kasta bertanya seraya mendekat.

“Gue baru selesai mandi anjir.”

“Berapa lama lagi?” Cowok berkumis tipis itu sampai di kasur. Langsung merebah santai. “Ayo, Mil. Cepattt.”

“Bacot.” Aku menghadap ke cermin. Bersiap memoles wajah dengan beberapa item. “Lagian mau apa lagi, sih? Kita kumpul yang ada bikin orang-orang tambah curiga.”

“Sekarang kafe Tutu jadi sepi. Nggak banyak orang yang datang. Sialan memang si Gibran. Hidup nyusahin, mati juga nyusahin.” Kasta bicara sambil menatap langit-langit.

Aku membiarkan cowok berkumis tipis itu ngoceh-ngoceh. Benar kata dia. Kasus ini merepotkan banyak pihak. Tidak hanya kami, tapi juga Kasturi.

Dugaan sementara masih sama, bahwa Gibran mati karena keracunan. Mengingat sumber makanan dari tempat Kasturi, polisi memeriksa sampai ke sana juga. Sejauh ini dugaan keracunan dari masakan Kasturi belum terbukti. Selain masih menunggu hasil visum, belum ditemukan pula zat-zat mencurigakan pada dapur dan alat masak.

“Mil,” Kasta memanggilku. “Menurut lu, Vishal beneran ikutin jejak abangnya?”

Gerakan tanganku yang sedang mengusapkan pelembap di wajah mendadak terjeda. “Maksudnya?”

“Waktu mabuk, Gibran bicara ngelantur.” Kasta terlihat mengganti posisi. Dari rebahan menjadi duduk di kasur. “Muka Vishal kelihatan panik pas Gibran bicara soal overdosis.”

Ya, aku melihatnya juga.

“Dan lu, Mil —— ”

Kali ini gerakan tanganku benar-benar berhenti.

They Did ItWhere stories live. Discover now