Chapter 11

36.4K 4K 235
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Brukk

"Aduhhh..." ringisnya menahan sakit.

Brianna terjatuh dengan posisi tengkurap, sangat tidak etis sekali.

[Anda tidak apa-apa tuan?]

"Kau pikil dengan keadaanku sepelti ini, aku baik-baik saja hah?! jawabnya dengan sinis.

[Saya kan tidak tau, makanya saya bertanya tuan]

"Kau..?! Astaga, kenapa aku halus beltemu dengan lobot menyebalkan sepeltimu!"

[Sudah takdirnya tuan]

Brianna tak membalas lagi perkataannya, dengan pelan ia bangkit dari posisi tengkurap nya itu. Lalu membersihkan sisa-sisa kotoran tanah yang menempel pada baju.

Setelah dirasa sudah selesai, Brianna mendongakkan kepalanya ke arah depan, dengan spontan keningnya mengerut.

"Dimana ini Max?"

[Kita berada ditempat awal menuju kearah jalan pohon impian itu tuan]

"Lalu dimana jalan itu Max? Sedangkan disini hanya ada jalan buntu" tanyanya heran.

Benar, yang ia lihat hanya ada dedaunan dan rumput-rumput liar, ditambah dengan minimnya cahaya membuat tempat ini sedikit menyeramkan.

[Anda harus mencari tau sendiri tuan]

Brianna berusaha untuk tidak mengumpat, sungguh apakah tidak ada lagi kalimat yang dia ucapkan selain itu.

Dengan perasaan dongkol Brianna berusaha mencari petunjuk itu, meskipun agak mustahil karena minimnya pencahayaan yang membuat ia kesulitan.

Dengan hati-hati ia menulusuri setiap sudut tempat itu. Takut-takut jika ia lengah sedikit yang ada nanti hewan liar dan sebangsanya terusik.

....

Seketika fokusnya terhenti, disamping kirinya terdapat sebuah pantulan cahaya meskipun hanya sedikit.

Dengan cepat Brianna menghampiri pantulan cahaya itu.

Srekk

Srekk

Brianna menyingkirkan dedaunan yang menghalangi benda itu, lalu terpampang lah sebuah tulisan yang tidak ia mengerti.

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang