delapan belas

273 8 18
                                    

Happy Reading🏜

🌵🌵🌵

"Aneh."

Anaya masih berada di rumah saat ini, ia belum benar-benar pulih, lagi pula jika ia tetap ingin pergi bersekolah Anton akan sangat menentangnya.

Ghea menautkan dahinya heran, setelah dari tadi berdiam diri tiba-tiba Anaya berbicara sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Aneh? Aneh kenapa?" Tanya Ghea heran dengan ucapan spontan Anaya.

Posisi mereka berdua saat ini ada di dalam kamar Anaya, Ghea menyempatkan untuk mampir ke rumah Anaya selepas pulang sekolah.

"Menurut lo aneh ga sih? Sifat Angkasa bener-bener berubah." Balasnya.

"Aneh gimananya? Mungkin dia cuma merasa bersalah kali." Menurut Ghea hal itu tidak aneh sama sekali, wajar-wajar saja jika Angkasa bersikap seperti itu.

"Tapi masalahnya, dia itu jadi ngekang gue. Ga boleh inilah, ga boleh itulah, kan gue jadi sebel." Cerocos Anaya yang berakhir curhat. Ghea memutar kedua bola matanya malas, melanjutkan kegiatan makannya. Anaya menarik selimut sampai batas dada, menutup matanya dengan penutup mata agar bisa tertidur.

1 detik

2 detik

3 menit!

Anaya melepas penutup mata dengan frustasi, matanya sangat sulit diajak berkompromi. Semalam ia terjaga karena habis menonton film hantu. Ia tahu pasti Mira akan menceramahinya habis-habisan jika ketahuan.

Ghea hanya  menoleh sekilas, ia menggedikkan bahu acuh.

"Ghea." Panggil Anaya pelan, nampak lesu dan tidak bersemangat.

"Kenapa lagi?"

"Gapapa sih, cuma ngetes doang." Ucapnya sembari cekikikan.

Setelah itu Anaya tak bergeming lagi, ia memainkan ujung jarinya.

"Eh si Bambang kemana?" Tanyanya secara tiba-tiba, ia menyerngitkan dahinya. Nampak Ghea menghentikan aktifitasnya, lalu menghirup udara dalam dalam dan menghembuskan kasar.

"Mati mungkin." Jawabnya asal. Anaya melempar bantal ke arah Ghea, hingga membuat Ghea tersedak oleh makanan yang belum tertelan sempurna.

"Kalo ngomong mikir dulu dong, kalo dia mati beneran gimana?" Omel Anaya yang sudah seperti memarahi anak kecil. Ia menimpuk bahu Ghea pelan.

Dan Ghea hanya mencebikkan bibir kesal. "Ya habis dia centil banget sama Nensi si cewek jadi-jadian! Kesel banget gue, mana si Nensi mau aja di dekati sama kutil kuda!" Ucap Ghea dengan satu tarikan nafas saja.

Anaya dibuat melongo mendengar penjelasan Ghea. Ia menepuk kedua tangan di depan Ghea tepat lalu menatapnya aneh.

"Jadi?"

"Jadi apaan?" Tanya Ghea heran.

"Lo udah jadian sama Bambang?"

Tanpa sadar Ghea mengangguk polos, sedetik kemudian ia baru tersadar lalu menggelengkan kepala berkali-kali. "Nggak!"

Anaya hanya tersenyum penuh arti lalu menyambar hape milik Ghea. Ia membuka aplikasi hijau, dan nampak sebuah nomor di sematkan paling atas dengan nama 'Baby Bambam'. Eits, tunggu sepertinya Anaya mengenal nomor ini. Iya, Anaya ingat betul ketika Bambang memberikan nomornya pada Anaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANGKASANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang