Brianna mengangguk patuh.

Tiba-tiba...

Cup!

Malvin lagi-lagi mengecup sudut bibirnya pelan.

Sebenarnya ini sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi, namun jujur saja Brianna agak risih sebenarnya.

Bagaimanapun jiwanya sudah berumur dewasa dan ia diperlakukan seperti itu oleh anak yang umurnya berada jauh dibawahnya.

"Morning kiss sweetie" kata Malvin dengan tersenyum manis.

Brianna hanya tersenyum paksa sebagai jawaban.

Lalu setelahnya ia beranjak dari sana, berjalan kearah kamar mandi.

Sembari menunggu Brianna selesai mandi, Malvin melangkahkan kakinya menuju kearah jendela kamar.

Dengan perlahan dibukakan pintu jendela itu dan terlihatlah cahaya matahari menyentuh dinding kulitnya.

Malvin menyugar rambutnya kebelakang.

Lalu matanya terpejam, menghirup dalam-dalam aroma di pagi hari yang terasa menyejukkan.

Membiarkan wajah tampannya terkena panasnya sinar matahari.

15 menit kemudian...

"Kak malvin" panggilnya dengan suara lucu.

Malvin menoleh kebelakang, lalu setelahnya ia tersenyum manis.

"Sudah selesai?" tanyanya lembut.

Brianna mengangguk sebagai jawaban.

"Yasudah sekarang saatnya kita sarapan, yang lain sudah menunggu dibawah".

Lalu setelahnya Malvin membawa Brianna kedalam gendongannya, dan beranjak dari sana.

***

Bunyi dentingan antara piring dengan sendok terdengar secara bergantian. Sekeluarga makan dengan tenang, tak ada satupun yang bersuara, karena memang dilarang keras berbicara saat acara makan sedang berlangsung.


Brianna makan dengan anggun khas orang dewasa.

Namun sebenarnya, ia bersusah payah untuk tidak mengeluarkan isi perutnya saat ini.

"Astaga... Rasanya tidak enak sekali" batinnya meringis.

Ia tak terbiasa makan dengan masakan orang lain.

Lidahnya merasa tak cocok, itu sebabnya ia tak pernah makan di sebuah restoran atau bahkan makanan siap saji karena rasanya benar-benar tidak cocok dengan seleranya.

"Mom aku sudah selesai" sambil menyingkirkan piringnya yang masih ada tersisa sedikit makanan.

"Lho kenapa tidak dihabiskan sayang" tanya Liana.

"Aku sudah kenyang Mom" imbuhnya.

"Yasudah tidak apa-apa".

Kemudian Brianna menelungkup kan kepalanya di atas meja makan dengan malas.

"Baby Ann kenapa hm?" tanya Leon sembari membawa Brianna kedalam pangkuannya.

"No Daddy... i'm okay" ucapan sambil bersandar di bahunya.

"Seriously?"

"He'em" Brianna mengangguk lucu.

Leon mengangguk mengerti, lalu mengecup puncak kepalanya pelan.

[Tuan gawat!]

Brianna terperanjat kaget mendengar suara itu secara tiba-tiba.

"Ada apa baby Ann?" tanya Leon khawatir.

"A-ah... Tidak Daddy, tidak apa-apa" ucap Brianna tersenyum paksa

"Kau yakin sayang?" tanyanya sekali lagi.

Brianna mengangguk "Iyaa Daddy benelan" sambil membentuk kedua jarinya berbentuk huruf V dengan tersenyum manis.

Leon terkekeh pelan melihat putrinya bertingkah menggemaskan.

"Gawat kenapa Max, apa yang terjadi?" tanya Brianna panik.

[Max?]

"Huum... Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan sebutan Max".

[Baiklah terserah tuan saja]

[Jadi begini tuan, ternyata sang target lebih cepat datang dari yang saya prediksi kemarin ]

"Hah..?! Maksudnya?"

[Anak laki-laki itu saat ini tengah berada di taman belakang milik keluarga anda tuan]

HAH...?! TUNGGU APA?!

"Bukannya kau bilang dia akan datang saat siang nanti?" tanya Brianna hera

"Lalu kenapa datangnya sekarang?" tanya Brianna kaget.

[Saya juga tidak tau tuan]

[Tiba-tiba saja sistem mengirimkan saya sebuah sinyal, dan ternyata sinyal itu berasal dari anak laki-laki itu]

"Lalu aku harus bagaimana sekarang?"

[Tentu saja anda harus menghampirinya tuan]

"Ck! Merepotkan" decaknya.

"Ekhem... Mom, Dad kak Malvin aku sudah selesai salapan, bolehkah saat ini aku belmain?"

"Kau akan bermain dimana sweetie?" tanya Malvin.

"Di taman belakang" jawabnya.

"Boleh asalkan ditemani Bella" ucap Leon.

"No... Daddy aku ingin sendili" protesnya.

"Tidak sayang kamu harus ditemani Bella"

"Please Daddy..." jawabnya dengan raut wajah menggemaskan.

"Huftt... Baiklah kau boleh pergi asal jangan jauh-jauh mainnya yaa" jawab Leon pasrah karna tak tahan dengan tingkah putrinya yang menggemaskan.

"Yeay... Thank you Daddy" girangnya.

Lalu setelahnya Brianna beranjak pergi dari sana.

***

Haii semuanyaa aku mo bilang makasii banget karna udaa mampir dilapak aku, dan makin kesini makin banyak yang baca padahal aku awalnya cuma gabut doang lho bikin cerita kek gini.

Tpii alhamdulliah adaaa ajaa yang baca.

Dan buat kalian yang suka spam next, ngasih voting sama ngasih semangat makasii banyak yaaa jujur itu lho yang bikin aku jdi tambah semangat buat ngetiknya.

Mungkin itu ajaa sii yang mau aku sampein ke kalian.

Jan lupa buat vote sm komennya yaaa.

Babaii.

TBC

BRIANNA [Proses Revisi]Where stories live. Discover now