R1-65: BOHONG YANG JUJUR?

Start from the beginning
                                    

"Kenapa?"

Tak langsung pada tujuannya, pandangan laki-laki itu terpaku pada keadaan rumah yang sepi dan penampakannya yang sederhana. Tak banyak hiasan dan benda-benda yang terpajang di dalam rumah. Foto keluarga pun tidak ada.

Deheman mengawali pembicaraannya. Ia mendekat pada Nataline yang masih terpaku di posisinya.

"Lo dapet semua kalimat tadi dari mana?"

Alisnya naik mendapati pertanyaan itu. "Kenapa emangnya?"

Masalahnya, David pernah mengatakan hal seperti itu.

"Lo bisa jawab tanpa pake pertanyaan lagi nggak?"

Nataline pun menghela napas. "Calvin, udah, nggak perlu dibahas. Mendingan lo duduk. Istirahat dulu. Gue mau ganti baju dulu bentar—"

"Soalnya, semua yang lo bilang tadi sama kayak yang pernah bokap gue bilang."

Perempuan itu terdiam. Di dahinya muncul beberapa garis.

"Oke-oke," kedua tangannya meminta ia tenang, "nanti gue jelasin. Tapi nggak sekarang. Adik sama nyokap lo lebih penting. Jangan buang waktu. Lo nggak mau kan mereka kenapa-kenapa cuma karena kita banyak debat di sini?"

Lidahnya menempel pada langit-langit mulut.

"Okey," pungkasnya kemudian, lalu duduk dengan terpaksa di sofa.

"Gue tinggal dulu. Kalau lo mau bersih-bersih atau cuci muka, kamar mandi ada di sebelah sana," tunjuknya pada bagian kiri rumah paling ujung. "Enjoy aja."

Ia tak memberi tanggapan. Matanya kembali menyoroti perempuan yang tampak masuk ke dalam kamarnya.

Calvin melepaskan napasnya dengan berat lalu mengusap kasar wajahnya. Ia menumpukan kedua siku di atas pahanya.

"Ma, Nona, semoga kalian masih baik-baik aja."

***

Ponselnya berdering saat ia sedang mengenakan trench coat berwarna abu, membalut turtle neck top hitam berbahan rajut yang sebelumnya telah dikenakan.

Anjing Galak is calling....

Ia pun langsung mengangkatnya karena telepon darinya telah dia nantikan dari tadi. Dirinya tahu apa yang akan atasannya itu sampaikan. Semoga kabar baik.

"Halo Pak."

"Nataline, saya sudah mendapatkan beberapa tangkapan kamera pengawas yang kamu minta."

"Oke, bagaimana hasilnya Pak?"

"Ada beberapa mobil yang tertangkap kamera pengawas tak jauh dari lokasi kediaman Dirgantara dini hari tadi, di jam Maya dan Nona diculik."

"Sebentar," selanya karena ingin mengambil buku catatan kecil dari laci meja riasnya. "Bisa dilanjut?"

"Toyota Avanza putih ke arah Jakarta. Honda Jazz abu ke arah Bogor. Suzuki Swift merah ke arah Solo. Daihatsu Rokcy kuning ke arah Yogyakarta...," seraya terududuk di tepi ranjang, Nataline mencatat apa yang didengarnya, "... Mitsubishi Eclipse biru ke arah Malang, dan terakhir, Suzuki APV hitam ke arah Pangalengan."

Nataline menghembuskan napas pelan. 19 mobil ini bisa menjadi petunjuk, walaupun kecil kemungkinannya.

"Terima kasih atas bantuannya."

Adrian mengangguk. "Saran dari saya, kamu fokus saja pada mobil Suzuki APV hitam. Pelat nomornya tidak terlacak. Sedangkan pemilik mobil lainnya memiliki identitas yang valid dan bersih."

"Suzuki APV? Baik."

"Kamu yakin tak memerlukan bantuan untuk turun ke lapangan?"

"Saya yakin masih bisa menanganinya. Lagipula ada polisi yang akan turut membantu."

RADENNONA - CIRCLE OF LIES [END]Where stories live. Discover now