"Sayang, kalo ada apa-apa kasih tau Bunda dulu. Semua bodyguard tadi nyariin kamu loh di Mall. Ponsel kamu juga kayaknya di matiin. Kamu ada masalah?"

Nalla menunduk sebentar, lalu kembali menatap mertuanya sambil tersenyum. "Gak ada, Bunda. Aku tadi ketemu sama temen SMA aku, jadi kami ngobrol bareng....maaf ya Bunda." ucap Nalla menenangkan mertuanya.

Arsyad berhenti menangis, lalu kedua tangannya di sodorkan kepada Nalla, berniat ingin sekali di gendong oleh Mamanya.

Nalla pun langsung mengambil Arsyad dari gendongan Bundanya. "Kamu beli apa aja?" tanya Nalla.

"Banyak...baju, celana..."

"Mainan?"

"Ada." jawab lagi Arsyad dengan suara serak habis menangis.

"Yaudah, Nal. Kamu bawa Arsyad ke kamar. Dia udah ngantuk kayaknya." perintah Misha.

"Baik, Bunda."

Misha kini duduk di sofa dan terdiam sesaat. Ada apa dengan menantunya? Apa rumah tangganya sedang di landa masalah? Tidak biasanya wajah Nalla begitu tampak sedih dari hari sebelumnya.

Ya, Misha harus mencari tahu.








***









Malam ini Nalla terus saja mondar-mandir di kamarnya. Isi kepalanya masih tertuju pada wanita yang ada di Mall tadi.

Jam terus bergerak, sesekali Nalla meremas kedua tangannya dan menatap ke arah dinding. Benda itu menunjukan pukul delapan malam. Jantungnya berdetak lebih dari biasanya. Khawatirannya mulai timbul.

Sedang apa suaminya sekarang?

Nalla menatap ke arah Arsyad yang tengah tertidur pulas di ranjangnya. Ya, malam ini Nalla memang menidurkan putranya di kamarnya karena Nalla akan merasa tenang jika Arsyad ada di dekatnya.

Drtt...drtt...

Ponselnya yang ada di atas nakas bergetar. Sebuah pesan masuk. Nalla pun segera melihatnya.

Mas Alan : Aku ada kerjaan sedikit, mungkin pulangnya sekitar jam sembilan.

Sontak Nalla langsung membanting ponselnya ke atas nakas. Ia hanya syok saat membaca pesan itu. Ia kembali membayangkan wajah Hazen.

Kedua tangannya menutup mulut dan menatap takut pada sekelilingnya.

Namun, detik berikutnya ia tersadar dan terus berightifar. Beberapa kali ia menarik napas dan menghembuskannya.

Nalla, jangan pernah nethink. Kamu dan suami kamu tak akan pernah mengalami apa yang kamu takuti sekarang! Percayalah.

Batin-batin Nalla terus saja memberinya kekuatan.

Nalla duduk kembali di pinggir ranjang. Lalu terdiam sejenak.

Tanpa berpikir panjang, ia berdiri dan mengambil cardigan serta ponselnya.

Ia langsung keluar kamar dengan tergesa, mencari Lila.

"Lila..."

NALLAN 2 Where stories live. Discover now