15| Don't let me go

854 95 4
                                    

Suara televisi terdengar di ruang tamu yang diisi 2 pemuda disana. Tapi mereka seakan berada di 2 dunia berbeda, Yoongi duduk di meja makan dengan segelas kopi dalam diam dan Jimin di depan televisi sambil tertawa melihat tayangan lucu


Satu ruangan 2 atmosfer, saling bertolak belakang.

"Cari yang benar sialan, kau tau aku membayarmu banyak untuk itu!!"

Jimin sedikit menoleh mendengar umpatan Yoongi, siapa sih yang membuat hyungnya semarah itu?

Yoongi membanting ponselnya ke meja total kesal dengan salah satu orang suruhannya. Ia berniat mengorek informasi tentang ayah Jimin, padahal anaknya ada bersamanya kenapa ia harus buang-buang uang menyuruh orang mencari tau? Alasannya klasik, Yoongi tak percaya bocah itu, sudah dibilang bukan Yoongi itu keras kepala.

Suara bel dari arah gerbang terdengar dan kedua pemuda disana refleks mencari sumber suara

Jimin yang duluan berdiri menuju pintu utama, Yoongi menyesap kopi hingga tandas percayalah itu ketiga kalinya ia minum kopi ia mungkin tak akan bisa tidur malam ini. Yoongi mengangkat alis saat tak ada suara dari orang yang bertamu

Langkah pemuda itu semakin cepat saat tak melihat Jimin disana, ia membuka pintu lebar memandang sekeliling halaman dan tak menemukan apapun, hey kemana dia?

"Hyung" Tiba-tiba Jimin bersembunyi di belakang Yoongi memegang lengannya erat membuat pemuda Min itu menyerngit

Seorang pria asing berjalan tenang menghampiri mereka menunduk memberi salam dan dibalas Yoongi

"Mencari siapa?" Seru Yoongi saat pria hanya itu menatap Jimin

"Oh Senang bertemu denganmu, Min Yoongi bukan? Namaku Gavino maaf tidak sempat datang ke pemakaman Direktur Min Yoonjae, aku sangat terkejut dan sedih saat mendengar beritanya"

"Anda mengenal ayahku?" Yoongi menyerngit saat pria itu mengangguk sambil tersenyum tipis

"Kami berteman baik, ayahmu orang yang sangat ku hormati dia banyak membantuku---

Sebenarnya Yoongi kurang percaya dengan orang dihadapannya ini. Apalagi saat ia bilang ayahnya banyak membantu pria itu rasanya Yoongi ingin tertawa keras

---dan Jimin, how are you kid?"

Yang dipanggil makin mencengkram kaos bagian belakang Yoongi sambil menggeleng cepat. Melihat itu Yoongi makin menutupi pandangan pria disana yang terus saja tersenyum memandang Jimin

"Anda juga mengenalnya?" Selidik Yoongi

Pria itu terkekeh sekilas "tentu saja, Jimin puteraku"





Setelah ucapan itu. Yoongi kembali merenung karena mendapat fakta baru. Kembali pada data yang ditemukan Namjoon, 'seorang mata-mata italia yang meninggal setelah melakukan bisnis ilegal ke korea' jika itu memang ayah Jimin lalu siapa yang dihadapannya saat ini? Kalau pun bukan lalu siapa seseorang dalam data yang ditemukan Namjoon?

Yoongi yakin sebentar lagi rambutnya akan beruban karena terlalu banyak berpikir keras

"Ah jadi kau wali Jimin sekarang?"

Yoongi mengangguk memandang bergantian antara pria yang meminum teh dengan tenang dan Jimin yang duduk gelisah disampingnya

"Seperti yang anda tau, setelah ayahku tiada otomatis aku yang jadi ahli warisnya dan karena Jimin bilang ia tak punya keluarga lagi maka aku memutuskan menjadi wali nya"

"tidak perlu seformal itu Min Yoongi, panggil saja aku paman---

Ia memandang pemuda Park disana

---dan apa itu benar Jimin? hey kid, kau melukai hati ayah"

Jimin menatap pria itu sengit "kau bukan ayahku!" Jimin berteriak nyaring membuat Yoongi melotot dan pria itu hanya tertawa

"Jimin" Yoongi mendesis menyuruh Jimin kembali duduk tapi pemuda itu malah menggeleng dengan tatapan memohon membuat Yoongi kembali menghela nafas

"Duduk" mutlak. Maka pemuda Park itu terpaksa mengikuti ucapan hyungnya

Pria itu kembali berdehem mengambil atensi kedua pemuda disana

"Jadi, kedatanganku disini untuk mengajak Jimin kembali pulang ke rumah. Terima kasih dan maaf telah merepotkan seharusnya aku kesini lebih awal tapi ada sedikit penghalang yang harus kubereskan"

Yoongi membasahi bibir bawahnya "maaf bukannya aku tidak percaya. Tapi ini terdengar aneh jika tiba-tiba paman ingin mengambil Jimin dengan alibi sebagai ayahnya" ucap Yoongi sedikit meringis setelah menyebut kata 'paman'

"Tentu, karena itu aku membawa ini" pria disana menyerahkan sebuah map coklat dan Yoongi menerimanya

"Oh itu foto keluarga kami hahaha Jimin masih sangat kecil saat itu" Yoongi mematai foto itu seksama. Itu memang Jimin dan ada kartu keluarga, nama ibunya sama persis dengan data yang ditemukan Namjoon

Yoongi kembali menyerahkan map tersebut "Baiklah, Jimin bisa pergi tapi maaf tidak sekarang. Aku harus mencabut hak waliku terhadapnya setelah itu paman bisa membawanya pulang" Jimin sontak melotot mendengar itu. Tidak, jangan. Jimin tidak mau pergi

"Oke, ini kartu namaku kau bisa hubungi nomor itu jika semua sudah selesai" ucap pria itu berniat pamit tapi sebelum beranjak ia kembali memanggil Jimin

"Apa ayah tidak mendapat pelukan?"

Jimin beringsut mendekat ke Yoongi menggeleng dengan tatapan takut

Yoongi memijat pelipis "maaf mungkin Jimin masih sedikit kaget dengan kedatangan ayahnya"

"Aku mengerti, sampai nanti kid" pria disana menunduk memberi salam meninggalkan kediaman keluarga Min







"Kau berbohong padaku bocah"

"Tidak hyung" bantah Jimin

"Lalu tadi siapa? Penggemarmu?"

Jimin menggeleng "orang tuaku sudah tiada. Dia bukan ayahku hyung tolong jangan biarkan dia membawaku" Jimin memegang lengan Yoongi memohon

"Cukup Park, seharusnya dari awal aku tidak mendengarkanmu"

Netra Jimin berkaca, Yoongi hyung sudah tak mau percaya padanya lalu apa yang bisa ia lakukan?

"Hyung tolong, dia bukan ayahku"

Suara Jimin bergetar membuat langkah Yoongi terhenti, ah sial ia paling tidak bisa melihat anak orang menangis

Iris pemuda itu melirik Jimin yang mencoba menahan tangis, bergumam 'bukan' sambil memegang lengan Yoongi

Shit, Yoongi jelas kalah. Kedua manik itu berkaca, something scares him

Yoongi mengumpat dalam hati. Merutuki dirinya yang terlalu cepat luluh

"Oke-oke aku tidak akan melakukannya. Dan berhentilah menggunakan tatapan polosmu sebagai tameng, bocah!" Yoongi mendorong tubuh anak itu menjauh, mencebik karena Jimin malah memeluknya erat

Yoongi menghela nafas dalam dekapan Jimin walaupun ia tau anak itu sengaja mengelap air matanya di baju yang ia pakai

"Dengar aku akan pergi dan pulang malam, jika ingin makan maka pesan sendiri dan jika ada yang bertamu dan kau merasa tak kenal jangan membuka pintu" Yoongi menjelaskan berikutnya mendecak kenapa juga ia harus mengatakan itu pada Jimin, ia merasa sedang bicara pada bocah umur 5 tahun

Jimin mengangguk memandang punggung Yoongi. Sebelum memejam dan menghela nafas, kendalikan dirimu Park Jimin

Setidaknya bertahan sampai semuanya jelas []

Aderphós ✔️Where stories live. Discover now